NovelToon NovelToon
Rahasia Seorang CEO

Rahasia Seorang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Hamil di luar nikah
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Anjar Sidik

Rachel, seorang CEO muda yang sukses, hidup di dunia bisnis yang gemerlap dan penuh tekanan. Di balik kesuksesannya, ia menyimpan rahasia besar—ia hamil dari hubungan singkat dengan mantan kekasihnya, David, yang juga merupakan pengusaha terkenal. Tak ingin skandal mengancam reputasinya, Rachel memutuskan untuk menghilang, meninggalkan kariernya dan kehidupan glamor di kota besar. Ia memulai hidup baru di tempat terpencil, bertekad untuk membesarkan anaknya sendiri, jauh dari perhatian publik.

Namun, anaknya, Leo, tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas—seorang jenius di bidang sains dan matematika. Dengan kecerdasan yang melampaui usianya, Leo kerap membuat Rachel terkejut sekaligus bangga. Di usia muda, Leo mulai mempertanyakan asal-usulnya dan mengapa mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kenyamanan yang seharusnya bisa mereka nikmati. Ketika Leo secara tak sengaja bertemu dengan David di sebuah kompetisi sains, masa lalu yang Rachel coba tinggalkan mulai terkuak, membawa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19: Melawan Waktu

David, Leo, dan Andrew berdiri di depan Sarah yang terikat, dengan timer di sampingnya terus berdetak. Suasana ruangan seolah dipenuhi ancaman, ketegangan terasa menusuk setiap napas mereka. David harus berpikir cepat—setiap detik yang berlalu membawa mereka semakin dekat ke jurang bahaya.

---

Leo, yang tidak pernah berada dalam situasi sedekat ini dengan bahaya nyata, berusaha menahan ketakutannya. Ia meremas erat tangannya sendiri, mencoba menenangkan diri.

“Papa, timer ini… hanya tersisa tiga menit lagi,” bisik Leo, suaranya bergetar namun tetap berusaha tegar.

David menatap timer dengan pandangan penuh kekhawatiran. “Leo, kita harus cepat berpikir. Lihat apakah ada cara untuk mematikan ini.”

Andrew, dengan cepat memeriksa kotak timer dan kabel-kabel yang tersambung. “Sepertinya, ini dirancang agar hanya bisa di-nonaktifkan dengan kode khusus. Kalau aku mencoba memotong kabelnya, bisa saja malah mempercepat waktu ledakan.”

Sarah yang terikat di kursi menatap mereka dengan tatapan lemah. “David… Leo… aku tahu kalian datang untukku, tapi tolong, pergi sebelum terlambat,” ujarnya lirih.

Leo mendekat ke arah ibunya, mencoba menahan air mata. “Mama, kami tidak akan meninggalkanmu. Aku janji kita akan keluar dari sini bersama.”

---

Tiba-tiba, suara Bayangan terdengar melalui speaker yang tersembunyi di dinding. “Kalian memang penuh cinta, David. Tapi apakah cinta itu cukup kuat untuk menyelamatkan semuanya? Sekarang, saatnya kau memutuskan: selamatkan keluargamu atau reputasimu.”

David menggertakkan gigi, menahan kemarahannya. “Katakan apa maumu, Bayangan. Aku sudah muak dengan permainanmu.”

Tawa Bayangan menggema di ruangan itu, membuat suasana semakin mencekam. “Yang aku mau hanya satu, David: melihatmu menderita. Aku ingin kau merasakan ketakutan yang pernah kau tanam pada orang lain. Sekarang, nikmati setiap detiknya.”

Leo menatap David dengan penuh rasa takut bercampur penasaran. “Papa, siapa dia? Kenapa dia begitu membenci kita?”

David menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri meskipun pikirannya kacau. “Nanti Papa jelaskan, Leo. Tapi sekarang, kita harus fokus menyelamatkan Mama.”

---

David akhirnya mengambil alih kendali, menginstruksikan Leo untuk memeriksa kemungkinan sistem keamanan yang dapat mereka manfaatkan. Leo, dengan jari yang cekatan, membuka laptopnya dan mencoba mencari akses ke sistem gedung. Waktu terus berjalan, hanya tinggal dua menit lagi.

“Papa, aku menemukan akses ke kamera. Tapi… sepertinya setiap langkah kita sudah dipantau,” ujar Leo dengan cemas.

Andrew mengepalkan tangannya, merasa frustrasi. “Ini tidak masuk akal. Setiap kali kita selangkah lebih dekat, dia selalu punya langkah berikutnya. Apa kita benar-benar bisa keluar dari sini?”

David menatap timer yang semakin mendekati titik nol, lalu berbalik ke arah Sarah. Dengan lembut, ia menggenggam tangan istrinya yang dingin.

“Kita akan berhasil, Sarah. Kita harus,” ucap David dengan suara penuh keyakinan, meski dalam hatinya ia tak yakin.

Di sisi lain, Leo menemukan pola di sistem keamanan yang dapat dia manfaatkan untuk mengakses tombol penghenti timer.

“Papa, aku bisa mencoba menghentikan timer dari sini,” katanya, suaranya dipenuhi keyakinan dan harapan baru.

David mengangguk, “Lakukan, Leo. Ini kesempatan kita.”

---

Leo berfokus penuh pada layar, mengetik cepat sambil berusaha menghindari deteksi dari sistem Bayangan. Timer terus menghitung mundur, tersisa lima belas detik.

“Leo, cepat!” seru Andrew, mulai kehilangan kesabaran.

Saat waktu hanya tersisa lima detik, Leo berhasil menemukan kode penghenti dan menekan tombol terakhir.

Satu detik terlewati, lalu semuanya menjadi sunyi.

Timer berhenti di angka satu detik, dan mereka semua terdiam dalam kelegaan campur ketegangan. Tapi tiba-tiba, terdengar suara ledakan kecil dari lorong di luar ruangan. Gedung mulai bergetar, dan suara alarm darurat menggema.

David memeluk Sarah dan Leo, mengangkat mereka berdiri. “Kita harus keluar dari sini, sekarang juga!”

Dengan sisa tenaga, mereka berlari menuju pintu keluar, mencoba menghindari puing-puing yang jatuh dari atap. Saat mereka mendekati pintu utama, David merasa ada sesuatu yang tidak beres—dia merasakan bahwa Bayangan mungkin telah merencanakan sesuatu yang lebih besar dari sekadar ledakan.

Saat mereka hampir mencapai pintu keluar, Bayangan kembali berbicara melalui speaker, kali ini dengan suara yang lebih gelap.

“Kalian mungkin lolos kali ini, tapi jangan pikir permainan sudah selesai, David. Aku masih memiliki senjata rahasia.”

keluarga David yang berhasil keluar dari gedung yang runtuh, namun ancaman baru dari Bayangan menggantung di udara.

Malam itu, setelah keluar dari gedung yang runtuh, David membawa Sarah dan Leo kembali ke rumah aman yang sudah dia persiapkan sebelumnya. Keheningan menyelimuti mereka sepanjang perjalanan, tetapi ketegangan masih terasa kental di udara. Meskipun mereka berhasil lolos, David tahu bahwa ancaman dari Bayangan belum selesai.

---

Keputusan di Tengah Malam

David duduk di ruang kerja sementara Leo dan Sarah tertidur di kamar. Pikirannya penuh, bayangan kejadian malam itu terputar kembali dalam benaknya.

Tak lama kemudian, Andrew memasuki ruangan. "David," katanya pelan, menatap sahabatnya dengan wajah serius. "Apa kau benar-benar berpikir ini akan berakhir begitu saja? Bayangan tidak akan berhenti sampai dia benar-benar menghancurkanmu."

David menarik napas panjang. "Aku tahu, Andrew. Ini semua baru permulaan. Dia ingin aku merasakan ketakutan yang dia tanamkan dalam hidupku. Tapi aku tidak bisa membiarkan keluargaku menjadi korban."

Andrew duduk di sebelahnya. "Ada hal lain yang harus kau tahu, David. Aku sudah menyelidiki beberapa rekam jejak Bayangan, dan dia… ternyata lebih dekat dari yang kita kira."

"Lebih dekat?" David menatap Andrew dengan pandangan waspada. "Apa maksudmu?"

"Dia bukan sekadar orang asing yang ingin menghancurkan hidupmu. Ada jejak yang mengarah pada masa lalu… sesuatu yang kau lakukan bertahun-tahun lalu."

David terdiam, merenungkan kata-kata Andrew. Pikiran tentang kesalahan masa lalu kembali menghantuinya.

---

Percakapan yang Menghancurkan

Pagi harinya, Leo menemui David di ruang kerja. Dia terlihat cemas, namun tekad di wajahnya tak terbantahkan. "Papa, aku tahu ini berbahaya. Tapi aku ingin membantu," katanya sambil menatap ayahnya dengan mata yang bersinar tajam.

David memandang putranya dengan ragu. "Leo, ini bukan permainan. Bayangan ini adalah ancaman nyata, dan aku tidak ingin kamu terlibat lebih jauh."

"Tapi Papa, selama ini aku selalu jadi penonton. Aku sudah cukup pintar untuk membantu. Aku juga ingin melindungi Mama dan Papa," Leo bersikeras.

David menyadari bahwa putranya sudah tumbuh dewasa lebih cepat dari anak seusianya. "Baiklah, Leo. Aku tidak akan menghalangimu. Tapi kamu harus berjanji untuk selalu mengikuti instruksiku, apa pun yang terjadi."

Leo mengangguk mantap. "Aku janji, Pa."

---

Rencana Baru dan Bahaya yang Meningkat

Beberapa hari kemudian, David, Leo, dan Andrew mulai menyusun rencana untuk memancing Bayangan keluar. Mereka memutuskan untuk menyebarkan informasi palsu tentang pertemuan bisnis besar David, berharap Bayangan akan terpancing.

Di sebuah ruang kantor yang tersembunyi, David melihat layar komputer di depannya, menampilkan lokasi-lokasi yang dia pantau untuk mendeteksi jejak Bayangan.

"Tidak ada tanda-tanda keberadaan Bayangan di gedung yang kita siapkan untuk jebakan ini," kata David sambil mengerutkan dahi. "Dia mungkin sudah menyadari rencana kita."

Leo mendekat, melihat layar. "Papa, mungkin kita bisa mencoba metode lain. Aku punya algoritma yang bisa melacak pola komunikasi yang digunakan Bayangan."

David terkejut melihat kecerdasan Leo yang bahkan melampaui harapannya. "Kamu sudah memikirkan itu, Leo?"

Leo mengangguk sambil menunjukkan laptopnya. "Jika Bayangan memiliki jaringan, algoritma ini bisa mendeteksi pola dan lokasi mereka."

---

Saat mereka terus memantau jaringan, tiba-tiba muncul pesan di layar utama. Pesan itu dari Bayangan.

"David, aku tahu permainanmu. Tidak ada yang bisa mengalahkanku. Kau tidak akan pernah bisa melindungi keluargamu dariku."

Leo merespons dengan cepat, mengetik balik, "Kami tidak akan berhenti sampai menemukanmu. Kau tidak bisa bersembunyi selamanya."

Bayangan membalas lagi, "Hati-hati dengan ancamanmu, Leo. Kau terlalu muda untuk mengerti betapa gelapnya permainan ini."

Leo menggertakkan giginya, menahan kemarahan. David meletakkan tangan di bahunya, menenangkan. "Tenang, Leo. Ini yang dia inginkan. Dia ingin membuatmu emosi."

"Tapi Papa, aku tidak tahan melihat dia mengancam kita terus," balas Leo dengan suara penuh tekad.

David menarik napas dalam-dalam. "Aku tahu, Leo. Tapi kita harus tetap fokus. Kita tidak bisa kalah oleh emosional kita sendiri."

---

Malam itu, setelah berjam-jam mencari tanpa hasil, Leo akhirnya menemukan jejak Bayangan melalui algoritma yang dia buat. Mereka segera melacak lokasi yang diduga sebagai markas Bayangan, dan tanpa ragu, David, Leo, dan Andrew memutuskan untuk melakukan penyelidikan langsung.

Namun, ketika mereka tiba di lokasi, tempat itu terlihat kosong dan sunyi. Mereka masuk perlahan, berjaga-jaga akan jebakan yang mungkin dipasang oleh Bayangan.

Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki dari arah belakang mereka. Mereka berbalik dan menemukan seorang pria berpakaian hitam dengan topeng yang menyembunyikan identitasnya. Pria itu memandang mereka dengan tatapan dingin.

"Selamat datang, David. Aku tahu kau akan datang," kata pria itu dengan nada penuh ejekan.

David menggertakkan giginya, mengenali suara yang tak asing lagi. "Bayangan... Aku tahu ini tidak akan mudah. Tapi kali ini, aku tidak akan membiarkanmu lolos."

Bayangan tertawa dingin, suaranya menggema di seluruh ruangan. "Kau pikir ini akhir dari semuanya? Ini baru awal. Mari kita lihat siapa yang benar-benar kuat."

Pria itu lalu menekan tombol di tangannya, dan pintu keluar langsung tertutup rapat. Lampu mulai redup, dan hanya ada satu cahaya kecil yang menerangi wajah mereka.

David, Leo, dan Andrew kini terperangkap. Bayangan menatap mereka, memperlihatkan senyuman licik di balik topengnya.

Apakah David, Leo, dan Andrew akan mampu keluar dari perangkap Bayangan? Dan akankah mereka berhasil menemukan cara untuk menghentikan ancaman yang semakin dekat dengan keluarga mereka?

1
Ana Jus
lanjut
Ana Jus
semangat
🍾⃝ͩ𝙆𝙪ᷞ𝙯ͧ𝙚ᷠ𝙮ᷧ㊍㊍✅
judulnya kayak kereta 🤩
Delita bae
mangat ya 😇😊
Delita bae
mangat salam kenal ya👋😇🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!