Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #33
Enam bulan kemudian.
Hari ini genap usia kandungan Anaya menginjak sembilan bulan, Abi dan Naya sangat-sangat menanti kelahiran buah hati mereka. Cek rutin pun selalu dijalankan oleh keduanya, bahkan Abi menjaga Anaya dengan sangat ketat. Dia juga sengaja membuat lift pribadi di dalam rumah agar Anaya tidak kelelahan jika harus naik turun tangga.
Keadaan perut membuncit membuat Naya sangat kesusahan berjalan, setelah duduk dia juga sulit berdiri. Detik-detik menegangkan sebentar lagi akan tiba karena perkiraan Dokter tiga minggu lagi Anaya akan melahirkan. Sepasang suami-istri istri tersebut sudah mempersiapkan semuanya dengan matang, mereka bahkan sudah membuat kamar spesial untuk sang buah hati nantinya.
Anaya sangat bahagia akan kelahiran anak keduanya ini karena selama kehamilan dirinya selalu di dampingi oleh sang suami. Begitupun dengan Abi, dia tidak pernah mengeluh memenuhi setiap permintaan Anaya, walaupun Naya meminta lumpia khas kota Semarang dia pun langsung membelinya ke kota tersebut dengan cepat padahal jarak tempuh dari kota Surabaya ke Semarang terbilang cukup jauh, yakni 4jam perjalanan.
Abi terkadang mengemudi dengan sedikit kencang agar sang istri tidak menunggu terlalu lama dan dia bisa menempuh jarah kurang lebih dua jam saja. Namun, meskipun seperti itu Abimanyu tetap menjaga keamanan dalam berkendara agar dia selamat sampai tujuan.
Anaya yang sedang berada di dalam kamar mandi langsung terkejut saat melihat bercak darah yang ada di segitiga Bermuda nya. Dia keluar dari kamar mandi dan bergegas memanggil Abi.
"Mas! Mas Abi!" teriaknya sambil berjalan ke ranjang.
Abi yang saat itu sedang mengerjakan tugas kantor langsung meletakkan laptop di atas tempat tidur.
"Ada apa, Sayang?" Abi beranjak dari ranjang ketika melihat raut wajah Anaya.
"Mas, itu—! Ada bercak darah di segitiga bermudaku, apa aku mau melahirkan? Tapi perkiraan Dokter masih tiga mingguan lagi 'kan?" Naya menjadi bingung dan risau.
"Ya sudah, kita ke rumah sakit saja sekarang. Aku takut terjadi sesuatu denganmu." Abi bergegas mematikan laptop dan tak lupa dia mengambil tas peralatan bayi.
Mereka berdua keluar dari rumah, Abi membawa Alvarendra ikut bersama mereka karena tidak ada yang menjaga Al.
Mobil pun meluncur ke rumah sakit.
Dua puluh menit dalam perjalanan akhirnya mobil Abi tiba di parkiran rumah sakit, untungnya jam masih menunjukkan pukul setengah delapan malam dan Al pun belum tidur.
Abi segera membawa Anaya masuk ke dalam rumah sakit, tak lupa Al selalu dalam genggaman tangannya.
Sesampainya di ruangan Dokter, Abi bersyukur karena Dokter sudah sampai terlebih dahulu sebelum dirinya. Di perjalanan tadi, Abi menghubungi Dokter dan mengatakan jika Anaya mengeluh ada bercak darah di segitiga bermudanya. Dokter yang kala itu baru selesai makan malam dengan keluarga langsung meluncur pergi ke rumah sakit.
"Mari, saya akan memeriksanya terlebih dahulu." Dokter tersenyum tipis dan mempersilahkan Anaya untuk berbaring di brangkar.
Selesai diperiksa, Dokter menyarankan agar Anaya beristirahat terlebih dahulu karena pembukaan belum lengkap.
"Mungkin besok pagi pembukaan sudah lengkap dan kita bisa melakukan persalinan."
Abi dan Anaya menuruti ucapan Dokter, Abi mengambil ponsel dan dia menghubungi orangtuanya.
"Ma, Abi dan Anaya ada di rumah sakit."
📱"Apa! Siapa yang sakit? Apa terjadi sesuatu dengan Anaya? Kalau iya, Mama dan Papa akan ke rumah sakit sekarang juga." terdengar nada khawatir yang terucap dari mulut Mama.
"Anaya baik-baik saja, Ma. Tapi, Dokter mengatakan jika besok pagi Anaya akan menjalankan persalinan. Mama perintahkan saja pada sopir untuk menjemput Al ke rumah sakit, besok dia sekolah. Aku kasihan dengannya jika harus menginap di rumah sakit." pinta Abi.
📱"Baik, Mama akan memerintahkan sopir dan asisten rumah tangga untuk menjemput Al."
Panggilan pun langsung terputus.
Abi menghampiri Al, dia berjongkok agar bisa mensejahterakan tubuhnya dengan sang Putra.
"Al, kamu malam ini tidur di rumah Oma ya? Papa mau menemani Mama di rumah sakit." Abi berbicara dengan nada lembut sambil mengelus pucuk kepala Al.
"Tapi, Pa! Al mau lihat dedek bayi." rengek Al dengan sedih.
"Dedek bayinya belum lahir. Besok sepulang dari sekolah, kamu bisa langsung datang kesini lagi bersama dengan Oma dan Opa. Mau ya, Sayang?" Abi mencoba membujuk Al.
Alvarendra pun mengangguk patuh, dia mengecup pipi Anaya dan memeluk.
🌺🌺🌺🌺
Keesokan paginya.
Dokter mengatakan jika waktu persalinan akan segera di langsungkan, tetapi ada hal yang sangat penting setelah melakukan pemeriksaan tadi. Ternyata bayi yang ada di rahim Anaya tidak berada dalam posisi benar (sungsang), Dokter pun menyarankan agar Anaya menjalani operasi.
Mau tidak mau, Anaya dan Abi menyetujui itu meskipun ada sedikit perdebatan. Anaya tidak ingin di operasi karena dia sangat takut, dirinya hanya ingin melahirkan secara normal. Namun, keadaan memaksa dan Anaya harus menyetujuinya.
"Mas, jika terjadi sesuatu denganku. Aku mohon jaga anak kita baik-baik, aku takut terjadi sesuatu dalam menjalani operasi ini." ucap Anaya karena sangat takut menjalani operasi ini.
"Sst, jangan bicara seperti itu. Kamu dan anak kita akan baik-baik saja." Abi mengecup dahi Anaya.
Itulah perbincangan singkat mereka sebelum operasi dilangsungkan.
•
•
TBC