Kisah tentang cinta yang terjebak dalam tubuh yang berbeda setiap malam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendy Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24: Kenangan yang Kembali Mengusik
Suatu sore ketika aku sedang merapikan barang-barang di lemari, aku menemukan sebuah kotak kecil berisi benda-benda kenangan masa lalu. Di dalamnya ada beberapa surat, foto-foto lama, dan barang-barang yang mengingatkanku pada masa-masa sulit sebelum bersama Arya. Tanpa sengaja, aku menemukan sebuah foto lama dari mantan pacarku, yang selama ini aku pikir sudah kusimpan rapat-rapat dalam memori.
Sejenak, aku hanya menatap foto itu. Rasanya aneh. Ada sedikit perasaan nostalgik, namun juga perasaan bersalah. Meski aku tak merasakan hal yang sama lagi, melihat foto itu membawa ingatanku pada luka-luka lama, dan keinginan yang dulu kupikir tak pernah bisa ku wujudkan. Segalanya sekarang terasa begitu berbeda.
Ketika Arya pulang malam itu, aku masih merenungkan temuan tak terduga tersebut. Aku merasa canggung dan tak ingin menyembunyikan apa pun darinya, jadi aku memutuskan untuk bercerita.
"Sayang, hari ini aku menemukan kotak lama yang berisi foto-foto masa lalu... termasuk beberapa foto mantan," kataku, berusaha terdengar tenang.
Arya tampak terkejut, namun senyum kecil muncul di wajahnya. "Oh, menarik. Bagaimana perasaanmu saat melihatnya lagi?"
Aku berpikir sejenak sebelum menjawab. "Aneh. Rasanya seperti melihat diri sendiri di masa lalu, yang penuh dengan harapan dan kesalahan. Aku tidak merasakan apa-apa lagi padanya, tapi ada sedikit nostalgia."
Arya mengangguk, seolah memahami apa yang aku maksud. "Aku rasa setiap orang punya kenangan seperti itu. Bagiku, yang penting adalah masa kini. Lagipula, kamu bersama aku sekarang, dan aku percaya padamu."
Kata-katanya membuatku merasa lega. Namun, meski Arya mengatakan tidak keberatan, aku tetap merasa bahwa ada sesuatu yang mengusik hatiku. Mungkin bukan karena foto itu, tapi lebih pada kenangan dan refleksi atas perjalanan yang telah kulalui.
***
Beberapa hari kemudian, Arya tiba-tiba mengajak untuk menghabiskan akhir pekan bersama di vila milik keluarganya yang terletak di luar kota. Dengan bersemangat, aku menerima ajakannya. Kami berdua merasa butuh pelarian sejenak dari kesibukan dan tekanan kehidupan kota, dan waktu bersama ini terasa seperti kesempatan sempurna untuk menenangkan pikiran dan menikmati kebersamaan.
Saat perjalanan menuju vila, kami banyak berbicara tentang masa lalu, mimpi, dan rencana masa depan. Arya bercerita tentang masa-masa sulit dalam hidupnya dan bagaimana dia belajar dari kegagalan-kegagalan tersebut. Aku merasa semakin mengenalnya lebih dalam, dan rasa cinta yang kupunya untuknya semakin bertambah.
Ketika kami tiba di vila, suasananya benar-benar tenang. Udara segar, bunyi angin berdesir di antara pepohonan, dan aroma alam membuat kami merasa rileks. Kami menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan, memasak bersama, dan menikmati pemandangan dari balkon vila yang menghadap pegunungan.
***
Pada malam hari, di depan perapian, Arya tiba-tiba membuka topik yang cukup mendalam. "Apa kamu pernah berpikir, bahwa kenangan dan masa lalu kita yang membuat kita jadi seperti sekarang ini?"
Aku menatapnya sejenak, merenungi pertanyaannya. "Ya, aku rasa begitu. Setiap pengalaman, baik yang manis maupun pahit, membentuk kita menjadi pribadi yang lebih kuat dan lebih bijaksana."
Arya tersenyum, namun ada kesan serius dalam tatapannya. "Kadang aku merasa, mungkin kita harus berterima kasih pada masa lalu, walaupun ada luka di dalamnya."
Kata-katanya membuatku terdiam. Aku mengerti maksudnya; dia bukan hanya berbicara tentang dirinya, tetapi juga tentang diriku. Kami berdua membawa bekas luka dari masa lalu, namun kami memilih untuk saling menyembuhkan dan melangkah maju.
Kami saling berpandangan dalam keheningan. Momen itu, di depan perapian, terasa sangat sakral. Aku merasa semakin yakin bahwa Arya adalah sosok yang selama ini aku cari—seseorang yang memahami setiap luka dan harapan dalam diriku. Kami tak perlu kata-kata untuk saling memahami, hanya sebuah pelukan hangat di malam yang dingin itu sudah cukup untuk menyatakan segalanya.
***
Hari berikutnya, kami kembali ke kota dengan hati yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih. Aku merasa seperti baru saja melewati fase penting dalam hubungan kami. Aku belajar bahwa menerima masa lalu, baik milikku maupun milik Arya, adalah bagian penting dari perjalanan ini. Aku belajar bahwa mencintai seseorang juga berarti menerima dan menghargai setiap bagian dari dirinya, termasuk kenangan dan luka-lukanya.
Setelah kembali, aku merasa lebih dekat dengan Arya daripada sebelumnya. Kami kembali menjalani hari-hari seperti biasa, namun kini ada rasa yang lebih mendalam dalam setiap momen yang kami habiskan bersama. Hubungan kami bukan hanya soal kebersamaan, tapi juga tentang saling menerima, saling menyembuhkan, dan tumbuh bersama.
Hari-hari berlalu dengan penuh kebahagiaan, namun aku juga menyadari bahwa perjalanan ini masih panjang. Ada banyak hal yang masih harus kami hadapi, banyak rintangan yang mungkin akan datang. Namun, aku merasa siap, karena aku tahu kami bisa menghadapinya bersama.