MENCINTAI HUMAIRAH

Saat jam istirahat tiba, Humairah mengeluarkan roti dan buah dalam tasnya, semuanya pemberian dari sang suami.

Ada pun bekal yang disimpan Shaka ke dalam tasnya.

"Ternyata dia bisa romantis juga." Humairah mulai memakan bekal tersebut.

Dia menyempatkan memotret bekal itu lalu mengirimkannya ke Shaka.

...Kak Shaka...

^^^[Foto]^^^

^^^Makasih bekalnya^^^

Sepertinya Shaka masih ujian makanya belum membalas pesannya, Humairah pun fokus menghabiskan bekalnya, dia enggak ke kantin.

"Ih pantas enggak ke kantin, ternyata bawa bekal."

Humairah menoleh melihat kedua temannya duduk di sampingnya.

"Mau?" tanya Humairah.

"Boleh."

Fifi dan Tiara langsung mencoba bekal Humairah, dan mereka memuji makanan tersebut.

"Enak banget."

"Kamu yang buat?"

Humairah menggeleng, ia memberikannya suaminya, entah Shaka yang memasak atau dia pesan.

...Kak Shaka...

Dihabisi, kalau masih lapar aku bawain bekal aku ke kelas.

^^^Udah kenyang, kak. Makasih ya bekalnya.^^^

Humairah sudah kenyang dan membiarkan bekalnya dihabisi oleh kedua temannya yang memang masih ingin.

Shaka menyimpan ponselnya saat melihat pesan dari sang perempuan.

"Ayo ke kantin, Shak," ajak Hito.

"Bentar." Shaka memasukan semua buku-bukunya ke dalam tas, lalu mengikuti temannya ke kantin.

"Katanya ada festival di hari kelulusan, kalian mau daftar enggak?" tanya Hito kepada Arvi, Shaka, Gabriel.

"Bukannya kita ada tanding ya sama SMA Merpati?" tanya Arvi.

"Lah ya, gue lupa."

"Dasar gembel emang sekolah, udah mau lulus pun muridnya di suruh tanding. Mana kalau menang mereka yang dapat," ketus Hito.

Mereka duduk di kursi kosong, Shaka hanya memesan minum sedangkan yang lain memesan begitu banyak menu makanan di kantin.

Shaka hanya diam dan saling balas chat dengan Humairah.

"Shak lo main hp mulu."

"Apa?" tanya Shaka.

"Kita lagi bahas pelatihan basket, kapan lo free? Bentar atau hari minggu free enggak?" tanya Gabriel.

"Enggak, gue ada urusan, hari senin aja pulang sekolah."

"Oke."

...----------------...

Shaka memeluk Humairah dari belakang, membuat Humairah mengusap pelan tangan Shaka yang melingkar di perutnya.

"Mau malmingan? Jalan-jalan sore?" tanya Shaka.

"Emang kak Shaka lagi free?"

"Iya, mau ngajak istri jalan-jalan sore sekalian sampai malmingan."

"Boleh, tapi aku masak dulu ya."

"Iya cepat." Shaka mengecup pipi Humairah, hanya Humairah mendengus pelan.

Humairah memasang cadarnya lalu keluar dari kamar, ingin memasak sebelum pergi bersama Shaka.

Setelah memasak, Humairah dan Shaka pun siap-siap untuk keluar.

"Pegangan."

Humairah memeluk Shaka, membuat Shaka tersenyum lalu menjalankan motornya pergi dari rumah.

"Kenapa suka naik motor?" tanya Shaka.

"Soalnya banyak angin. Lebih leluasa lihat pemandangan di jalan."

Shaka tersenyum, dia mengusap kepala Humairah yang bersandar di bahunya.

"Mau kemana?"

"Kemana aja."

"Mau ke pantai enggak? Lihat senja."

"Boleh."

Shaka pun melajukan motor varionya untuk menuju pantai.

"Kamu pegang, nanti kalau disuruh bayar uang masuk kamu yang kasih."

"Kenapa enggak kamu aja?" tanya Humairah.

"Uang suami itu istri yang pegang, kamu pegang aja."

"Baiklah." Humairah mengambil beberapa lembar uang kes dan kartu kredit suaminya.

Saat sudah sampai ke pantai, mereka harus membayar uang masuk, Humairah pun membayarnya.

"Sini... Aku lepasin helmnya."

Shaka mencium sekilas kening Humairah, setelah itu mengajak istrinya ke pantai.

Menunggu senja datang dipinggiran pantai.

"Duduk di sini aja, kak." Humairah duduk di pasir.

"Kamu duduk di sini dulu, aku mau ke sana sebentar."

"Jangan lama-lama."

Tak berselang lama Shaka kembali membawa jagung bakar. Dia memberikannya kepada sang istri.

"Nah."

"Eh?" Humairah mengambil jagung bakar itu, tak tau jika Shaka pergi untuk membeli jajan.

"Kan uang kamu di aku, kok kamu bisa beli jajan."

Shaka tersenyum smirk, mendekatkan wajahnya ke arah Humairah.

"Aku ancam..."

"Emang kamu preman?" tanya Humairah mengerutkan keningnya.

"Iya dong, siapa sih enggak tau aku?" tanya balik Shaka.

"Dasar." Humairah memukul kening Shaka membuat lelaki itu terkekeh.

Shaka merangkul bahu istrinya, Humairah pun menaroh kepalanya di bahu Shaka.

"Kakak benaran mau kuliah di new york?" tanya Humairah.

"Sepertinya begitu."

"Kak Shaka mau ninggalin aku?" tanya Humairah lagi dengan mata berkaca-kaca.

"Enggak sayang, enggak ada yang mau ninggalin. Hanya sementara."

"Kenapa enggak kuliah di indonesia aja? Banyak kok sekolah di negara kita yang bagus."

"Kuliah di sana adalah impianku, Humairah."

"Baiklah." Humairah manggut-manggut aja, dia tidak bisa mengatur soal itu, dia juga mempunyai impian, tapi mengapa Shaka tak ingin kuliah di indonesia aja padahal sama aja.

Humairah menatap ke depan, menatap ombak laut.

"Kamu marah?" tanya Shaka tiba-tiba saat suasana tenang.

Humairah hanya menggeleng, tanpa menatap ke arah Shaka.

"Maaf..."

"Kak aku mau pulang," ucap Humairah.

"Kata kamu mau malmingan?"

"Lain kali aja deh."

Shaka menghela napas panjang. Humairah sudah berdiri dan pergi dari sana.

Shaka pun mengejar istrinya, dia tau suasana Humairah saat ini sedang tidak baik-baik saja karenanya.

Di atas motor pun tidak ada pembicaraan, Humairah hanya diam.

"Mau kemana lagi?"

"Pulang," jawab Humairah singkat.

"Mau martabak enggak?" tanya Shaka, tetapi Humairah menggeleng. "Es cream?" tanya Shaka lagi.

"Enggak kak, aku mau pulang!" kesal Humairah.

"Baiklah." Akhirnya Shaka tidak berbicara lagi hingga mereka sampai di rumah.

Humairah langsung menuju kamar, sebab tidak ada orang di rumah. Mungkin kedua orang tuanya sedang lembur atau sedang dinner? Arvi pun tak ada di rumah.

"Humairah, kamu kenapa?" tanya Shaka.

"Aku kenapa?" tanya balik Humairah.

"Iya kamu kenapa?"

Humairah menaikan bahunya, Shaka duduk di samping istrinya.

"Kamu marah karena pembicaraan kita tadi?" tanya Shaka.

"Enggak, bukannya itu impian kamu? Aku enggak bisa larang kamu, itu lebih berharga dari apapun, itu masa depan kamu kan?"

"Kamu juga masa depan aku."

"Iyakah? Tapi lebih berharga aku atau impian kamu yang kuliah di new york?" tanya Humairah. "Enggak usah, kak. Sudah pasti kamu akan jawab kuliah di new york kan? Soalnya aku enggak sepenting itu, kita menikah hanya perjodohan."

"Humairah, enggak seperti itu!"

Shaka langsung menarik tangan Humairah lalu memeluknya.

"Aku mencintaimu Humairah, kamu lebih dari segalanya."

Humairah menghembuskan napasnya.

"Bullsing." Humairah mencoba untuk melepaskan pelukan Shaka.

Shaka semakin memper-erat pelukan mereka.

"Sebelum kita menikah aku sudah menaroh hati kepadamu. Kamu tau? Kenapa aku menerima pernikahan ini? Karena aku mencintaimu."

Humairah terdiam mendengar ucapan Shaka barusan.

"Aku mencintai Humairah, gadis yang mempunyai wajah cantik dan suara indah itu. Awal pertama kali aku mendengar suaramu, di mana kamu mengaji kala hari itu."

"Benarkah?"

"Aku bersumpah Humairah, aku mencintaimu."

Humairah melepaskan pelukan Shaka, dan beralih memeluk laki-laki tersebut.