'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Sudah cukup lama Xannia berada di pemakaman dan hanya berdiri saja sambil melihat kearah pusara sang ibu.
"Aku pulang dulu mom... Aku akan sering-sering kemari untuk melihatmu," ucap Xannia dan berlalu pergi meninggalkan area pemakaman milik keluarga ibunya.
Ia berjalan kearah mobilnya yang terparkir tidak jauh dari area pemakaman.Xannia masuk kedalam mobilnya dan masih mengenakan kaca mata hitam miliknya guna menutupi matanya yang bengkak dan sembab.
Sementara itu dari kejauhan seorang wanita tengah berdiri di bawah pohon rindang dan menatap tajam pada Xannia yang kian menjauh.
"Ini baru awal, kita lihat bagaimana akhirnya! Aku akan membuat hidupmu semakin hancur dan menderita, hingga tidak ada lagi orang-orang yang mau berada disisi-mu," ujarnya di sertai dengan senyum miring di balik bibirnya yang berwarna merah.
Xannia melajukan mobil itu dengan cepat menuju mansionnya.
Xannia masuk kedalam mansion mewah milik ayahnya, setelah dia memarkirkan mobil miliknya.
"Xannia!" panggil sang ayah yang berada di ruang tamu, sengaja untuk menunggu putrinya pulang.Xannia tidak menghiraukan panggilan sang ayah dan berlalu begitu saja menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
"XANNIA! MAAFKAN DADDY, INI SEMUA MEMANG SALAH DADDY..." teriak Martin. Karna putrinya sama sekali tidak mau mendengar apalagi berbicara dengannya.
Pria paruh baya itu mendudukan dirinya di sofa dan memejamkan kedua matanya, dia menyesali semua perbuatannya di masa lalu.
Dia pikir dengan merahasiakan semua ini dan tidak memberitahu istri dan anaknya semuanya akan baik-baik saja. Tapi, ternyata dia salah, dia justru kehilangan dua orang yang begitu dia cintai.
'Kenapa kau meninggalkan aku Amanda... Apa kau juga membenciku? Sama seperti putri kita yang kini juga membenciku, 'batinnya.
Martin terlihat merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya.
"BAWA ANAK ITU KEMARI!!" marah Martin pada seseorang di sambungan teleponnya.
Xannia masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintunya dari dalam, dia melihat foto keluarganya yang menggantung di atas tempat tidurnya
Foto keluarga itu di ambil saat dirinya berhasil lulus dari perguruan tinggi dengan nilai terbaik dan menjadi salah satu siswa dengan nilai cumlaude.
Semasa kecil Xannia sudah bekerja keras di dalam semua pelajaran agar ayahnya semakin bangga padanya, dia bahkan memasuki jurusan sesuai dengan keinginan sang ayah.
Xannia naik keatas ranjang dan megambil pigura yang berukuran cukup besar itu, dia berjalan kearah balkon dan membuang pigura itu dari lantai dua kamarnya.
Xannia kembali menutup pintu balkon itu dan juga menutup semua jendela yang ada di kamarnya, hingga kamar itu menjadi gelap tanpa cahaya.
Martin berjalan kearah halaman samping mansionnya karna mendengar suara benda jatuh.ia melihat pigura keluarganya yang di buang oleh putrinya sendiri,martin mendongakkan kepalanya melihat balkon kamar putrinya dengan pandangan sendunya.
"Maafkan daddy, Xannia..." gumam martin.
Malam harinya Xannia sudah terlihat lebih baik dari pada saat siang hari tadi.
Dia melihat wajahnya sendiri di cermin besar yang ada di kamarnya.
"Aku tidak akan menangis lagi, aku tidak akan pernah mengeluarkan air mataku lagi! Aku janji padamu mom... Aku akan membalas semua rasa sakit hatimu," tekad Xannia.
Xannia sudah siap dengan pakaian lengkapnya, dia akan mendatangi tempat tinggal Arsen dan membatalkan semuanya.
"Aku tidak ingin lagi di atur olehmu dad," gumam xannia. Ia pun keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni anak tangga.Suasana mansion kali ini sangat terasa berbeda dari biasanya, tidak ada lagi kehidupan dan kehangatan yang di rasakan olehnya.
Xannia berjalan kearah garasi mobilnya dan mengambil mobil lain. Mobil yang dia beli dari hasil dirinya bekerja.
Dia mengendarai mobil itu dengan cepat meninggalkan pekarangan mansion milik ayahnya.
Di sepanjang perjalanan pandangan xannia tampak fokus ke arah jalanan yang dia lalui.
Ini adalah pertama kalinya ia datang ke tempat tinggal milik Arsen, biasanya sang ayah akan menyuruhnya untuk mengunjungi pria di mansion milik orang tua pria itu.
Setelah berkendara hampir 20 menit, akhirnya xannia sampai di gedung apartement yang di tinggali oleh Arsen.Xannia keluar dari mobil, setelah gadis itu memarkirkannya. Dia berjalan kearah lobby apartement dan menekan nomer di mana lantai unit apartement milik Arsen berada.
Ting...
Pintu lift terbuka, Xannia berjalan menyusuri lorong guna mencari nomer unit apartemen Arsen.
Ting tong... (Itu suara bell ya....)
Ting tong.
Xannia menekan bell itu beberapa kali. Tapi, pintu itu belum juga terbuka.Saat ia akan menekan bell sekali lagi, pintu itu akhirnya di buka dari dalam.
Pandangan ia pun terfokus pada seorang perempuan dengan hanya memakai kemeja milik seorang pria tengah berdiri di ambang pintu.
"Kakak?" ujar perempuan itu dengan wajah terkejut dan pandangan polosnya.
Xannia mengepalkan tangannya guna meredam amarah yang tiba-tiba keluar.
"Kau disini?" tanyanya pada Xannia dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
"Aku ingin bertemu Arsen," ucapnya tanpa menjawab pertanyaan perempuan itu.
Bertemu Arsen? Kau mengenalnya? Aku tidak tahu jika kau mengenal arsen, kak..." pungkas perempuan itu masih dengan senyum di wajahnya, dan itu membuat Xannia muak.
"Bisa kau panggilkan dia," ujar Xannia tanpa menghiraukan setiap perkataan dari perempuan itu.
"Ohh baiklah...Tunggu sebentar,"
"Honey ada yang mencari mu..." kata perempuan itu dengan suara yang cukup keras.
"Siapa---" ucapan Arsen menggantung saat melihat Xannia yang berada di ambang pintu apartement miliknya.
"Kakak-ku," timpal perempuan itu dengan senyum senang di wajahnya.
Perempuan itu mengapit lengan Arsen dan membawanya semakin dekat dengan xannia berdiri.
"Aku tidak menyangka jika kau mengenal kakak-ku,"
"Kakak?"
"Iya kakak! Kak Xannia adalah kakakku, kami satu ayah. Tapi, kami berbeda ibu," jawab perempuan itu.
"Kakak, Ayo masuklah kedalam. Aku akan membuatkan minuman untukmu," ujar perempuan itu dengan ramah.
Sementara itu, sedari tadi Xannia hanya berdiri dan diam saja sambil melihat dua orang yang ada di hadapannya dengan pandangan datar.
"Tidak perlu!" sahut Xannia.
"Aku kesini hanya ingin mengatakan sesuatu," lanjutnya dengan wajah datar menatap kearah dua pasangan itu.
"Maria. Masuklah ke dalam," perintah Arsen sambil melepaskan lengan perempuan yang bernama Maria itu.
"Kenapa?" tanya Maria dengan wajah bingungnya.
"Aku akan berbicara sebentar dengan Xannia," jawabnya.
"Tidak perlu, biarkan saja dia disini," timpal Xannia yang ingin melihat reaksi seperti apa yang akan di keluarkan oleh perempuan yang ada di hadapannya ini.
Saat Arsen akan membuka mulutnya dan berbicara, ternyata Xannia sudah lebih dulu mengeluarkan suaranya.
"Aku datang kesini untuk membatalkan pertunangan kita," tegas xannia tanpa ada keraguan sedikitpun.
Seketika saja Maria menutup mulutnya karna merasa terkejut dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Ka-kalian bertunangan? Sejak kapan? Kenapa kau tidak mengatakannya padaku? Kalau aku tahu kau adalah tunangan kakak-ku, aku tidak akan mau denganmu. Aku tidak mungkin menjalin hubungan dengan tunangan kakakku sendiri," ujarnya sambil mengusap air matanya.
Arsen terlihat kalang kabut mendengar Xannia akan membatalkan pertunangannya dan di tambah lagi dengan Maria yang ada disini.
"Kau tidak bisa membatalkan pertunangan ini begitu saja Sydney," ucap Arsen.
"Kenapa tidak bisa?" tanya Xannia dengan datar.
Maria mendekat pada Xannia dan memegang tangannya.
"Kakak, maafkan aku. Aku tidak tahu jika kalian bertunangan, aku akan mengalah demi dirimu," ucap
Megan.
Xannia mengusap tangannya yang baru saja di pegang oleh Maria .
"Tidak perlu repot-repot, kalian bisa melanjutkan lagi hubungan kalian ini," ujar Xannia
Aku sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi denganmu, ah .... Satu lagi, jika kau masih ingin menikah dengan anak dari ayahku, menikah-lah dengan dia," sambil menunjuk Maria dengan dagunya.
"Bukankah dia juga anak dari ayahku," lanjutnya di sertai dengan senyum miring di bibirnya.
"Ayahmu tidak akan setuju dengan pembatalan mu ini Xannia," pungkas Arsen
"Dan aku tidak perduli," Tekan Xannia.
"Aku hanya ingin mengatakan itu saja, bersenang-senanglah," ujar Xannia dan pergi dari hadapan kedua orang tersebut.
"Menjijikan," gumam Xannia setelah menjauh dari kedua orang itu.
"Ini semua salahku," ujar Maria dengan isakan-nya setelah Xannia menjauh.
"Tidak! Ini bukan salahmu, ini salah Xannia yang tidak pernah perhatian padaku dan selalu menjauh dariku," ujar Arsen dan memeluk tubuh Maria.
"Aku akan berbicara pada ayahmu dan membatalkan pertunanganku dengan Xannia," ucap Arsen.
"Aku tidak menyangka jika kau adalah adik Xannia"Lanjutnya.
Itu karna kakak tidak suka padaku dan mommy. Dia dan ibunya menyuruh daddy untuk tidak memberitahu semua orang tentang kami. Padahal daddy sangat mencintai mommy-ku," tuturnya sambil menyembunyikan wajahnya di dada bidang Arsen.
Bersambungg.........