Tragedi Kenikmatan

Sebuah hunian mewah dengan halaman yang cukup luas menantang jantung Alle sampai berdetak tidak karuan.

"Zigga, apakah ini rumah keluargamu?" tanya Alle.

"Bukan, ini adalah rumah ku sendiri," jawab Zigga terus menatap Alle yang terlihat takjub melihat rumah yang cukup besar dan mewah.

"Apa kamu suka?" tanya Zigga meyakinkan.

"Tentu, siapa orang yang tidak mengimpikan hunian seperti ini," sahut Alle.

"Tapi ini bukan mimpi bagimu, rumah ini akan menjadi atas namamu," ujar Zigga membuat Alle tersedak nafasnya sendiri.

"Uhuk! Uhuk!" Alle terlihat tidak percaya.

"Alle, kita sudah cukup lama terpisah, aku tidak ingin kehilanganmu lagi," ujar Zigga membuat Alle merasa sangat bahagia sekaligus tidak percaya.

Allessia menyesali pikirannya yang sudah salah paham terhadap Zigga. Alle merasa canggung jika mengingat dirinya selalu menganggap Zigga adalah sosok pria yang kejam dan tidak berperasaan.

"Zigga, kita butuh persetujuan dari Alga. Jika dia tidak ingin, maka aku tidak bisa bersamamu," jawab Alle.

Mobil berhenti di depan mansion. Alle terdiam ketika Zigga kembali menatapnya dengan tatapannya yang sulit di tebak.

"Jika kamu bersedia, aku tidak butuh persetujuan dari siapapun!" sahut Zigga terdengar sedikit arogan.

"Ta-tapi Zigga, dia adalah anakmu, kita harus menghargai keputusannya." Alle menjelaskan.

Zigga tidak ingin mendengarkan sebuah penolakan halus atau pun kasar, dia membuka pintu mobil dan langsung membopong Alle memasuki mansion.

"Zigga turunkan aku, aku bisa jalan sendiri!" Alle memberontak.

Zigga dengan perlahan melekatkan Alle di atas kasur. Zigga dengan sedikit menekan memaksa Alle untuk merebahkan tubuhnya.

"Zigga kamu mau ngapain?" tanya Alle panik.

"Kenapa? Bukankah kamu sangat menyukaiku? Kenapa sekarang kamu terlihat seperti tidak senang bersamaku?" tanya Zigga menyelimuti tubuh Alle.

"Zigga, kita baru saja bertemu kembali, aku butuh beradaptasi dengan perasaan ku yang dahulu. Terima kasih karena kamu sudah mau menerimaku, meskipun butuh bertahun-tahun untuk aku mengetahui perasaan mu padaku. Tapi Zigga, ini bukan soal perasaan kita, namun ini adalah soal dua keluarga, apakah keluarga mu bersedia menerima aku sebagai menantu mereka!?" tanya Alle.

"Sudah aku katakan padamu, jika kamu bersedia, maka aku tidak butuh persetujuan dari siapapun!" tegas Zigga.

"Tapi?" Alle terlihat bingung dengan Zigga yang terus kekeuh dengan kemauannya.

"Sudahlah, kamu harus istirahat dan tidur siang. Dua jam lagi aku akan membangunkan mu," ucap Zigga dengan lirikan mata yang tajam membuat Alle hanya bisa terdiam.

Allessia menatap langit-langit plafon. Pikirannya sangat bingung dengan apa yang terjadi hari ini. Segala sesuatu terjadi begitu sangat cepat. Allessia tidak tau harus bagaimana untuk menghadapi kelanjutan cerita ini.

Allessia tidak bisa memejamkan matanya untuk memenuhi perintah Zigga. Bagaimana dia bisa tidur jika pikiran dan perasaannya sedang beradu memikirkan nasib kedepannya.

Di ruang aula yang sangat luas terlihat seorang anak laki-laki berdiri tegap sembari mulutnya terus mengunyah permen karet, ia adalah Algasia Cestaro.

Alga yang baru saja sampai di rumah ayah kandungnya melihat ke arah anak tangga, ia memperhatikan sosok pria gagah itu dengan tatapan mengucilkan.

"Hallo, Raja Rimba, akhirnya kita berjumpa. Silahkan?" Zigga dengan rasa hormat mempersilahkan putranya untuk duduk bersamanya di sofa tamu yang sangat elegan nan mewah.

"Terima kasih, senang bertemu dengan anda, kucing sangar," sahut Alga menyunggingkan senyumnya dan melirik Zigga dengan masih dengan tatapan mengejeknya.

Zigga menatap tajam putranya. Terlihat tatapan dua pria seperti saling adu mekanik, seolah mereka adalah lawan yang harus saling menghabisi, bukan sebagai seorang anak dan ayah harus saling mengayomi.

"Sudah sangat lama, bahkan aku sama sekali tidak mengetahui jika aku memiliki putra seperti mu?" ujar Zigga menyilangkan salah satu kakinya. Aura arogan sangat melekat pada dirinya.

"Sudah sekalian lama, kenapa ayahku harus bangkit dari neraka?" sahut Alga tidak mau kalah dengan jokes ayahnya.

"Saya akan pastikan, jika anda tidak akan rugi memiliki seorang ayah yang baru bangkit dari neraka, sebab seseorang yang sudah disiksa sekian lama pasti akan berubah dan menjadi lebih baik, dan anda akan menerima segala kebaikan dariku," ujar Zigga mengutarakan keseriusannya.

"Siapapun tidak akan pernah merasa rugi memiliki anak seperti ku, yang sudah berdiri di kakinya sendiri sejak usia dini melindungi mommy-nya yang lemah lembut. Aku tidak membutuhkan seseorang dari neraka, tapi aku membutuhkan partner untuk sama-sama menjaga mommy-ku dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab."

Alga dengan santai mengeluarkan sebuah kertas bertuliskan beberapa poin yang harus di tanda tangani jika keputusan disetujui untuk di kontrak.

"Apa ini?" tanya Zigga melirik kertas yang diletakan di atas meja.

"Itu adalah sebuah kontrak, saya tahu usaha anda yang ingin mendekati mommy ku. Beberapa cctv di rumah terlihat sangat mencolok membuatku sangat mudah menemukannya. Beberapa cctv rusak bukanlah karena kerusakan teknis, tetapi aku sengaja merusaknya. Saya pikir anda adalah kucing sangar yang sangat menghargai wanita, tetapi anda malah memasang cctv di kamar mommy-ku, anda sangat-sangat cab ul sekali, Daddy?" ujar Alga menyeringai. Ia sangat bangga melihat ekspresi Zigga yang terlihat tidak percaya.

_Daddy? Apa dia memanggil ku daddy?_

Zigga tidak dapat mempercayai telinganya jika putranya sudi memanggilnya, daddy.

Ditambah anak yang pintar, membuat Zigga merasa sangat-sangat bangga di dalam hatinya. Namun, untuk kesan yang lebih sempurna membuatnya harus menahan kesenangannya dalam hati.

"Maafkan atas kesalahpahaman ini, putraku. Sungguh ada kesalahan yang dilakukan oleh pekerja ku. Alga, bisakah mulai saat ini kita menjalankan takdir sebagai ayah dan anak?" tanya Zigga dengan tulus membujuk putranya.

"Bukan saya yang memutuskan!" tegas Alga melirik kertas di atas meja.

Zigga menatap kertas yang di lirik oleh putranya. Dia pun sangat penasaran dengan kontrak yang di ajukan oleh putranya.

Zigga memperhatikan isi kontrak yang menurutnya tidak masuk akal.

°pasal 1: Mommy adalah hak yang paling benar.

°pasal 2:tidak diizinkan menyakiti Mommy, jika ada yang merundungnya, suami dan anaknya akan selalu melindunginya.

°pasal 3:Mommy adalah hak yang paling benar, jika mommy bersalah, maka aturan kembali ke pasal 1.

°pasal 4: Mommy akan mendapatkan harta 50% dari harta suaminya.

°pasal 5:Jika daddy bersalah, Daddy meminta maaf dan membujuk mommy sampai mommy tidak marah. Karena jika mommy marah, suasana rumah akan terasa runtuh.

°pasal 6: Jika mommy marah 3 hari berturut-turut kepada siapapun, maka Daddy lah yang harus berusaha untuk membujuk supaya Mommy memaafkan kesalahan orang tersebut. Jika Daddy gagal, maka Daddy harus dihukum menari balet di depan khayalak ramai.

°pasal 7: Daddy harus menuruti semua keinginan mommy. .

°pasal 8: jika Daddy ingin menceraikan mommy, maka mommy akan mendapatkan gono-gini sebanyak 90% kekayaan Daddy.

Jika tidak sanggup, silahkan sobek kontrak ini! Jika setuju silahkan tanda tangan di bawah ini.

Zigga terdiam membaca pasal-pasal yang tidak masuk akal. Bagaimana dia bisa meminta maaf atas kesalahan orang lain. Lalu, jika dia tidak mampu melakukannya dia akan di hukum menari balet di depan banyak orang.

Zigga merasa dirinya sudah sangat kejam, tegas dan arogan tetapi ternyata anaknya lebih-lebih segalanya darinya.

Alga hanya menyunggingkan senyumnya melihat ekspresi ayahnya.

Mommy-nya sudah susah payah membesarkan dirinya. Mommy-nya rela menolak cinta yang datang demi agar bisa fokus membesarkannya. Kini, ada seseorang yang datang ingin merebut mommy-nya. Alga harus berjaga-jaga untuk melindungi mommy-nya, apalagi Alga tahu ayahnya bukanlah orang sembarangan. Alga tidak mau mommy-nya hanya menjadi umpan ikan.

...