Warm Time With You
(Hangatnya Bersama mu)
....
Kalau penasaran dengan ceritanya langsung aja baca yaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Udumbara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
Aditya tersenyum senang. la memberikan tas tersebut pada wanita didepannya itu. "Ini tasmu, Bu."
Dina menatap pada tas import tersebut. "Kamu bawa saja untuk istrimu,"
Mendadak ekspresi Aditya berubah karena wanita itu malah mengingatkannya pada Naura, mantan istrinya. la tersenyum kaku dan menggeleng.
"Tidak, Bu. Anda sudah membayar ini dan ini milik anda sekarang." tutur Aditya, kemana ia akan memberikan tas itu? Pada Amanda? Bahkan tas seharga 300rb itu terlalu murah untuk seorang Amanda.
"Bahagiakan wanita yang kamu cintai walaupun hanya benda kecil seperti ini. Sudah, ya. Saya mau pergi," Dina melambai dan berjalan menuju mobilnya yang sudah menunggu itu.
Aditya berdiri dan mengatakan terimakasih pada Dina. Setelah kepergian Dina, Aditya menyimpan tas tersebut dan akan memberikannya pada Amanda, ia berharap gadis itu menerima hadiah kecil darinya.
***
Dorr..
"Argghh, k-kenapa kamu tega melakukan ini, Lady?"
Sang Lady tersenyum miring menatap kekasihnya yang telah ia tembak itu. "Karena seorang pemimpin dunia bawah tidak memerlukan penghianat yang berkedok sebagai kekasih, bastard!"
Dor..
"Cut!!!" teriak sang sutradara yang puas akan acting Amanda.
Prok.. Prok.. Prok..
Sutradara dan para kru bertepuk tangan untuk mengapresiasi kinerja Amanda dalam dunia drama.
"Istirahat makan siang selama satu jam." kata sutradara lagi.
Amanda tersenyum senang. la menatap Zyan yang tengah bermain dengan Tuan Zenaraga itu. la pikir Tuan Zenaraga marah hingga menanyakan siapa orang tua asli Zyan, ternyata tidak. Bahkan Tuan Zenaraga hendak bermain dengan Zyan hingga saat ini.
"Mama udah selesai syutingnya," kata Sebastian yang tengah memangku Zyan itu.
"Maa, nen,,," celoteh Zyan menatap Amanda yang berjalan kearahnya itu.
Sebastian terkekeh gemes. la tidak pernah mau merawat bayi sebelumnya. Tapi, karena hatinya merasa nyaman, dan terlebih wajah Zyan mirip dengan anaknya yang hilang itu, ia menyukai Zyan hingga rela membatalkan meeting agar bisa menemani Zyan seharian di lokasi syuting.
"Gara-gara bayi itu perhatian Tuan Zenaraga hanya padanya dan tidak menanggapi perkataanku." kesal Rafli dalam hati.
Sedari tadi ia mengajak Tuan Zenaraga berbicara, namun ia diabaikan karena pria itu terlalu fokus dengan Zyan.
Rafli berdiri dengan kesal. "Sayang, aku pulang duluan. Maaf tidak bisa menemani seharian, ya?" ia menatap Amanda.
Amanda memutar bola matanya jengah. "Sekalinya omdo, ya, omdo aja. Gak usah janji-janji diawal tadi. Pulang saja sana dan jangan ganggu syuting ku." usir nya sinis.
Karena terlanjur kesal, Rafli langsung pulang dan tidak memperdulikan perkataan kekasihnya tadi.
Amanda menatap datar kepergian kekasihnya itu. "Kenapa dia tidak peka sekali?" batinnya kesal. la duduk di sofa didepan Tuan Zenaraga.
"Maaa..." Zyan meminta untuk digendong oleh Amanda.
Tuan Zenaraga memberikan Zyan pada Amanda. Zyan tertawa senang karena ia sudah tidak sabar hendak menyusu pada ibu angkatnya itu.
"Nen..." kata Zyan saat sudah berada dipangkuan Amanda.
Amanda tersenyum canggung pada Tuan Zenaraga. "Sabar, Zyan." batinnya.
Bella, susu Zyan." pinta Amanda yang terpaksa memberikan asi lewat dot itu, padahal payudaranya juga sudah ngilu.
Bella memberikan dot itu pada Amanda untuk diberikan pada Zyan. Beruntung Zyan bukan anak yang berwatak keras kepala. Mungkin karena Zyan sudah terbiasa diberi susu formula, sehingga tidak susah untuk membawa Zyan kemana-mana.
"Bagaimana, Nona?" Sebastian menatap serius Amanda. Pasalnya, pertanyaannya tadi belum dijawab dan sutradara sudah datang untuk melakukan syuting.
"Zyan ini anak dari kurir paket, Tuan." pungkas Amanda memberitahu.
"Kurir paket? Apa kamu memiliki fotonya?" tanya Sebastian lagi.
Amanda menatap Tuan Zenaraga dengan raut kebingungan. "Saya tidak memilikinya, Tuan. Ada apa?" baliknya bertanya.
Sebastian menggeleng pelan. "Hanya penasaran karena wajah Zyan tidak asing dimata saya. Kalau boleh tau, siapa mama ayah dan ibunya?"
Amanda menggeleng pelan. "Aditya nama ayahnya. Saya tidak tau siapa nama ibunya, Tuan. Karena ayah dan ibu Zyan berpisah dan mengharuskan Aditya membawa Zyan untuk bekerja. Saya kasihan dan membuat kesepakatan dengan Aditya untuk merawat Zyan saat siang hari," jelasnya jujur.
"Aditya? Nama panjangnya apa?"
"Kalau itu saya tidak tau juga, Tuan. Kalau anda ingin tau, coba cari saja namanya di setiap perusahaan pengantar paket. Setahu saya yang namanya Aditya hanya dia saja." jawab Amanda.
Sebastian manggut-manggut dan melirik Tobi singkat. la berdiri dan akan pergi mencaritahu tentang Aditya.
"Saya sibuk dan maaf karena tidak jadi menemani Zyan seharian." ucap Sebastian yang tidak sesuai dengan niat awal tadi.
Amanda mengangguk ramah. "Ah iya, Tuan. Silakan," Sebelum pergi, Sebastian mengusap lembut kepala Zyan dan berpamitan pergi.
Amanda menatap kepergian Tuan Zenaraga dan membuang napas panjang. "Apa semua laki-laki seperti itu? Katanya akan menemani seharian, kok malah pergi akhirnya?" gerutunya.
"Maaa, nen...."
"Aduh ini anak, sabar ya, Zyan..." gemes Amanda terkekeh.
*****
"Kita ke perusahaan pengantar pake, Tuan?" tanya Tobi saat mereka sudah didalam mobil.
Sebastian menganggukkan kepalanya. "Iya. Kita harus cari tahu siapa itu Aditya, dan kenapa anaknya mirip dengan anakku yang hilang 25 tahun lalu."
"Mungkin hanya mirip, Tuan? Apa Tuan ada melihat tanda lahir pada tubuh bayi itu?" Sebastian mengangguk pelan. "Aku ada melihatnya," ucapnya memberitahu. Saat ia merawat Zyan, ia mengambil kesempatan membuka baju Zyan dan memastikan tanda lahir itu.
"Apa jangan-jangan bayi itu reinkarnasi dari Tuan Muda?" kata Tobi asal dengan niat bercanda.
Berhasil, Tuan Zenaraga terkekeh karena perkataan asistennya itu. "Ada-ada saja kamu, Tob. Mana mungkin itu terjadi? Kamu kira kita hidup di zaman purba?"
"Siapa tau, Tuan..."
🌸🌸🌸🌸🌸