NovelToon NovelToon
Balas Dendam Sang CEO

Balas Dendam Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Anjar Sidik

Riska tak pernah menyangka hidupnya yang sederhana akan terbalik begitu saja setelah pertemuannya dengan Aldo Pratama, CEO muda yang tampan dan penuh ambisi. Sebuah malam yang tak terduga mengubah takdirnya—ia hamil di luar nikah dari pria yang hampir tak dikenalnya. Dalam sekejap, Riska terjebak dalam lingkaran kehidupan Aldo yang penuh kemewahan, ketenaran, dan rahasia gelap.

Namun, Aldo bukanlah pria biasa. Di balik pesonanya, ada dendam yang membara terhadap keluarga dan masa lalu yang membuat hatinya dingin. Baginya, Riska adalah bagian dari rencana besar untuk membalas luka lama. Ia menawarkan pernikahan, tetapi bukan untuk cinta—melainkan untuk balas dendam. Riska terpaksa menerima, demi masa depan anaknya.

Dalam perjalanan mereka, Riska mulai menyadari bahwa hidup bersama Aldo adalah perang tanpa akhir antara cinta dan kebencian. Ia harus menghadapi manipulasi, kesalahpahaman, dan keputusan-keputusan sulit yang menguji kekuatannya sebagai seorang ibu dan wanita. Namun, di bal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16: Kenyataan yang Tersembunyi

Malam semakin larut, dan kesunyian kamar hanya diisi oleh dengung samar AC yang berputar. Riska duduk di tepi ranjang, matanya terpejam sambil mencoba mengingat setiap kata yang keluar dari mulut Aldo tadi. Kata-katanya keras, namun terselip kesedihan yang membingungkan. Semua ini masih sulit ia cerna; seolah ia sedang merangkai puzzle yang potongannya tak sesuai.

Rasa kecewa yang mendalam mengalir di hatinya, tapi ia juga merasa dorongan yang tak bisa ia abaikan. Dorongan untuk memahami, untuk tetap bertahan di sisi Aldo meski luka yang ia terima terus menggores hatinya. Di balik kedinginan dan kemisteriusannya, Riska merasa ada sesuatu yang disembunyikan, sesuatu yang mungkin menjadi alasan di balik semua perlakuan kejam itu. Rasa penasaran membuatnya tidak bisa begitu saja pergi.

Ponselnya berbunyi tiba-tiba, memecah keheningan. Pesan masuk dari nomor tak dikenal.

"Riska, aku tahu sesuatu tentang Aldo. Kamu harus waspada. Ada hal yang belum kamu ketahui."

Riska tertegun, jari-jarinya gemetar. "Siapa ini?" tanyanya pelan pada dirinya sendiri, sebelum dengan cepat membalas pesan itu.

"Apa maksudmu? Siapa kamu?"

Tidak lama kemudian, pesan balasan muncul.

"Seseorang yang ingin membantu. Tapi hati-hati, Aldo tidak seperti yang kamu kira."

Pesan itu membuatnya semakin cemas. Siapa yang tahu tentang Aldo dan mengapa dia memperingatkannya? Apakah ada hal yang lebih besar yang tidak diketahuinya? Jantung Riska berdegup kencang, seolah pertanda sesuatu yang buruk akan terjadi.

Dalam kegelisahan yang semakin memuncak, Riska merasakan sebuah ketegangan yang menggantung di udara. Bayangan tentang masa lalu Aldo yang kelam kini terasa lebih nyata dan berbahaya daripada sebelumnya. Ia mencoba menenangkan dirinya, tapi bayangan kata-kata Aldo sebelumnya masih bergema di pikirannya, menggoyahkan hatinya.

Pagi harinya, Riska memutuskan untuk mencoba mencari tahu lebih dalam. Ia menunggu momen yang tepat untuk mendekati Aldo dan mengajaknya bicara. Namun, pagi itu Aldo terlihat lebih sibuk dan tergesa-gesa dari biasanya.

"Aldo," Riska memberanikan diri memanggilnya saat melihatnya berjalan keluar dari kamar. "Aku perlu bicara denganmu."

Aldo menghentikan langkahnya, namun tidak menoleh sepenuhnya. "Aku sedang terburu-buru, Riska. Kita bicara nanti."

"Kita selalu bicara 'nanti', tapi nyatanya kamu terus menghindar. Ada apa sebenarnya?"

Aldo mendesah, lalu memutar tubuhnya perlahan. Tatapannya tajam, namun kali ini ada ketegangan yang tak biasa dalam sorot matanya. "Kamu tidak akan mengerti. Ini tidak sesederhana yang kamu pikirkan."

Riska menatapnya dengan penuh kesungguhan. "Bagaimana aku bisa mengerti jika kamu tidak pernah mencoba menjelaskan? Aku di sini, mencoba memahami semua yang terjadi. Aku butuh jawaban, Aldo."

Aldo menatapnya sejenak, seolah sedang mempertimbangkan sesuatu. Namun, sebelum ia sempat menjawab, ponselnya berdering. Dengan raut wajah serius, ia mengangkat panggilan itu dan berbicara dengan nada rendah dan tegas, namun cukup jelas bagi Riska untuk mendengar sepenggal kalimat.

“Pastikan tidak ada yang tahu... Ini harus tetap menjadi rahasia,” ucap Aldo, sambil melirik sekilas ke arah Riska.

Perasaan curiga dalam diri Riska semakin menguat. Ketika Aldo menutup teleponnya, ia kembali mencoba menanyakannya.

"Rahasia apa yang kamu sembunyikan dariku, Aldo?"

Aldo menggeleng pelan. "Ini bukan urusanmu, Riska."

"Bukan urusanku?" Riska memandangnya penuh kecewa. "Bagaimana bisa kamu mengatakan itu? Setelah semua yang kita lewati?"

"Aku sedang melindungi dirimu," jawab Aldo datar. "Jika kamu tahu terlalu banyak, itu hanya akan membuatmu terluka."

Riska tersenyum getir, merasa getir dengan jawaban itu. "Terluka? Bukankah selama ini aku sudah cukup terluka karena semua ketidakjelasan ini?"

Aldo terdiam, sorot matanya yang dingin berubah menjadi nanar sejenak, sebelum akhirnya kembali memasang ekspresi datar. Ia melangkah menjauh, meninggalkan Riska dengan ribuan pertanyaan yang menggantung di udara.

Malam itu, rasa penasaran membawa Riska ke ruang kerja Aldo. Di sana, ia menemukan sebuah laci yang sedikit terbuka, memperlihatkan sebuah amplop cokelat yang terlihat mencurigakan. Dengan hati-hati, ia mengambil amplop itu dan membuka isinya.

Di dalam amplop itu, Riska menemukan beberapa dokumen yang mengejutkan. Foto seorang wanita yang mirip dengan dirinya, bersama catatan-catatan yang menggambarkan sesuatu yang jauh lebih rumit daripada yang ia bayangkan. Salah satu dokumen memiliki tulisan tangan Aldo, dengan kalimat yang membuat darah Riska seakan membeku.

"Dia tidak boleh tahu kebenarannya. Ini akan menghancurkan segalanya."

Riska menggenggam kertas itu dengan tangan gemetar, menyadari bahwa rahasia yang disembunyikan Aldo jauh lebih besar daripada sekadar dendam atau cinta yang tak terbalas.

Riska masih terpaku di ruang kerja Aldo, amplop cokelat di tangannya terasa lebih berat dari sebelumnya. Kata-kata di dokumen itu terus berputar di kepalanya, membawa kekhawatiran yang tak terlukiskan. Apa yang sebenarnya disembunyikan Aldo darinya? Perasaannya campur aduk antara marah, takut, dan penasaran.

Ia mengembuskan napas panjang, berusaha menenangkan diri, namun bayangan tentang rahasia Aldo membuatnya semakin cemas. Dalam hati, ia bertanya-tanya, apakah cintanya pada Aldo selama ini hanyalah alat dalam permainan dendamnya? Pertanyaan itu menghantui pikirannya, menambah beban yang selama ini sudah menghimpitnya.

Ponselnya bergetar pelan, mengingatkannya akan pesan misterius dari nomor tak dikenal sebelumnya. Pesan itu bukan kebetulan. Ada seseorang yang tahu tentang rahasia ini, dan ia merasa harus mencari tahu lebih lanjut.

"Jadi selama ini... kamu hanya memanfaatkanku?" bisik Riska pada dirinya sendiri, hatinya terasa tertikam oleh kenyataan yang belum sepenuhnya ia pahami.

Suara langkah kaki terdengar mendekat. Riska segera menyimpan amplop itu kembali ke tempat semula, lalu berusaha keluar dari ruang kerja Aldo secepat mungkin. Tepat ketika ia melangkah keluar, Aldo muncul di lorong dengan tatapan penuh kecurigaan.

"Apa yang kamu lakukan di sini, Riska?" tanyanya dingin.

Riska berusaha menahan gejolak di hatinya, mencoba tetap tenang. "Aku... hanya ingin bicara denganmu," jawabnya sambil menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan kegelisahannya.

Aldo menatapnya tajam, seolah mencoba membaca setiap gerakan dan ekspresi di wajah Riska. "Bicara soal apa?"

Riska menelan ludah, mencoba merangkai kata-kata yang takkan membuat Aldo curiga. Namun, sebelum ia sempat menjawab, Aldo mendekatinya dengan tatapan yang lebih intens, dan jarak di antara mereka semakin dekat. Riska merasa terjebak, seolah tak bisa melarikan diri dari permainan psikologis yang dimainkan Aldo.

"Kamu sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu, Riska," ujar Aldo dengan nada penuh kecurigaan. "Ada yang ingin kamu katakan?"

Riska merasa jantungnya berdegup lebih cepat. "Aldo... Aku ingin tahu kebenarannya. Kenapa kamu bersikap begitu dingin dan penuh rahasia? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Aldo memalingkan pandangannya sejenak, lalu tertawa kecil. "Kamu benar-benar ingin tahu kebenarannya?"

"Aku berhak tahu, Aldo," balas Riska dengan suara tegas. "Aku tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang rahasia ini."

Aldo menarik napas panjang, ekspresinya berubah serius. "Kamu mungkin tidak akan suka mendengar jawabannya."

Riska menggigit bibir, merasa takut tapi juga bertekad untuk mendengar semuanya. "Katakan saja. Aku sudah siap."

Aldo terdiam sejenak, seolah sedang menimbang-nimbang apakah ia akan mengungkapkan sesuatu yang selama ini ia simpan rapat-rapat. Namun, tepat saat ia hendak membuka mulut, bunyi dering ponsel yang memecah keheningan membuat suasana berubah.

Aldo mengangkat panggilan itu dengan cepat, nadanya berubah tajam. "Aku bilang jangan hubungi aku di saat seperti ini!"

Riska memperhatikan dengan seksama, mencoba memahami pembicaraan Aldo yang terdengar samar. Wajah Aldo semakin tegang, menunjukkan bahwa panggilan itu penting dan mendesak. Setelah beberapa saat, ia menutup telepon dan berbalik ke arah Riska.

"Maaf, Riska, aku harus pergi," katanya singkat, lalu melangkah pergi tanpa penjelasan lebih lanjut.

Riska tidak tinggal diam. "Aldo, tunggu! Kamu tidak bisa terus lari dari semua ini."

Aldo berhenti sejenak, menoleh dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Ini bukan saat yang tepat, Riska. Ada hal-hal yang kamu tidak perlu tahu."

Riska mengepalkan tangannya. "Aku sudah terlalu sering mendengar kata-kata itu darimu. Sampai kapan kamu akan terus bersembunyi?"

Aldo menghela napas, namun tidak memberi jawaban. Ia bergegas meninggalkan Riska yang terdiam, dilanda rasa penasaran yang semakin membara.

Setelah kepergian Aldo, Riska merasakan dorongan kuat untuk menyelidiki lebih dalam. Ia kembali ke ruang kerja Aldo, memastikan bahwa tidak ada yang mengawasinya, lalu membuka amplop cokelat tadi. Namun kali ini, ia menemukan beberapa dokumen tambahan di dalamnya.

Di antara dokumen itu, ada satu yang menarik perhatiannya. Sebuah foto wanita yang mirip dengan dirinya, dengan sebuah catatan di bawahnya: “Penting: Jangan biarkan dia tahu.”

Pikiran Riska kacau. Siapa wanita dalam foto itu? Apa hubungannya dengan Aldo, dan kenapa wajahnya terlihat begitu mirip dengannya?

Dengan tangan gemetar, Riska bergumam, "Siapa sebenarnya wanita ini? Kenapa dia begitu mirip denganku?"

Dalam kebingungan itu, ia mendengar langkah kaki mendekat lagi. Dengan cepat, ia menyembunyikan foto dan dokumen itu di dalam amplop, lalu menyusup keluar dari ruang kerja Aldo sebelum siapa pun melihatnya.

---

Di kamar, Riska duduk termenung, memikirkan langkah apa yang harus diambil selanjutnya. Rahasia ini semakin rumit, dan hatinya penuh keraguan. Apakah ia bisa mempercayai Aldo, atau justru harus mulai mempertanyakan setiap hal yang selama ini ia abaikan?

Malam itu, diiringi gemuruh petir yang menyambar di luar jendela, Riska akhirnya memutuskan. Ia harus mencari tahu lebih dalam, meski itu berarti mengungkap kebenaran yang mungkin akan menghancurkan segalanya.

1
Rika Ananda
keren
🌟~Emp🌾
aku mampir 🤗 semangat terus y 💪
🌟~Emp🌾
berarti Riska udah di targetkan?
🌟~Emp🌾
terserah lah, yg penting Riska di nikahi
🌟~Emp🌾
syukurlah dia mau tanggung jawab 🤦
🌟~Emp🌾
sungguh terlalu /Sob/
Delita bae
💪💪💪👍👍🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!