NovelToon NovelToon
Dear, My First Love

Dear, My First Love

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Aliansi Pernikahan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dokter Genius / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:11.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Mae_jer

Anson adalah putra tunggal dari pemilik rumah sakit tempat Aerin bekerja. Mereka bertemu kembali setelah tiga belas tahun. Namun Anson masih membenci Aerin karena dendam masa lalu.

Tapi... Akankah hati lelaki itu tersentuh ketika mengetahui Aerin tidak bahagia? Dan kenapa hatinya ikut terluka saat tanpa sengaja melihat Aerin menangis diam-diam di atap rumah sakit?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

"Andrea!"

Panggil Logan. Ia bersuara ketika mendapati seorang gadis yang sangat dikenalnya berdiri di ujung sana. Aerin ikut menoleh ke pintu keluar aula.

Logan dan Andrea cukup dekat, tapi tidak dengan Aerin. Lelaki itu sudah hampir enam bulan ini selalu berselisih dengan perempuan itu, hubungan mereka sangat tegang. Bisa dibilang bermusuhan. Lebih tepatnya Logan yang memusuhi Aerin, semenjak Aerin memutuskan hubungan dengan sepupunya sepihak. Tanpa alasan. Itulah penyebabnya kenapa Logan marah. Apa salah sepupunya coba? Sudah baik, punya segalanya, mencintai gadis itu dengan tulus, tapi malah dibuang begitu saja.

Aerin meringis pelan. Kenapa Anson harus berdiri didepan aula sih. Dia kan jadi canggung sekarang. Pandangan keduanya bertemu. Lelaki itu menatap Aerin tajam, ngeri rasanya melihat tatapan tajam Anson.

Apa dia mengingatku?

Aerin bergumam dalam hati. Ia bertambah canggung melihat Anson yang terus menatapnya dingin. Tapi dengan berani ia mencoba menyapa.

"H ... Hai," sapanya ramah.

Aerin berusaha bersikap biasa saja supaya tidak terlihat canggung. Anson tak bergeming, terus menatapnya dingin dan Aerin bisa merasakan aura kebencian dalam mata hitam besar milik lelaki itu.

Di sebelah pria itu ada Logan yang mencibir. Sok akrab, batinnya terus menatap Aerin tidak suka.

"Kau pikir bisa sembarangan begitu menyapa atasanmu?" sentaknya. Andrea langsung memberi Logan kode dengan mata seperti mengatakan jangan macam-macam, tapi Logan tidak peduli. Ia selalu tidak suka melihat Aerin.

Aerin memutar bola matanya malas. Entah sampai kapan Logan akan membencinya. Andrea lalu menatap Anson dan membungkuk hormat.

"Saya harus memanggil anda apa? dokter Anson, atau?" Anson balas menatap wanita itu datar.

"Terserah kau saja." balasnya tidak peduli lalu kembali melirik Aerin sebentar dan berlalu pergi begitu saja. Mood-nya seketika berubah mengetahui wanita itu bekerja di rumah sakit keluarganya. Logan mengikuti pria itu dari belakang.

Selepas kedua lelaki itu pergi, Andrea memukul pelan lengan Aerin.

"Kau ini, kenapa menyapanya begitu? Memangnya dia temanmu?" omel dokter cantik itu.

Aerin terkekeh. Tidak mungkin juga kan dia cerita kalau ia sudah kenal Anson dari dulu, Andrea tidak akan percaya. Orang yang saling mengenal dari kecil tidak mungkin akan bersikap dingin dan cuek begitu.

Mereka lalu kembali ke ruangan para dokter umum. Di sana hampir semua teman-teman mereka tidak berhenti-berhenti bergosip tentang Anson. Aerin sampai-sampai merasa tertarik untuk ikut mendengar juga. Ia tidak pernah tahu apa yang dilakukan Anson selama tiga belas tahun ini.

Sejak kejadian dulu, lelaki itu tidak pernah terlihat lagi. Kata teman-temannya dia pindah ke luar negeri. Biasanya ia akan mendengar kabar Anson dari sang kakak. Tapi, semenjak kakaknya meninggal ia tidak pernah lagi mendengar nama pria itu.

"Umurnya dua puluh sembilan tahun." cerita Dina, yang lain mendengar dengan antusias.

"Dokter Anson itu lulusan universitas kedokteran terbaik di Amerika. Ia terkenal jenius. Salah satu temanku yang kuliah di kampus yang sama dengannya yang bilang padaku." Dina terus menjelaskan dan yang lain terkagum-kagum.

"Bagaimana dengan pacar?" timpal Nela. Iya yakin dokter setampan Anson pasti punya pacar yang cantik.

Dina menggeleng.

"Kata temanku, dokter Anson tidak pernah dekat dengan perempuan, ia hanya berteman dengan buku. Bahkan temannya di Amerika hanya bisa dihitung dengan jari. Ia buka tipe laki-laki yang suka bergaul, sikapnya selalu dingin pada banyak orang. Padahal katanya banyak yang suka berteman dengannya."

Aerin balik ke kursinya. Entah punya pacar atau lajang, ia juga tidak ada hubungannya dengan Anson. Meski dia mungkin masih menyukai pria itu, tidak akan ada kemungkinan bagi mereka berdua untuk bersama. Lebih baik jangan peduli saja.

                                 ***

Anson memasuki apartemen mewah miliknya yang terletak di pusat Kota. Ia memijit pelipisnya sambil meringis kesal. Ia benci harus bertemu lagi dengan perempuan itu. Ia masih ingat jelas tiga belas tahun lalu bagaimana Aerin membuatnya sangat marah dengan merusak barang-barang berharga pemberian almarhumah mamanya. Bahkan tidak minta maaf sama sekali padanya.

Dulu Anson tidak pernah menyukai Aerin karena gadis itu terus-terusan mengejarnya dengan tidak tahu malu. Aerin juga sangat nakal dulu, suka berbuat semaunya dan sering membully teman-teman sebayanya. Itulah alasan utama Anson tidak menyukai gadis itu. 

Sejak kejadian gadis itu merusak barang berharga pemberian mamanya, dengan emosi Anson menyumpahi Aerin. Besoknya pria itu bilang mau pindah sekolah pada papanya. Setelah lulus SMA, ia meneruskan pendidikannya di Amerika.

Anson akui ia pernah beberapa kali memikirkan Aerin selama tiga belas tahun ini, tapi dia lebih senang tidak bertemu dengan Aerin lagi. Hanya saja, entah sial atau apa mereka kembali di pertemukan kemarin. Gadis itu juga bekerja di rumah sakit keluarganya. Aerin bahkan tersenyum kepadanya dengan tampang tidak berdosa. Seolah-olah di antara keduanya tidak pernah ada yang terjadi.

Lelaki itu mendengus keras lalu membanting dirinya ke kasur. Hari-hari kedepannya akan lebih panjang. Ia mungkin akan sering bertemu dengan gadis itu.

Tiba-tiba terbersit dalam benaknya, apa Aerin masih menyukainya? Anson kemudian tersadar dan cepat-cepat membuang pikirannya jauh-jauh. Astaga, kenapa dia malah berpikir seperti itu.

_______________

Paginya Anson sudah berada di rumah sakit. Walau itu adalah rumah sakit milik keluarganya, ia masih belum terbiasa dan belum begitu mengenal lingkungan gedung besar itu. Pria itu memutuskan ke ruangan Logan untuk meminta lelaki itu menemaninya berkeliling.

Logan sedang bicara dengan seorang perawat wanita ketika dia masuk ke ruangan lelaki itu yang kebetulan pintunya terbuka. Saking seriusnya bicara, mereka bahkan tidak menyadari kedatangannya. Anson masuk saja dan menunggu dikursi dalam ruangan itu. Ia bisa mendengar pembicaraan mereka.

Anson merasa tertarik ketika nama Aerin ikut-ikutan masuk dalam pembicaraan mereka.

"Apa katamu, bukankah sudah berkali-kali saya peringatkan? Jangan pernah kasih ijin dokter Aerin memberi makanan sembarangan pada Safa!" sentak Logan marah. Sang perawat menunduk takut.

"Ta ... Tapi saya takut dimarahi dok," sahut sih perawat.

"Takut?" Logan memicingkan mata menatap tajam sang perawat.

"Kau lebih takut pada dokter malas itu dibanding saya, atasanmu langsung?" sentaknya lagi. Logan tidak mengerti bagaimana dengan jalan pikiran perawat ini.

"Katakan, dia menyuap-mu kan?" perawat itu menggeleng cepat.

"Tidak dok." Logan terus menatap wajah siu perawat mencari kebohongan.

"Jangan coba-coba menipuku. Aku sudah lihat kau mengambil sesuatu dari tangannya tadi." sih perawat berubah pucat pasih.

"S ...saya,"

Logan tersenyum miring.

"Keluarlah. Lain kali kalau kau kedapatan berbohong lagi akan ku pastikan surat pemecatan-mu keluar saat itu juga." ancamnya kemudian. Perawat itu mengangguk takut dan berbalik pergi.

Setelah kepergian perawat tadi, Anson berdiri dari kursinya melangkah ke dekat meja kerja Logan sambil bersedekap dada.

"Sepertinya kau sangat tidak menyukai dokter bernama Aerin itu." Logan mendongak, cukup terkejut dengan keberadaan lelaki itu.

"Sejak kapan kau di sini?" tanyanya heran.

"Sejak kau bentak-bentak perawat tadi." sahut Anson. Logan menghela nafas lelah. Anson duduk berhadapan dengannya.

"Aku memang tidak menyukai wanita itu." ungkapnya membicarakan Aerin. Anson mendengar dengan serius.  

"Wanita itu suka berbuat seenaknya. Ia selalu ikut campur dengan salah satu pasienku. Aku juga punya masalah pribadi dengannya."

Anson mengernyitkan mata,

"Masalah pribadi?" ia terus menatap Logan ingin tahu.

"Wanita itu mencampakkan sepupuku dan berselingkuh dengan lelaki lain. Dia bahkan tidak pernah minta maaf atau mengaku salah. Sepupuku sangat menyukainya jadi tidak mau putus, akhirnya memaafkannya. Tapi malah di campakkan oleh gadis sialan itu, huh!

1
keyzia ayumi
kok manggilnya guru si agak kurang enak di denger /Doubt/
Fitriyanti Siregar
Luar biasa
rara
ceritanya bagus
di awal bnyk bertebaran bawang merah yg bikin bengek
sukses selalu buat author
Lena Destiana
baru pernah baca novel ampe nangis..trma kasih thor..dri semua novel yg q baca karyamu luar biasa
Ai Rohmatunisa
Kecewa
Ai Rohmatunisa
Buruk
Erni Nur Vitasari
Lumayan
Erni Nur Vitasari
Luar biasa
EldistinKardula
Kecewa
EldistinKardula
Buruk
Riris Risna
Luar biasa
Puput Siti marpuah
tingga blng KK nya dah meninggal susah amat sh
Sri Darmayanti
thor..... wuaaaaaaaa
Agustini Gumilang
cerita mae_jer ini senengnya kalau suka lgs di nikahin gak di lama2..ceritanya gemesin
Sri Darmayanti
ya ampun thorr.....

mewek aku...... gimana kalo ada di dunia nyata..... deuhhhhh

lanjutttt
Sri Darmayanti
bagus Iren..... sedikit lg terbuka semuanya y

orang2 yg julid.... malu

gini ayo jujur donk
Sri Darmayanti
uji kesabaran.... pembaca

lanjut thor
Mulyanti Fitri
Luar biasa
Vivi Istanti
ikutan nangis aku huhu
Vanettapink Fashion
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!