Sepuluh tahun Carla Magdalena mencintai Paman angkatnya, yang menjadi walinya, menggantikan ke-dua orang tuanya yang sudah meninggal.
Carla begitu posesif pada Pamannya, ia akan marah, serta berteriak kepada setiap wanita, yang mendekat pada Pamannya, Bastian Kenneth.
Sehingga Bastian begitu membenci Carla, dan selalu mengabaikan Carla.
Sepupu jauh Carla, Ivanka Caroline, pihak dari Ayah Carla, menjadi saingan Carla untuk mendapatkan cinta Bastian.
Ivanka Caroline menghasut Bastian, sehingga Bastian semakin membenci Carla.
Sampai Carla meregang nyawa di tangan sepupunya itu, Bastian tidak perduli sama sekali.
Sakit hati melihat kenyataan, membuat Carla menyadari, kalau ia begitu bodoh, terlalu mencintai Bastian Kenneth.
Seandainya ia di beri kesempatan, untuk menjalani kehidupan kedua, Carla berjanji, tidak akan pernah mencintai Bastian lagi, ia menyesal telah jatuh cinta kepada Bastian Kenneth.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 12.
Carla tidak menghiraukan panggilan Bastian, dan rengekan suara Ivanka yang tidak ingin pergi.
Perubahan sikap Bastian tidak seperti di kehidupan nya yang lalu, membuat Carla juga merasa heran.
Tapi ia sudah tidak tertarik lagi dengan perubahan sikap Bastian.
Hari ini ia akan keluar lagi, untuk mencari sebuah apartemen.
Setelah membersihkan diri, dan berpakaian rapi tanpa make-up, ia meraih tas kecilnya, dan bergegas keluar dari kamar.
Mendadak langkahnya terhenti, saat ia menuruni anak tangga, karena di bawah tangga ia melihat Bastian, masih belum pergi ke kantor.
Pandangan matanya bertemu dengan Bastian, saat Bastian memandang ke atas tangga.
Sesaat mereka saling menatap, tapi kemudian Carla dengan cepat menuruni anak tangga.
"Carla, kamu mau kemana?" Bastian menghadang langkah Carla di bawah tangga.
"Bukan urusan Paman!" sahut Carla dingin.
Ia melangkah ke arah sisi lain, saat Bastian menghadang langkahnya, dan dengan cepat melangkah meninggalkan Bastian.
Bastian dengan cepat mengejar Carla, permasalahan mereka dari kemarin belum selesai, ia harus meluruskan masalah antara mereka berdua.
Tangan panjang Bastian menarik tangan Carla, dan Carla nyaris menabrak tubuh Bastian, saat Bastian menariknya.
"Paman!!" jerit Carla terkejut.
"Kamu mau kemana, biarkan Paman mengantarkan kamu!" Bastian memegang pergelangan tangan Carla dengan erat.
"Lepaskan! bukan urusan Paman!!" sentak Carla menarik tangannya.
"Tentu saja urusan Paman, kamu tanggung jawab Paman!" ujar Bastian tidak melepaskan tangan Carla.
Mendengar kata 'tanggung jawab', Carla berhenti menarik tangannya, ia memandang semakin dingin Bastian.
Wajah datar Carla, terlihat begitu geram mendengar, apa yang di katakan Bastian.
Di kehidupan yang lalu, kalau Bastian ingat akan tanggung jawab, seperti yang dikatakan Bastian, ia mungkin tidak akan mati di tangan Ivanka.
"Paman sadar, apa yang Paman katakan?" Carla memandang Bastian dengan wajah datarnya.
"Tentu saja Paman sadar!" jawab Bastian dengan pasti.
"Huh! sadar? dari sejak Ivanka mengatakan sesuatu kepada Paman mengenai aku, Paman selalu mempercayai apa yang ia katakan! sekarang Paman mengatakan tentang tanggung jawab?!" mata Carla semakin dingin menatap Bastian.
Bastian terdiam mendengar apa yang di katakan Carla, ia ingat telah mengabaikan Carla sebelum Carla terjatuh ke dalam kolam renang.
Dengan kencang Carla menarik tangannya, dan tanpa menunggu jawaban Bastian, ia pun melangkah meninggalkan Bastian.
Bastian tersadar begitu melihat Carla telah keluar, dan ia pun bergegas mengejar Carla.
Sesampainya di luar, ia melihat Carla telah pergi dengan mobil merahnya.
"Davin!!" teriak Bastian.
"Davin pergi bersama Nona Carla, Tuan!" sahut seorang Bodyguard Bastian, dengan tergesa-gesa datang menghampiri Bastian.
Bastian mengetatkan gerahamnya dengan erat, ia tidak tahu kenapa merasa kesal, melihat Carla tidak membutuhkan dirinya lagi.
Sebelumnya ia merasa kesal, setiap Carla selalu berisik kalau di dekatnya.
Tapi sekarang, ia jadi rindu mendengar suara berisik Carla.
Bastian meraih ponselnya, dan menghubungi ponsel Carla, tapi begitu ponselnya terhubung, Carla menutupnya.
Dengan lunglai, tangan Bastian memasukkan kembali ponselnya ke balik saku jasnya.
Sementara itu di dalam mobil, Carla tersenyum dingin menatap keluar jendela mobil.
Mendengar kata tanggung jawab Bastian, ia merasa sakit hati.
Kalau Bastian memikirkan tentang dua kata itu di kehidupan lalu, ia tidak akan seperti ini, bersikap dingin pada Paman angkatnya tersebut.
Carla merasakan matanya terasa panas, dan perlahan terasa berkabut. Dalam diam Carla menangis.
"Nona, kita mau pergi kemana?"
Tiba-tiba Davin bertanya. Dengan cepat jemari Carla mengelap air matanya.
"Kamu turunkan aku di depan sana, aku ingin ke suatu tempat, kamu tunggu saja aku di mobil, aku tidak akan lama!"
Carla menunjuk lokasi tempat ia di turunkan.
Carla tidak ingin Davin mengetahui ia mencari sebuah Apartemen, karena Bodyguard Bastian itu, akan memberitahukan kepada Bastian, kalau Bastian bertanya pada pria itu.
"Apakah anda tidak perlu bantuan saya, Nona?" tanya Davin.
"Tidak! aku bisa sendiri, kamu tunggu saja aku di mobil!" ujar Carla.
Carla turun dari mobil, tanpa menunggu Davin membuka pintu mobil untuknya.
Bersambung.....