Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
"Sesulit itukah kehidupannya? Sehingga harus kerja part time untuk biaya kuliah dan menanggung hidup keluarga?" batin Zio.
Tidak berapa lama, Arsy sudah kembali mengantarkan pesanan Zio. Kebetulan para pengunjung tidak terlalu ramai saat ini. Karena ini sudah lewat jam makan siang.
"Silakan dinikmati Tuan," ucap Arsy dengan sopan.
"Duduk dulu, aku ingin bicara."
"Maaf Tuan, saya harus bekerja. Jika tidak, saya akan dipecat."
"Aku yang akan bertanggung jawab. Jika kamu dipecat, aku yang akan menanggung semua biaya keluargamu."
Arsy ingin tertawa, namun sekuat tenaga ia tahan. Arsy menutup mulutnya rapat-rapat agar tidak tertawa.
"Kenapa? Kamu tidak percaya padaku?"
"Saya percaya Tuan, tapi saya ingin mandiri dan tidak ingin merepotkan orang lain."
Zio tersenyum hangat, dia bangga ada seorang gadis yang tidak ingin bergantung pada orang lain.
Zio berdiri lalu memegang tangan Arsy. Arsy segera menarik tangannya hingga pegangan itu terlepas.
"Jangan terlalu formal, maukah kamu menjadi temanku?"
Arsy tidak menjawab, dia sendiri tidak mempunyai teman selain saudaranya sendiri dan keluarganya sendiri.
"Maaf Tuan, saya harus bekerja." Arsy segera pergi dari meja Zio. Ia masuk kedalam ruangannya.
Zio menggelengkan kepalanya lalu tersenyum. "Apa aku terlalu terburu-buru? Apa tindakanku akan membuatnya takut?" batin Zio.
"Aku sudah jatuh cinta padamu, Arsy. Dari sejak kamu menolongku waktu itu. Aku tidak perduli dari keluarga manapun dirimu, walau dari keluarga miskin sekalipun," gumam Zio. Kemudian iapun menyantap makanan diatas meja.
Sementara Arsy sedang memeriksa pengeluaran dan pemasukan restoran miliknya.
Dan bulan ini mengalami peningkatan pengunjung. Kemudian Arsy mengetuk-ngetuk meja dengan pulpen.
Pintu ruangan Arsy diketuk dari luar, Arsy pun mempersilahkan orang itu masuk.
"Ada apa Mey?" tanya Arsy pada pelayan yang bernama Meydi itu.
"Nona, pria culun itu mencari Anda. Dia ingin membayar makanan, tapi tidak mau melalui siapapun. Dia mau Nona yang melayaninya," jawab pelayan.
"Ya sudah, aku akan melayaninya. Asal pelanggan senang, kenapa tidak?"
Arsy dan Meydi pun keluar dari ruangan itu. Arsy langsung menghampiri Zio yang tidak mau dilayani oleh orang lain.
Bahkan untuk membayar saja, Zio harus melalui Arsy dan bukan orang lain. Padahal tinggal jalan ke kasir lalu menyerahkan kartu atau uang tunai.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" tanya Arsy saat sudah dekat dengan Zio.
"Aku mau bayar," jawab Zio. Lalu menyerahkan kartu miliknya. Kartu hitam tanpa batas khusus dicetak untuk Zio dan kakeknya saja.
"Oya, gunakanlah ini untuk biaya kuliah dan juga membantu keluargamu," ucap Zio lagi sambil menyerahkan kartu lain yang dimilikinya.
"Maaf Tuan, saya tidak bisa terima. Saya masih mampu berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain," tolak Arsy.
Namun Zio bersikukuh, ia meraih tangan Arsy lalu meletakkan kartu tersebut di telapak tangan Arsy.
Arsy menghela nafas. Zio benar-benar percaya jika dirinya dalam kesulitan ekonomi. Arsy pun berlalu ke kasir setelah mengucapkan terima kasih.
Tidak berapa lama Arsy kembali dengan menyerahkan kartu dan struk bukti pembayaran kepada Zio.
"Terima kasih Tuan, silakan datang lagi," ucap Arsy dengan senyum manisnya.
Zio malah semakin terpesona dengan senyuman itu. Dan dia pun membalas senyuman Arsy.
"Jam berapa kamu selesai kerja?" tanya Zio memastikan.
"Jam 10 malam Tuan," jawab Arsy, kemudian ia pamit untuk melanjutkan pekerjaannya.
Zio melihat jam tangannya dan baru menunjukkan pukul 14.05 sore. Berarti masih lama, Zio berencana menunggu. Namun ponselnya berdering pertanda panggilan masuk.
"Halo Tuan, Tuan besar dibawa kerumah sakit," lapor pelayan di mansionnya.
"Iya, iya aku segera kesana," jawab Zio lalu buru-buru pergi dari situ.
Zio hendak pamit ke Arsy, namun ia urungkan karena tidak ingin mengganggu pekerjaan Arsy. Dan juga ini panggilan darurat. Karena ini menyangkut tentang sang kakek.
Sementara Arsy yang di ruangannya pun memandang kartu yang diberikan oleh Zio. Arsy tersenyum, padahal uangnya saja sudah banyak.
"Segampang itukah dia memberikan kartunya pada orang yang baru dikenalnya?" gumam Arsy.
Meydi kembali masuk dan melaporkan jika Zio sudah pergi dengan terburu-buru. Arsy pun pun bersiap-siap untuk pulang.
Arsy mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lain. Karena di ruangannya tersedia pakaian ganti.
"Mey, aku pulang. Oya, aku ingin umumkan kepada yang lain untuk mengangkat mu menjadi manager di restoran ini," ucap Arsy.
Meydi yang mendengar itupun merasa senang. Dia sudah beberapa tahun bekerja disini. Dan kinerja nya pun bagus. Dan juga Arsy lebih percaya Meydi daripada yang lain.
Setelah Arsy mengumpulkan pekerjanya, Arsy pun mengumumkan jika Meydi sekarang menjadi manager restoran ini dan akan mengurus semuanya saat Arsy tidak ada.
Mereka semua bertepuk tangan dan mengucapkan selamat kepada Meydi. Baik dari pelayan lain, koki, cleaning service dan penjaga keamanan. Mereka semua mengucapkan selamat.
Mereka semua senang karena Meydi memang layak menerima jabatan itu. Dan mereka tidak ada yang iri, karena mereka tidak dibeda-bedakan oleh Arsy.
Walaupun gaji mereka berbeda, itu karena tingkat pekerjaan mereka juga berbeda. Tapi soal bonus, semua mendapatkan sama rata.
"Kami harus panggil apa nih?" goda sang koki.
"Panggil nama saja seperti biasa. Lagipula manager hanya jabatan dalam pekerjaan," jawab Meydi masih dengan sikap seperti biasanya.
"Ya sudah, lanjutkan pekerjaan kalian, aku ingin pulang. Oya Mey, ruangan mu ada disebelah ruangan ku. Kamu sudah tahu, kan?"
"Tahu Nona, terima kasih," jawab Meydi menunduk hormat.
Arsy menghela nafas saat melihat motor milik Zio sudah tidak ada dipikiran. Berarti dia sudah pulang. Arsy pun menghidupkan mesin motornya lalu bergerak perlahan dan pergi dari situ.
Sementara Zio yang baru tiba di rumah sakit pun langsung berlari setelah memarkirkan motornya.
Zio menanyakan ruangan tempat kakeknya dirawat. Setelah mendapatkan informasi, Zio langsung bergegas menuju ruang perawatan tersebut.
Zio masuk dan melihat sang kakek terbaring dengan infus ditangannya. Matanya terpejam dan disampingnya ada sang asisten sang kakek yang setia menemaninya.
"Bagaimana keadaan kakek, Paman?" tanya Zio cemas. Karena ia takut kakeknya kenapa-napa.
"Tuan, kakek ...." Sang asisten sengaja menggantung ucapannya dan itu membuat Zio semakin cemas.
"Kakek kenapa Paman? Katakan!" Tanpa sadar Zio membentak saking paniknya.
"Aku tidak apa-apa, jangan hiraukan aku. Cari saja gadis pujaan mu itu," ucap Kyro buka suara.
"Kakek, sudahlah, tidak usah pura-pura. Hampir saja aku percaya dengan tipu daya kakek," ujar Zio.
"Zio, kamu adalah cucu kakek satu-satunya. Jika bukan kamu penerusnya, siapa lagi?"
"Kek, kalau soal itu, kakek tidak perlu khawatir. Aku akan tetap menikahi gadis yang aku cinta. Sekarang aku dalam misi mendekatinya. Karena dia gadis yang mahal dan berbeda dengan gadis-gadis lain. Dan juga, aku tidak tertarik dengan gadis pilihan kakek."
Kyro akhirnya menyerah, ia tidak ingin Zio merasa tertekan karena keinginannya. Yang nantinya bisa membuat Zio menjauhinya.
lagi thor
paham...
jd jangan terlalu sombong