Kanaya terdiam terpaku melihat pemandangan yang ada di seberang dia. Galan - lelaki yang sudah menjalin hubungan selama dua tahun dengan dirinya tengah menggandeng mesra seorang perempuan. Galan Farrabi Altezza, dia adalah lelaki yang sama sekali tidak memiliki cacat dalam mengkhianati kepercayaan apalagi dia selalu menghargai perasaan yang dimiliki oleh Kanaya.
"Kita nikah tahun depan ya setelah kamu lulus kuliah." ucapan Galan masih terngiang jelas dalam pikiran Kanaya.
Masa depan yang selalu dia ungkapkan hanya untuk membahagiakan dirinya dan impian memiliki anak-anak yang lucu. Tapi rasanya semua itu menjadi petaka mimpi buruk untuk seorang Kanaya Shanifah Galianna Lubov.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anyaaang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Puzzle - part 2
Kanaya duduk bersandar di dalam apartemennya. Sepanjang jalan dia tidak bisa berhenti memikirkan kemana perginya Galan. Nggak ada tempat yang bisa Kanaya dapatkan dalam otaknya yang terus memutar. Sama sekali tidak ada tempat yang membuat Kanaya menebak dimana pun itu. Jika dia tidak ke rumahnya mungkin Kanaya akan berpikir kalau Galan ketiduran atau masih sibuk menguruskan bahan-bahan buat presentasi besok. Tapi sayangnya kali ini Kanaya dapat menangkap basah Galan yang sering pergi menginap tanpa sepengetahuan dirinya.
Hp Kanaya berbunyi. Ada video call dari Galan. Setelah tadi Kanaya mendatangi rumah Galan dan dia yang tidak ada kabar berarti sudah hampir dua jam Galan menghilang. Sama sekali tidak pernah dia melakukan ini. Waktu itu pernah sekali pun tapi karena Galan yang memang sibuk kerja dan Kanaya tahu itu.
Kanaya menarik nafasnya dan mengangkat video call dari Galan.
"Sayang maaf ya. Aku dari tadi sibuk banget ngurusin kerjaan. Maaf ya sayang. Kamu tadi telepon aku ya? Aku nggak denger dan hp aku langsung mati gitu karena ternyata lowbat." Galan langsung menjelaskan panjang lebar kenapa dia baru bisa menghubungi Kanaya.
Terlihat muka Galan dengan raut rasa bersalah karena baru bisa menghubungi balik Kanaya. Gara-gara sibuk ngurusin bahan presentasi besok dia jadi telat buat video call Kanaya. Maklum aja acara pernikahan yang akan diadakan tiga bulan lagi di hotel tempat kerja Galan menginginkan acara dengan konsep yang cukup berkelas.
Kanaya masih belum menanggapi Galan. Dia memperhatikan Galan yang berada di kamar dan itu adalah kamar Galan. Kamar yang sempat Kanaya datangi dan masih terkunci tadi. Rasanya Galan memang belum kembali ke rumah tapi kenapa Galan berada di kamar pribadi dia? Semua sungguh membingungkan di dalam pikiran Kanaya.
"Sayang maafin aku ya. Aku benar-benar cuma nyelesain kerjaan aku aja kok daritadi." Galan berusaha meyakinkan Kanaya. Tapi rasanya percuma karena di dalam benak Kanaya sekarang adalah Galan seorang laki-laki yang sulit dipercaya. Bahkan ini bukan sekedar halusinasi belaka aja karena yang Kanaya hadapi adalah sebuah kenyataan.
"Oke."
"Kamu dari mana? Kenapa belom ganti baju dari pas tadi aku anterin? Kamu dari luar lagi?" Galan seketika menyadari penampilan Kanaya yang masih sama saat jalan dengan dia tadi. Bahkan Kanaya belum menghapus dandanan dia.
"Di sini aja dan nggak kemana-mana." jawab Kanaya santai. Ini adalah pertama kalinya Kanaya membohongi Galan selama dia berhubungan. Tidak pernah ada niat sedikit pun buat membohongi Galan. Tapi sekarang rasanya dia perlu melakukan itu untuk mengetahui satu persatu apa yang sedang Galan tutupi di belakang dia.
Kanaya tidak pernah menyangkal perasaan apa yang Galan miliki terhadap dirinya. Karena jelas dia juga merasakan kalau Galan memang sangat menyayangi dia. Tapi entah kenapa Kanaya mulai menemukan kejanggalan-kejanggalan yang ada di dalam hidup Galan.
"Kenapa nggak ganti baju? Mau keluar lagi emang?!" Galan terlihat curiga melihat Kanaya yang tumben banget belum mengganti pakaiannya. Biasanya kalau Kanaya pulang dia akan langsung mandi dan mengganti pakaiannya.
"Kamu sendiri kenapa nggak ganti baju? Terus kamu dimana?!" Kanaya balik bertanya dengan nada ketusnya.
"Karena aku tadi langsung buru-buru nyiapin bahan buat besok dan ini juga baru kelar. Mana kartu akses aku hilang lagi. Daritadi aku cari-cariin nggak ketemu." Galan terlihat celingak-celinguk mencari kartu akses dia di sekeliling kamar.
Ada denda yang harus dia bayar jika kartu aksesnya hilang. Tapi bukan masalah denda aja karena sebagai general manager hotel jika menghilangkan kartu akses dia akan mendapatkan surat peringatan pertama selain denda. Tanggung jawab yang dia miliki memang sangat besar dalam menduduki posisi yang sangat penting di tempat kerjanya. Hal itu diberlakukan untuk mencegah setiap staff agar tidak ceroboh.
Berbeda dengan akses yang dimiliki oleh staff lain. Jika staff lain menghilangkan aksesnya mereka akan dimintakan denda saja. Kenapa begitu? Karena akses yang dimiliki Galan mampu mengakses semua ruangan yang ada di dalam hotel tempat kerja dia. Kalau akses staff lain hanya bisa mengakses ruangan tertentu aja.
"Iniiiii apaaa?" Kanaya memperlihatkan kartu akes milik Galan ke layar hpnya.
"Di kamuuuu????" Galan menoleh ke arah layar dengan senyuman sumringahnya. Terlihat dia yang menepuk kening dia karena dia juga baru sadar kalau tadi dia sempat menitipkan sama Kanaya untuk dimasukkan ke dalam tas. Lupa banget.
"Iya kan kamu nitip di aku."
"Iya aku beneran lupa sayang. Aku udah pasrah aja kalo emang beneran hilang. Yaudah besok pagi aku ke tempat kamu dulu ya buat ambil kartu aksesnya."
"Aku anterin aja ya sekarang biar kamu nggak repot besok pagi harus ke tempat aku dulu." Kanaya menawari dengan senyuman manisnya. Sekalian mau tahu reaksi Galan apakah dia akan mau jika Kanaya yang membawakan kartu aksesnya. Dan tentu saja tidak karena Kanaya sudah tahu kalau Galan memang tidak ada di rumah meski sekarang dia berada di dalam kamar.
"Nggak usah!" nada Galan begitu tegas saat mendengar Kanaya yang ingin ke rumah dia.
Kanaya tersenyum dalam hatinya karena sudah mendapatkan satu point atas kebohongan Galan yang sudah dia yakini sekarang. Dia juga yakin kalau Galan memang akan menolak kedatangannya.
"Kenapa? Emang kamu nggak di rumah?"
"Aku di rumah, Kanaya! Aku cuma nggak mau kamu keluar sendiri dan cuma anterin kartu akses aja. Aku kan bisa ambil besok pagi sebelom berangkat."
"Ya kan sebagai calon istri yang baik aku juga mau bantuin kamu." Kanaya memperlihatkan gelagat manjanya. Sikap dia yang suka jahil kalau lagi mau membujuk Galan.
"Nggak pokoknya nggak! Besok aku yang ke tempat kamu dan nanti kita sarapan bareng. Ganti baju pokoknya sekarang. Aku tungguin!" perintah Galan tegas.
Kanaya menghela nafas dan berusaha mengikuti apa yang memang Galan mau. Seenggaknya dia akan terus mengikuti apa yang biasa Galan lakukan untuk mencegah dia bisa curiga jika Kanaya tahu dia sedang berbohong hari ini.
"Yaudah aku ganti baju dulu." Kanaya akhirnya mengalah sambil menatap Galan dari layar hpnya. Galan tersenyum dan bersandar di tempat tidur. Sementara Kanaya masih menunggu Galan yang mematikan video callnya.
"Kok belom ganti baju?" tanya Galan melihat Kanaya yang belum beranja dari duduknya.
"Ini aku mau ganti baju. Yaudah aku matiin dulu ya sayang."
"Ngapain di matiin sih? Biasanya juga nggak apa-apa. Aku juga udah lihat." Galan sedikit cemberut karena Kanaya yang malah mau mematikan video callnya.
"Ishhhhh." Kanaya mendengus kesal melihat Galan yang rupanya sengaja nggak mau matiin video call. Kanaya akhirnya beranjak dari tempat duduknya. Dia berjalan ke kamar sambil terus video call dengan Galan yang langsung senyum-senyum.
"Aku juga mau ganti baju ah." Galan semakin senyum-senyum sambil menarik baju dia yang juga belum sempat diganti. Disamping itu Kanaya juga mulai membuka kancing bajunya dengan video call yang tidak dia matikan.
Aku mulai bertanya-tanya apa yang sedang dia sembunyikan selama ini di belakang aku? Kadang aku ingin menolaknya tapi aku juga tidak mau kembali bodoh dalam mempercayai seseorang begitu saja. Sudah banyak pengalaman yang membuat aku banyak belajar agar tidak mudah dibodohi oleh para lelaki walau kenyataannya sekarang mungkin aku sedang dibodohi. Tapi aku tahu bahwa dia memang sangat menyayangi aku. Dan masalahnya adalah semua ini bukan hanya sekedar perasaan saja. Aku akan menikah dengan dia dan hidup bersama sampai mati. Aku benar-benar tidak mau jika ada perempuan lain yang bisa hadir dalam hidup seorang Galan. Bagaimana pun aku ingin memiliki dia seutuhnya ~Kanaya
***