Riska tak pernah menyangka hidupnya yang sederhana akan terbalik begitu saja setelah pertemuannya dengan Aldo Pratama, CEO muda yang tampan dan penuh ambisi. Sebuah malam yang tak terduga mengubah takdirnya—ia hamil di luar nikah dari pria yang hampir tak dikenalnya. Dalam sekejap, Riska terjebak dalam lingkaran kehidupan Aldo yang penuh kemewahan, ketenaran, dan rahasia gelap.
Namun, Aldo bukanlah pria biasa. Di balik pesonanya, ada dendam yang membara terhadap keluarga dan masa lalu yang membuat hatinya dingin. Baginya, Riska adalah bagian dari rencana besar untuk membalas luka lama. Ia menawarkan pernikahan, tetapi bukan untuk cinta—melainkan untuk balas dendam. Riska terpaksa menerima, demi masa depan anaknya.
Dalam perjalanan mereka, Riska mulai menyadari bahwa hidup bersama Aldo adalah perang tanpa akhir antara cinta dan kebencian. Ia harus menghadapi manipulasi, kesalahpahaman, dan keputusan-keputusan sulit yang menguji kekuatannya sebagai seorang ibu dan wanita. Namun, di bal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Kebenaran yang Mengancam
Riska duduk di kursi penumpang, tangannya menggenggam erat tasnya, sementara Aldo mengemudikan mobil dengan kecepatan di atas batas wajar. Jalan malam yang gelap hanya diterangi oleh lampu-lampu jalan yang terasa semakin jauh dan menekan. Hatinya diliputi kecemasan dan ketakutan setelah pertemuannya dengan Liana, ditambah tatapan penuh amarah dari Aldo yang belum ia mengerti sepenuhnya.
Pikirannya berlarian, mempertanyakan apa sebenarnya yang telah disembunyikan Aldo selama ini. Namun, ia juga takut menemukan jawabannya.
“Kita mau ke mana?” suara Riska lirih, nyaris tenggelam dalam suara mesin mobil yang menderu kencang.
Aldo tetap diam, matanya tertuju lurus ke depan. Ia tidak menjawab, hanya menggenggam setir dengan kuat, rahangnya mengeras, menandakan kemarahan yang ia coba tahan.
“Kenapa kamu tidak menjawab?” desak Riska, mencoba memberanikan diri. “Kamu nggak bisa terus begini. Apa salahku sampai kamu begitu marah?”
Aldo menoleh sejenak, wajahnya gelap dan penuh misteri. “Kamu ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi? Baiklah, aku akan memberitahumu… tapi nanti, di tempat yang tepat.”
Mendengar jawabannya, Riska terdiam. Ketegangan menggantung di antara mereka, semakin berat di setiap detiknya. Sampai akhirnya, mobil berhenti di depan sebuah rumah besar yang terletak di pinggiran kota. Bangunan itu kosong dan gelap, seakan sudah lama tak dihuni.
Riska merasa tubuhnya merinding. Ia tak tahu kenapa Aldo membawanya ke tempat ini. Ia merasakan hawa dingin yang tak biasa, seolah-olah tempat ini menyimpan kenangan buruk yang tak bisa diungkapkan.
“Masuklah,” Aldo membuka pintu mobil, menatapnya tanpa senyuman.
“Kamu ingin bicara di sini? Di tempat gelap dan sepi seperti ini?” Riska berusaha mengumpulkan keberanian, namun suara hatinya memintanya untuk pergi sejauh mungkin dari tempat itu.
“Ada banyak hal yang tak kamu ketahui tentang aku, Riska,” suara Aldo rendah, namun berbahaya. “Dan sudah saatnya kamu tahu.”
Riska mengikutinya dengan ragu, melangkah memasuki rumah yang gelap dan berdebu. Setiap langkah yang diambilnya semakin membuat jantungnya berdetak lebih kencang, bertanya-tanya tentang apa yang akan segera terungkap.
Di dalam, mereka berhenti di ruangan besar yang hanya diterangi oleh cahaya redup dari jendela. Aldo berbalik, menatap Riska dengan mata yang tajam, seakan ingin menembus seluruh pikirannya.
“Apa maksud semua ini, Aldo?” tanya Riska dengan nada getir. “Kenapa kita ada di sini?”
Aldo tersenyum tipis, namun senyumnya terasa dingin. “Aku ingin kamu tahu sesuatu tentangku, tentang siapa aku sebenarnya. Kamu pikir, menjadi istri dari seorang CEO akan membuatmu aman? Kamu salah besar.”
“Aku nggak mengerti, Aldo,” suara Riska semakin bergetar. “Aku hanya ingin tahu kenapa kamu begitu keras dan menyembunyikan sesuatu dariku. Siapa sebenarnya Liana, dan kenapa kamu begitu marah saat aku bertemu dengannya?”
Aldo menatapnya dalam diam, matanya penuh dengan ketegangan yang tak pernah Riska lihat sebelumnya.
“Liana adalah masa laluku. Dia adalah satu dari sekian orang yang pernah merasakan bagaimana kejamnya dunia ini. Sama sepertiku,” Aldo berbisik tajam. “Aku lahir dalam dunia yang tak pernah bisa kamu pahami, Riska. Dunia yang penuh dengan kebohongan, kekerasan, dan darah.”
Riska merasakan bulu kuduknya berdiri. Kata-kata Aldo membuat hatinya semakin gelisah. Ada sisi gelap yang menakutkan dalam diri suaminya yang belum pernah ia lihat sebelumnya, dan itu membuatnya takut.
Namun, sebelum ia bisa mencerna lebih jauh, Aldo melanjutkan perkataannya.
“Aku menikahimu bukan karena cinta, Riska. Aku menikahimu karena ada tujuan tertentu,” ucap Aldo tanpa belas kasihan, membuat hati Riska serasa hancur.
“Tujuan? Jadi, semua ini hanya permainan bagimu?” Riska merasa matanya mulai berair. “Kenapa kamu lakukan ini padaku? Apa salahku?”
Aldo tersenyum tipis lagi, namun kali ini ada kebencian yang terpendam dalam matanya. “Kamu adalah kunci bagi sebuah rahasia besar, Riska. Kamu memiliki sesuatu yang aku butuhkan.”
Riska mundur selangkah, kebingungan bercampur dengan rasa takut yang membanjiri pikirannya. Sisi gelap Aldo yang penuh misteri semakin menampakkan dirinya. Namun, sebelum Riska bisa mengatakan apa-apa, Aldo melangkah mendekat, menatapnya dengan intens.
“Apa… apa yang kamu maksud, Aldo?” Riska hampir tak bisa bernapas, ketakutan mulai menyelimutinya.
“Kamu adalah jalan menuju balas dendamku yang sudah kutunggu selama ini,” jawab Aldo dingin. “Kamu adalah alat untuk mencapai keinginanku. Dan sekarang, kamu tak bisa lari ke mana pun.”
“Kenapa, Aldo? Kenapa kamu begitu kejam?” Riska menahan air matanya yang hampir jatuh. “Apa aku hanya boneka bagimu?”
Aldo hanya diam, seolah menikmati rasa sakit yang kini melanda istrinya. Di dalam dirinya, ada perasaan puas karena telah mengungkapkan kebenaran. Namun, di sisi lain, ada perasaan yang ia sendiri tak dapat pahami.
Tiba-tiba, ponsel Aldo berdering. Suara di seberang tampak mendesak. Aldo mengalihkan pandangannya dari Riska dan berbicara singkat, namun tatapannya kembali tajam setelah menutup telepon.
“Kita harus pergi. Sekarang,” perintah Aldo dengan nada dingin. “Dan ingat, Riska, mulai sekarang kamu tidak boleh menemui Liana atau siapapun yang berusaha mengusik rencana kita. Atau, kamu akan menghadapi konsekuensi yang lebih besar.”
Riska terdiam, ketakutan memenuhi setiap sel tubuhnya. Aldo menuntunnya keluar dengan paksa, meninggalkannya tanpa penjelasan lebih lanjut.
Di dalam mobil, Riska hanya bisa menatap keluar jendela, pikirannya penuh dengan rasa sakit dan ketakutan. Ia tahu sekarang bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar hubungan mereka. Namun, di balik ketakutan itu, ada keinginan untuk menemukan kebenaran, dan ia bertekad bahwa meskipun berbahaya, ia harus mengetahui seluruh cerita dari sang suami yang penuh misteri ini.
---
Bab 18 berakhir dengan cliffhanger yang menegangkan, di mana Riska mulai memahami bahwa pernikahannya dengan Aldo jauh lebih rumit daripada yang pernah ia bayangkan, sementara ancaman baru terus membayanginya.