Maha Rani Larasati rela menikah dengan Daniel Nur Indra seorang duda ber anak satu tapi jauh dari kata bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trisubarti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7
Saat ini sudah Jam enam pagi, perut Rani sakitnya semakin menjadi-jadi.
"Cha! Rani masuk kemar Icha.
"Kenapa Mi, Umi kok pucat! lagi sakit ya?" Tanya Icha. Khawatir.
"Nggak apa-apa sayaaang...cuma lagi nggak enak sedikit, perut Umi mulas." Sanggah Rani.
"Mungkin mau BAB kali Mi," Ucap Icha.
"Mungkin Cha." Jawab Rani.
"Berangkatnya di antar simbok ya, naik taksi saja! nggak apa-apa kan?" Tanya Rani sambil meringis memegangi perutnya.
"Nggak apa-apa kok Umi...berangkat sendiri juga nggak masalah." Tutur Icha.
"Ya jangan sendiri juga Cha, nanti Umi kepikiran terus." Kata Rani.
Icha dan Rani kebawah, sekuat tenaga Rani menahan perutnya yang melilit, jangan sampai Icha tau kalau dirinya sedang sakit karena hamil.
"Mbok? Panggil Rani pada simbok yang sedang mencuci piring.
"Saya Mbak Rani?" Sahut simbok.
"Simbok antar Icha ke sekolah ya Mbok, naik taksi saja, sekalian belanja, kulkas kan sudah kosong!" Tutur Rani.
"Baik Mbak."
Selesai sarapan Simbok dan Icha berangkat.
"Icha berangkat ya Mi." Icha mencium punggung tangan Rani.
"Hati-hati sayang, Mbok, titip Icha ya." Rani membelai kepala Icha.
"Pasti saya jaga mbak." Jawab simbok.
Rani memandangi kepergian Icha. selama ini, Icha tidak pernah di antar Simbok. Air matanya menetes.
Rani kemudian ke kamar siap-siap pergi ke dokter. Rani kekamar mandi, darah yang keluar dari rahimnya semakin banyak.
"Ya Allah lindungi anakku" Doanya.
Rani kemudian berangkat. Sampai tangga papasan dengan suaminya. Daniel tidak menyapa bahkan menatap wajah Rani saja tidak mau.
Rani memandangi badan Daniel dari bawah, tangisnya pecah. Ternyata cinta Daniel dengan dirinya hanya di ukur dengan perhiasan.😢😢😢
Rani kemudian memesan taksi. Tidak lama kemudian taksi datang. Rani semakin tidak kuat menahan perutnya.
Sopir taksi membukakan pintu.
"Silahkan Mbak, Mbak lagi sakit nggih?" Tanya tukang taksi.
Tukang taksinya wajahnya tampan, kulitnya kuning langsat suaranya medok sepertinya dari jawa tengah.
"Iya bang, perut sakit sekali, tolong cepat ya bang ke rumah sakit xxx Jawab Rani.
"Sendiko dawuh mbak." Jawab tukang taksi.
"Mbak kenapa, kok habis nangis?" Tanya Sopir taksi kepo.
"Kan sudah saya bilang tadi perut saya sakit." Jawab Rani.
"Si abang dari jawa ya?" Tanya Rani.
"Injih mbak, Nama saya Bambang asli semarang." Tutur sopir taksi.
Rani semakin kesakitan darahnya sudah nembus keluar membasahi gamis yang ia kenakan.
"Bang cepat sedikit saya nggak kuat lagi." Keluh Rani.
"Injih Mbak, piye iki malah macet" gerutu Bambang.
"Aaaaa... perutku sakit sekali." pekik Rani.
"Duh gusti allah...sabar mbak, sabaaarr...di depan ada jalan tikus mbak, saya lewat situ saja." Bambang lewat jalan tikus karena jalanan padat merayap.
"Astagfirlulloh...sakit bang..!!" Rani berteriak kemudian pingsan tergeletak di kursi penumpang.
"Duh! Gusti allah...semaput lagi! piye to iki? Sopir taksi semakin bingung apa yang harus ia lakukan. Mau menolong Rani tapi dia harus cepat sampai rumah sakit. Bambang tancap gas di atas- rata. Para pengendara sepeda motor mengumpat habis-habisan. Bambang tidak peduli yang penting tidak membuat orang celaka.
Sampai di depan rumah sakit Bambang langsung berlari, meninggalkan Rani menuju UGD.
"Mbak suster...Mbak suster...tolong didepan ada yang sakit banyak mengeluarkan darah." Tutur Bambang kepada suster.
"Korban kecelakaan Mas?" Tanya suster.
"Oh endak Mbak suster, yang berdarah rok nya." Bambang bingung mau menjelaskan bagaimana. Mendengar penjelasan Bambang suster paham kemudian mendorong kursi roda.
"Eh jangan pakai kursi roda mbak suster, dia itu lagi semaput.." Kata Bambang. Suster mengerutkan dahi.
"Apa sih mas ngomong tuh yang jelas! apa tuh semaput." Omel suster.
"Pingsan Sus," Jawab salah satu suster yang lain.
Suster di bantu petugas lainya membawa tandu dan mengangkat tubuh Rani. Kebetulan suster tersebut asisten dokter Rizal. "Astagfirlulloh...ini pasien dokter Rizal." Ucap suster.
Dengan sigap suster dan yang lainya membawa Rani ke Ruangan dokter Rizal.
Dokter Rizal papasan dengan suster yang sedang mendorong Rani.
"Dokter.. pasien yang bernama Maharani pendarahan dok." kata suster.
Tanpa pikir lagi dokter menyuruh Suster membawa kekurangannya.
Setelah di periksa dokter menggeleng.
"Sus segera bawa keruangan kuretase." titah dokter.
"Suster membawa Rani keruangan kuret. Tapi sebelumya suster memberi tahu keluarga pasien terlebih dahulu.
"Keluarga pasean yang bernama Rani?" Panggil suster.
"Saya mbak suster." Jawab Bambang.
"Ikut saya." Ujar suster
Bambang mengikuti suster, kemudian masuk ke ruangan dokter.
"Ini dok! keluarga pasien." Kata suster.
"Anda ini bagaimana! menjadi suami tidak bertanggung jawab." dokter menatap Bambang tajam.
Bambang hanya bengong entah harus jawab apa.
"Anda terlambat membawa istri anda kerumah sakit, jadi suami jangan hanya mau enaknya saja! menjadi suami itu harus siaga." Sarkas dokter.
Bambang nyengir, menggaruk-garuk kepalanya.
"Maaf bayi anda tidak bisa di selamatkan, istri anda harus menjalan kuret." dokter Rizal mulai melunak. Menatap wajah Bambang yang plongak plongok, dokter Rizal merasa bersalah karena sudah emosi.
"Anda tanda tangani ini." titah dokter.
Bambang mau tidak mau menandatangani. Sambil menggerutu.
"Duh mimpi opo tadi malam kok tiba-tiba punya bojo."
"Bicara apa anda?" Tanya dokter.
"Oh bukan apa-apa dok" Bambang bingung, tiba-tiba di omeli dokter, disuruh tanda tangan. 🤣🤣🤣
Tidak lama Rani sadar dari pingsanya. Tapi saat ini ia sudah mengenakan baju kusus untuk pasien rumah sakit.
"Nona sudah sadar?" Tanya dokter yang baru memasuki ruangan.
"Alhamdulillah dok." Jawab Rani.
"Maaf kami tidak bisa membantu mempertahankan janin dalam kandungan Nona.."
"Maksud dokter saya keguguran dok?" Tanya Rani cemas.
"Iya..yang sabar! Allah suatu saat nanti akan memberikan yang lebih baik lagi, " Titah dokter.
"Hiks hiks.. Rani menangis bergetar.
Dulu aku selalu memaafkan kamu Mas Daniel. Tetapi tidak untuk sekarang.
Rani mengepalkan tangannya.
Dokter kemudian melakukan kuret. Dokter menyuntikkan obat bius lokal kepada Rani.
Rani di tidur kan terlentang di atas meja operasi dengan tumit yang bersender pada penopang atau sanggurdi.
-Dokter memasukkan alat Spkulum ke dalam ******, seperti Pap test, untuk melihat serviks.
Lalu dimasukkan alat kedalam leher rahim untuk perlahan lahan melebarkan serviks sampai terbuka.
Dokter lalu mengeluarkan alat diatasi dan memasukan alat berbentuk seperti sendok untuk mengangkat jaringan di rahim.
Sementara Rani berjalan-jalan di tanah lapang ia menyusuri jalan setapak dengan rumput hijau.
Hingga tibalah di salah satu Istana yang megah.
Rani bertemu Ibu kandungnya wanita setengah baya sedang menggendong anak kecil.
Ibu Sekar yang tak lain ibunya Rani duduk di kursi goyang sambil mengayun bayi dalam gendongan.
Rani ingin masuk keruangan dan menyusul Ibunya tapi di tahan sang penjaga.
"Ibu..." panggil Rani dari kejatuhan.
Ibu Sekar tersenyum kearah Rani.
"Ibu... Rani mau masuk boleh?" Suara Rani lantang memanggil Ibunya.
Sekar menggeleng.
"Ibu...hiks hiks" Rani bersimpuh di depan pintu Istana.
"Ibu... Izinkan Rani masuk bu, Rani kangen sama Ibu."
Ibu Sekar mendekati Rani tapi hanya sampai pintu.
"Rani ingin memeluk Ibunya, tapi tangannya tidak bisa menggapai.
lumayan buat nambah penghasilan tambahan 🙏😭😭😭