Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Maxime Keano, bahwa dia akan menikahi seorang gadis yang masih SMA.
"Barang siapa yang bisa menemukan kalungku. Jika orang itu adalah laki-laki, maka aku akan memberikan apapun yang dia inginkan. Tapi jika orang itu adalah perempuan, maka aku akan menikahkan dia dengan cucuku." Ucap sang nenek.
Tak lama kemudian, datang seorang gadis remaja berusia 18 yang yang bernama Rachel. Dia adalah seorang siswi SMA yang magang sebagai OB di perusahaan Keano Group, Rachel berhasil menemukan kalung sang nenek tanpa mengetahui sayembara tersebut.
"Ingat, pernikahan kita hanya sementara. Setelah nenekku benar-benar sehat, kita akan berpisah. Seumur hidup aku tidak pernah bermimpi menikah dengan seorang bocah sepertimu." Maxime Keano.
"Kamu pikir aku ingin menikah dengan pria arogan dan menyebalkan sepertimu? Menikah denganmu seperti musibah untukku." Rachel Calista.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Setelah pulang sekolah dan mengikuti kegiatan OSIS, sore itu Rachel memutuskan untuk pergi ke taman. Dia sangat berharap di taman itu dia bertemu dengan pemilik kalung yang dia temukan.
Ternyata disana ada Nenek Margaretha yang sedang mencari kalung. Orang-orang suruhannya sudah pergi atas perintah dari Nenek Margaretha, karena sudah beberapa jam mereka mencari kalung di taman tersebut, tidak ada yang menemukannya. Karena nenek Margaretha masih penasaran, dia memutuskan untuk mencarinya sendirian, sambil menunggu jemputan.
Nenek Margaretha tidak sengaja menginjak sebuah batu kecil, membuat dia kehilangan keseimbangan tubuhnya.
Buuukkk...
Tubuhnya tersungkur ke rerumputan.
"Alah! Alah! Aduh... Aduuhh!"
"Pinggangku encok."
Nenek Margaretha mendapatkan kesulitan untuk bangkit kembali, dia merasakan encok pada bagian pinggangnya. Bahkan pakaian dan wajahnya sedikit kotor karena banyak tanah di rerumputan tersebut.
Rachel tidak sengaja melihatnya, dia sangat terkejut ketika melihat ada seorang nenek tua renta sedang tiduran di rerumputan. "Ya ampun, Nenek kenapa rebahan disitu?"
"Aku tidak..." Nenek Margaretha ingin menjelaskan bahwa dia tidak sedang rebahan, pertanyaan gadis remaja itu malah membuatnya naik darah. Tapi dia tidak sempat menjelaskannya, karena tiba-tiba Rachel membantunya untuk berdiri.
"Pakaian nenek jadi kotor kan?" Rachel berkata sambil membersihkan noda tanah di pakaian Nenek Margaretha.
Gadis itu seperti seorang cucu yang lagi mengomeli neneknya karena mengira neneknya sedang rebahan di rerumputan. Mungkin Rachel mengira bahwa Nenek Margaretha adalah seorang nenek-nenek yang sering dia temui. Memang banyak sekali orang-orang yang sudah tua hidup sebatang kara dan tinggal di jalanan.
Perasaan Nenek Margaretha campur aduk antara pusing karena mungkin gadis remaja itu mengira bahwa dia seorang nenek-nenek yang hidup dijalanan. Tapi hatinya ada sedikit merasa tersentuh, padahal mereka baru pertama kali bertemu, tapi gadis itu terlihat sangat mengkhawatirkannya.
Rachel memapah Nenek Margaretha untuk duduk di kursi besi yang ada di taman. Kemudian Rachel mengeluarkan satu bungkus roti di dalam tasnya, dan membagi dua roti tersebut. "Nenek pasti belum makan. Yang satu buat nenek, yang satu lagi buat aku."
Tentu saja Nenek Margaretha sangat keberatan untuk menerima roti tersebut, seumur hidup dia belum pernah mengkonsumsi roti murahan seperti itu. Apalagi harus dibagi dua.
Rachel mengira bahwa Nenek Margaretha sungkan untuk menerimanya. Dia meletakkan sepotong roti tersebut ke telapak tangan Nenek Margaretha, "Jangan sungkan, Nek. Makan aja! Roti ini enak lho."
...****************...
Satu jam kemudian...
"Hahaha..."
Terdengar suara tawa di taman tersebut. Rupanya Rachel sedang menceritakan pengalaman lucunya yang membuat Nenek Margaretha tertawa. Bahkan Nenek Margaretha sudah memakan roti pemberian dari Rachel sampai habis.
"Hahaha... Mana ada seorang OB memecat bosnya. Ada-ada saja kamu ini." Nenek Margaretha masih tidak bisa berhenti tertawa. Dia tidak tahu bahwa Rachel sekolah di SMA Pelita, karena Rachel memakai sweater, sehingga atribut sekolahnya tidak kelihatan.
"Ada dong, Nek. Aku orangnya. Walaupun aku seorang OB, aku punya harga diri. Aku gak mau ditindas seenaknya oleh mantan bosku itu." Rachel bercerita dengan bangganya.
"Bos seperti itu memang harus dilawan. Kalau Nenek jadi kamu, Nenek akan melakukan hal sama. Bahkan lebih dari itu." Nenek Margaretha sangat setuju dengan pernyataan Rachel yang berani sekali melawan mantan bosnya itu.
"Sebenarnya aku tidak akan melawan kalau dia tidak berbuat semena-mena. Dari dulu aku berusaha untuk menahan diri. Tapi kali ini aku tidak ingin membiarkan dia menindasku, hanya gara-gara aku orang miskin dan karyawan rendahan."
Nenek Margaretha memandangi Rachel dengan tatapan takjub. Awalnya sikap Rachel membuat darah tingginya hampir kumat gara-gara Rachel mengira dia gelandangan. Tapi perlahan-lahan dia merasa tersentuh dengan sikap Rachel yang sangat baik kepadanya. Bahkan Rachel memberikan sepotong roti kepadanya.
Padahal Rachel masih mengira Nenek Margaretha adalah tunawisma, mungkin karena wajah dan pakaian Nenek Margaretha yang kotor, tapi gadis itu sama sekali tidak merasakan jijik. Malah Rachel mengakrabkan diri kepadanya.
Andai saja Rachel adalah orang yang menemukan kalungnya, pasti Nenek Margaretha tidak perlu berpikir panjang. Akan menjodohkan gadis itu dengan cucunya. Rachel adalah gadis yang cantik dan baik. Di usia remaja seperti itu biasanya mengedepankan rasa gengsi dan berhura-hura dengan teman-temannya. Tapi tidak dengan Rachel, dia adalah seorang gadis yang pekerja keras. Sepulang sekolah, dia harus bekerja sebagai OB. Walaupun akhirnya dia harus keluar dari pekerjaannya karena bosnya telah berbuat semena-mena terhadapnya.
"Siapa namamu?" Tanya Nenek Margaretha kepada Rachel.
"Nama saya Rachel, Nek." Jawab Rachel sambil tersenyum manis.
"Sebenarnya Nenek datang kesini untuk mencari..."
Nenek Margaretha tidak meneruskan perkataannya ketika melihat ada sebuah mobil berhenti di dekat taman tersebut.
Rachel sangat tahu sekali siapa pemilik mobil tersebut, membuat dia berseru. "Wah untuk apa dia datang kesini? Apa dia masih belum puas menindasku?"
Nenek Margaretha nampak gelagapan mendengarnya. Mengapa Rachel terlihat kesal sekali sambil memandangi mobil milik cucunya. "Kamu kenal pemilik mobil itu?"
Terlihat Maxime yang baru keluar dari mobil, dia menghela nafas dengan kesal. Mengapa Rachel bisa bersama dengan neneknya? Dia datang kesana karena sengaja ingin menjemput neneknya pulang.
"Dia adalah orang yang aku ceritain, Nek. Mantan bos yang sangat menyebalkan itu. Yang suka bersikap semena..."
Rachel tidak meneruskan perkataannya ketika mendengar pertanyaan dari Maxime yang sedang berjalan ke arah mereka. "Kenapa kamu bisa bersama dengan Omaku?"
"Ngiikk." Rachel tiba-tiba cegukan. Mungkin karena saking kagetnya.
Rachel sama sekali tidak mengira bahwa nenek-nenek yang sudah dia kira tunawisma itu adalah neneknya Maxime. Padahal dia sudah menceritakan dengan panjang lebar kali tinggi bagaimana menyebalkannya seorang Maxime Keano. Rasanya mau pingsan saja.