"Simpanan Suamiku selama ini ... MAM4?!!! nggak mungkin, nggak mungkin mam4 tega melakukan ini padaku. Aarrgghhh!!!"
Ungkapan kekecewaan Kimberly terdengar melalui jeritan kerasnya setelah menemukan kebenaran yang tersembunyi di ponsel suaminya. Mam4 yang selama ini dihormatinya dan sangat disayanginya, ternyata adalah simpanan dari suaminya sendiri.
Bagaimana jadinya jika orang yang kau anggap sebagai mam4 tiri yang begitu kau cintai melebihi siapapun, dan kau perlakukan dengan penuh kasih sayang seperti mam4 kandungmu sendiri, tiba-tiba menjadi sumber konflik dalam pernikahanmu?
Di depannya ia terlihat begitu baik, namun di belakangnya ia bermain peran dengan licik. Penasaran dengan kisahnya? Segera simak perjalanan emosional Kimberly hingga akhir cerita!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35. Kamu di Bawah dan Aku di Atas
Kimberly dan Tasya pergi liburan ke Dufan dan Ancol. Mereka bermain-main, makan dan melakukan hal seru lainnya. Sementara Dania, dia sedang mencuci piring di rumah.
Dia sebenarnya ingin ikut, tapi Kimberly menatapnya dengan sangat tajam. Dania tidak takut, tapi dia tidak mau ribet.
Akhirnya Dania memutuskan untuk tidak ikut karena kerjaan rumahnya banyak. Sekarang dengan bibir maju ke depan, wajah tertekuk Dania mencuci piring dengan tergesa, hingga hampir membuat piring yang sedang di pegangnya terjatuh.
Dania terus menghentakkan kakinya ke lantai, dia menyelesaikan cuciannya, membalikkan badannya dan pergi dari sana. Dia menuju ke ruang tengah dimana televisi berada.
Dania duduk, menyilangkan kedua kakinya dan menonton tv. Di tv acara terlihat sama saja. Tidak ada yang menarik. Dania melempar remot tv yang di pegangnya ke kursi di sebelahnya.
"Pengen liburan juga," Dania merebahkan kepalanya ke belakang. Dia menghela napas panjang, kemudian menegakkan kepalanya kembali.
Dania meraih remote tv, mengganti Chanel tv itu ke Chanel lain yang mungkin lebih menarik untuk dilihat. Setelah mencari, Dania menemukan sebuah Chanel yang menayangkan sebuah film dari Indonesia yang berjudul Asal Kau Bahagia.
Dania menonton itu, tertawa dan senyum-senyum, sendiri disaat scene di film itu menunjukkan keromantisan antar pasangan.
Dia terus fokus menonton, sampai akhirnya film itu selesai. Dania merasa sedih, film itu berakhir sedih. Sad ending ibaratnya. Cinta yang ada disana tidak terjadi sesuatu keinginannya. Tidak tercapai.
Dania segera bangkit berdiri dari duduknya, dia pergi ke kamarnya di lantai atas untuk mengambil ponselnya. Sebelumnya Kimberly sudah menyerahkan kembali ponsel Dania padanya. Dengan alasan agar Dania tidak merasa bosan di rumah.
Diam-diam Kimberly perhatian pada Dania. Dia tidak mau Dania merasa bosan, hingga akhirnya menyerahkan ponselnya kembali.
Setibanya di dalam kamar, Dania menuju nakas dan meraih ponselnya. Dia duduk di tepi ranjang, membuka ponselnya dan mencari siapa sosok yang kiranya menjadi bos di tempat Kimberly bekerja.
Setelah lama mencari Dania menemukan bahwa bos Kimberly adalah seorang pria matang berumur tiga puluh limaan keatas, hampir empat puluh. Seumuran dengannya.
Dia tampan, gagah, tubuhnya bagus dan wajahnya hampir mirip orang China. Sejenak Dania terpana olehnya.
Dia sangat tampan, di rambutnya tidak sedikitpun ada uban atau kerutan di wajahnya. Sungguh menawan.
Dania tersenyum dan mulai menghubungi kontak yang ada disana, yang dalam artian kontak pria tersebut.
(Halo, ini pak Jon ya?)
Dania mengirimkan pesan pertama, tapi tidak kunjung ada jawaban. Pesan disana terlihat terkirim dengan dua centang abu-abu, namun setelah lama menunggu tidak kunjung ada notifikasi dibaca. Membuat Dania kesal.
Dania kembali mengirimkan pesan, namun hasilnya sama. Tidak kunjung dibaca oleh bos Kimberly itu. Apa bos Kimberly sebegitu sibuknya hingga tidak ada waktu untuk memegang ponsel? ini sangat aneh.
Hari ini hari libur mereka kan? harusnya bos Kimberly itu ada waktu luang untuk memegang ponselnya, tapi ini tidak.
Kemana sebenarnya pria ini? Dania sangat penasaran. Ingin bicara dengannya dan ketemu.
Dania meletakkan ponselnya, bangkit dari duduknya dan pergi keluar kamar. Dia pergi ke dapur untuk minum dan membuat semacam sereal untuk ia nikmati sendiri.
Setibanya di dapur Dania segera membuka kulkas dan mengambil sebotol air dingin dari sana. Ia meneguk air itu hingga tandas. Setelah air di botol habis, Dania membalikkan badannya dan ingin membuat sereal yang ia taruh di almari kecil.
Namun, sesaat ia mencoba untuk membuka almari itu, tiba-tiba ia mendengar ada suara ketukan di pintu depan. Suaranya terdengar pelan dan berurutan.
Dania mengerutkan keningnya, menaruh mangkuk yang di pegangnya ke meja, lalu pergi ke depan untuk membuka pintu.
Setelah tiba di depan Dania membuka pintu, perlahan pintu itu terbuka, menampilkan seorang pria muda tampan yang tersenyum lebar setelah melihat Dania di hadapannya.
Pria itu menganggukkan kepalanya, memberi hormat pada Dania.
"Pagi, Bu. Ehm ini Bu Dania ya?" tanya pria itu.
Dania merasa bingung dengan kedatangan pria ini. Siapakah dia? apa dia teman Kimberly, tapi kok dia bisa tahu namanya?
"Iya, saya Dania. Maaf, ini siapa ya?" tanya balik Dania.
Pria itu kembali tersenyum, membalas pertanyaan Dania dengan santai. "Saya Jackson Bu. Beberapa hari lalu ibu sempat bermain dengan ayah saya kan? beliau tergila-gila dengan ibu, ingin bermain dengan ibu lagi. Apakah ibu bisa menyanggupinya? ayah saya bersedia membayar mahal jika ibu mau. Bagaimana Bu?"
Dania terkejut mendengar jawaban dari pria ini tentang siapa dia sebenarnya dan apa tujuannya datang kemari. Terlebih dengan bagaimana dia tahu lokasi rumahnya. Ini sangat aneh. Bagaimana pria ini tahu?
"Tunggu. Ayahmu siapa, dan bagaimana kamu tau rumahku? perasaan aku tidak pernah memberitahu siapapun rumahku. Aku sudah tidak bekerja sebagai kupu-kupu malam. Maaf, aku harus menolak permintaanmu," balas Dania.
Dia telah memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai kupu-kupu malam dan fokus pada kehidupannya yang sekarang. Menjadi art di rumah Kimberly, yang sebentar lagi pasti akan berubah. Ya setidaknya itu menurut Dania. Dia yakin jika sebentar lagi dia tidak akan menjadi art lagi.
Pria muda di hadapannya terlihat menundukkan kepalanya sedih. Dia menghela napas panjang, kembali menatap kearah Dania. Dalam dan serius.
"Nama ayahku Alexander Breint. Dia sudah tidak memiliki istri, yang dalam artian ibuku. Beliau sudah meninggal lima tahun yang lalu karena sakit. Sekarang ayahku dan aku hanya tinggal berdua ...,"
"Ayah selalu merasa kesepian, hingga akhirnya beliau memintaku untuk mencari kamu. Dia ingin bermain denganmu lagi. Bagaimana, apa kamu bersedia?" pria itu kembali memohon.
Berharap Dania bersedia menyanggupi permintaannya dan mau bermain dengan ayahnya. Namun, Dania yang memang ingin meninggalkan pekerjaan itu kembali menolak.
Dia tidak ingin terjerumus lebih jauh kedalam pekerjaan itu. Tubuhnya sudah k0tor, Dania tidak ingin membuatnya jauh lebih kot0r lagi.
"Saya tidak bisa. Maaf, kamu cari perempuan lain saja. Saya sudah memutuskan untuk akan meninggalkan pekerjaan ini. Maaf," balas Dania.
Pria itu kembali menunduk sedih. Dia membalas ucapan Dania tanpa memalingkan wajahnya kearah Dania. "Yah, gitu ya? padahal saya ingin menawarkan anda juga pada paman saya, dia orang Cindo namanya Johnson Huang. Pemilik perusahaan Properti terbesar kedua di negara ini ....,"
"Beliau juga kehilangan istrinya, aku ingin beliau sedikit beristirahat jadi aku berinisiatif untuk membawa anda bermain dengannya. Tapi jika anda menolak juga tidak apa-apa. Saya akan mencari orang lain untuk bisa bermain dengannya."
Dania terkejut setelah mendengar nama Johnson Huang. Itu adalah nama bos Kimberly. Orang yang dari tadi Dania cari. Astaga, ternyata pria itu adalah paman dari pria muda ini?!! bagaimana bisa?
Dania tidak bisa menolaknya kalau begini. Dia harus bisa mendekati Johnson Huang dan membuatnya memecat Kimberly.
Dengan senyuman hangat, Dania menganggukkan kepalanya. Dia bersedia melayani ayah dari pria muda ini dan pamannya. Dia ingin segera bertemu dengan Johnson Huang dan melancarkan rencananya.
"Saya bersedia. Saya mau untuk mengambil job ini. Jadi kapan saya bisa bekerja?" balas Dania cepat. Wajahnya terlihat sumringah.
Pria muda di hadapannya terlihat senang. Dengan cepat dia memberikan balasan dan memalingkan wajahnya kearah Dania.
"Malam ini jika bisa. Saya akan mengatur dimana kalian bisa bermain. Yang pertama anda akan bermain dengan ayah saya, lalu yang kedua dengan paman Johnson. Bagaimana Bu, apa anda bisa?" tanya pria itu.
Dania terkejut mendapati dia harus bekerja malam ini. Dia belum mempersiapkan semuanya. Semua barang miliknya sudah ia buang. Dania tidak percaya, namun akhirnya dia menganggukkan kepalanya.
"Baiklah. Saya bersedia. Nanti kamu kabari saya saja jika waktunya siap. Kamu tau rumah saya, pasti kamu tau nomor saya. Yasudah saya masuk dulu, nanti kamu kabari saya saja." balas Dania.
Pria muda itu, Jackson terlihat tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Membiarkan Dania masuk, kemudian dia membalikkan badannya dan pergi dari rumah Dania. Ehm, rumah Kimberly maksudnya.
****
Kimberly dan Tasya terlihat dalam perjalanan pulang setelah dari liburan mereka di Dufan dan Ancol. Saat itu waktu sudah menjelang sore. Pukul dua lebih tepatnya.
Kimberly yang tidak ingin pulang dengan tangan kosong membawa adik kecilnya ke mall untuk membeli banyak hal. Sekalian memanjakannya. Mereka berdua berjalan santai di sepanjang koridor mall yang ramai dengan pengunjung yang sedang berbelanja.
"Tasya, mau beli apa nih di mall?" tanya Kimberly sambil tersenyum manis pada adik kecilnya.
Tasya yang masih kecil dan polos hanya mengangguk antusias. Dia langsung menarik tangan Kimberly menuju ke toko mainan favoritnya. Mereka berdua masuk ke dalam toko yang penuh dengan berbagai macam mainan lucu dan menggemaskan.
Tasya langsung terpesona melihat mainan-mainan yang ada di sana. Dia berlari ke sana kemari sambil memegang mainan-mainan yang dia suka. Kimberly hanya bisa tersenyum melihat tingkah polah adik kecilnya yang begitu ceria.
Setelah puas berbelanja mainan, mereka berdua melanjutkan perjalanan ke toko pakaian. Kimberly membawa Tasya ke bagian pakaian anak-anak dan membiarkannya memilih baju yang dia suka. Tasya dengan antusias memilih baju-baju yang warna-warni dan lucu.
Setelah berbelanja sepuasnya, mereka berdua duduk di food court untuk istirahat sejenak sambil menikmati makanan dan minuman yang mereka beli.
Saat matahari mulai terbenam, mereka berdua pun memutuskan untuk pulang. Mereka berjalan menuju pintu keluar mall sambil membawa kantong-kantong berisi barang belanjaan mereka. Kimberly merasa senang bisa memanjakan adik kecilnya dan melihat senyum bahagianya.
Sesampainya di rumah, Tasya langsung menunjukkan barang-barang belanjaan mereka pada mamanya , Dania. Dia menceritakan dengan antusias tentang hari yang menyenangkan di mall tadi dan bagaimana serunya acara liburan mereka hari ini.
"Tadi kak Kim beliin aku banyak mainan sama baju ma. Lihat deh, bagus-bagus kan? aku suka." ucap Tasya semangat.
Dania tersenyum melihat keceriaan Tasya. "Terima kasih ya, Kim. Sudah memanjakan Tasya hari ini. Kamu memang kakak yang baik," ucap Dania sambil berusaha memeluk Kimberly. Namun, Kimberly menolaknya dan menatap tajam kearah Dania.
"Sama-sama. Aku senang melihat Tasya bahagia." balas Kimberly. Tatapan tajamnya masih ia arahkan pada Dania. Membuat Dania bingung sendiri kenapa Kimberly menatapnya seperti itu.
Tasya membawa Dania duduk di sofa, menceritakan acara liburan mereka hari ini dan keseruan di mall pada Dania. Tasya terlihat antusias. Senyuman di bibirnya tidak kunjung surut.
Dania mendengarkan cerita Tasya dengan senyum hangat di wajahnya. Dia merasa bahagia melihat putrinya begitu ceria setelah hari liburan mereka . Namun, tatapan tajam Kimberly masih terus mengganggu pikirannya.
Setelah mendengarkan cerita Tasya, Dania memutuskan untuk menanyakan langsung pada Kimberly tentang tatapannya tadi.
"Kim, ehm maksudnya nyonya Kim, ada yang salah? Kenapa kamu menatapku seperti itu tadi? kamu marah karena aku memanggilmu nama di depan Tasya?
"Bukankah ini sudah menjadi keputusan kita ya jika di depan Tasya kita akan bersikap baik-baik saja?
"Kenapa kamu menatapku seolah aku telah membuat kesalahan?" tanya Dania dengan wajah penuh kebingungan.
Kimberly menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya menjawab, "Maafkan aku. Aku lupa jika kita harus bersikap seolah baik-baik saja di depan Tasya. Aku merasa tersinggung melihatmu memanggilku nama ...,"
"Oh iya, tadi aku membelikanmu baju. Tasya yang memintanya. Aku meletakkannya di sofa. Nanti kamu ambil saja, aku mau ke kamar."
Dania merasa lega setelah mendengar penjelasan Kimberly. Dia tersenyum dan mengangguk mengerti. "Baiklah, terima kasih sudah memberitahuku. Aku akan ambil baju itu nanti. Sekarang istirahatlah dulu, kamu pasti lelah setelah seharian jalan-jalan dan berbelanja dengan Tasya."
Kimberly mengangguk dan bergegas pergi ke kamarnya, tanpa memalingkan wajahnya kearah Dania, atau membalas ucapannya.
Di dalam hati, Dania merasa begitu senang. Kimberly membelikan Dania pakaian dalam kutip Tasya yang memintanya.
Dia tak henti tersenyum. Jika dia jahat dia bisa menggunakan Tasya sebagai alat baginya untuk membalaskan dendamnya pada Kimberly.
Namun, Dania tidak sejahat itu. Dia bisa melakukannya sendiri dan dengan caranya sendiri. Tanpa melibatkan Tasya, atau orang lain. Kecuali Anjar.
"Sekarang aku harus siap-siap. Sebentar lagi aku akan berangkat ke tempat di mana aku akan menjalankan semua rencanaku. Hmm, nanti aku kasih Kimberly alasan apa ya? oke. Aku kasih aja alasan yang sama. Dia pasti percaya padaku, aku tinggal berpakaian lusuh saja agar dia tidak curiga ...,"
"Dan, hmm dia pasang penyadap suara di tasku kan? dasar b0doh. Dia kira aku tidak tau. Benda sebesar itu tidak mungkin aku tidak mengetahuinya. Lihat saja Kim. Aku akan melakukan sesuatu malam ini untuk mengh4ncurkanmu ...,"
"Kamu tunggu saja, tidak lama lagi kehidupan akan berbalik. Kamu di bawah dan aku di atas," ucap Dania di dalam hati.
Dia menatap tajam ke tempat dimana Kimberly pergi. Setelah cukup melihat Dania segera membalikkan badannya dan pergi menuju sofa ruang tamu untuk mengambil pakaian yang tadi Kimberly belikan untuknya.
Setibanya di ruang tamu, Dania melihat Tasya sedang duduk dan melihat-lihat mainan barunya. Tasya terlihat ceria, sampai tidak menyadari kedatangan Dania.
Dania tersenyum melihat Tasya yang begitu asyik dengan mainan barunya. Gadis kecil itu begitu ceria dan polos, membuat hati Dania hangat melihatnya. Dengan langkah ringan, Dania mendekati Tasya dan duduk di sampingnya.
"Tasya sayang, mainannya bagus ya?" tanya Dania sambil mengelus lembut rambut hitam Tasya.
Tasya mengangguk antusias, "Iya, Mama! Mainannya lucu banget. Aku suka."
Dania tersenyum bahagia melihat keceriaan yang terpancar dari wajah Tasya. Gadis kecil itu begitu mudah bahagia dengan hal-hal kecil, membuat Dania merasa bersyukur memiliki anak seperti Tasya.
Setelah sebentar berbincang dengan Tasya, Dania kemudian mengambil pakaian yang tadi dibelikan oleh Kimberly. Pakaian itu begitu cantik dan modis, sesuai dengan selera Dania. Dengan hati girang, Dania segera menuju kamar untuk mencoba semua pakaian itu dan menyimpannya di dalam almari.
Bersambung ...