Shakila Anara Ainur adalah gadis yang sedang dalam proses hijrah.
Demi memenuhi permintaan wanita yang sedang berjuang melawan penyakitnya, Shakila terpaksa menjadi istri kedua dai muda bernama Abian Devan Sanjaya.
Bagaimana kehidupan Shakila setelah menikahi Abian? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 : Maaf, aku gagal
Sudah jatuh tertimpa tangga pula, mungkin itu kalimat yang cocok atas apa yang menimpa keluarga Sanjaya hari ini. Setelah Shakila dinyatakan mengalami koma oleh dokter, tidak lama mereka mendapat kabar Zahra meninggal dunia.
"Aku kehilangan istriku, mah. Zahra meninggal," ucap Abian dari sebrang telepon dengan suara tangis yang menyesakkan hati Annisa sebagai seorang ibu.
Annisa menutup mulutnya. Tidak menyangka putranya mendapatkan musibah melalui kedua istrinya, Shakila baru saja dinyatakan koma oleh dokter dan sekarang Zahra juga meninggal.
"Aku sudah mencoba menghubungi Shakila, tapi Shakila tidak mengangkat telpon ku. Tolong mamah beritahu Shakila kalau aku butuh dia sekarang," ucapan Abian kembali menyakiti hati Annisa.
Entah bagaimana perasaan Abian jika Abian mengetahui bahwa Shakila juga tidak sadarkan diri sekarang. Abian pasti akan semakin terluka.
"Abian-" Annisa mengangkat wajahnya berusaha menahan air mata yang rasanya ingin keluar saat itu juga, "nak, kamu tenangkan diri kamu dulu, mamah kesana sekarang."
Annisa berusaha mempertahankan suaranya supaya tidak terdengar seperti orang yang sedang menahan tangis karena tidak ingin Abian khawatir.
"Iya, mah. Tolong ajak Shakila kesini menemuiku," ucap Abian kemudian mengakhiri telepon mereka.
Annisa tidak bisa membendung air matanya setelah sambungan telepon mereka berakhir. Ia harus bertemu Abian untuk melihat keadaannya, tapi Ia juga tidak tahu harus menjawab apa jika Abian menanyakan keberadaan Shakila.
Annisa tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Abian mengetahui Shakila koma. Pasti Abian akan semakin terluka dan sedih.
"Ada apa, mah? kenapa mamah menangis?" tanya Adam khawatir melihat mamahnya.
"Anak mamah, anak mamah," Annisa tidak menjelaskan apa-apa dan hanya mengatakan anak mamah berkali-kali sambil menangis.
Hanafi dan kedua anak mereka tahu bahwa anak mamah yang dimaksud adalah Abian. Pasti sudah terjadi sesuatu dengan Abian yang membuat mamah mereka menangis histeris seperti itu.
"Apa yang terjadi dengan anak kita, mah?" tanya Hanafi menahan tubuh istrinya yang nyaris ambruk.
Adam dan Adiba hanya bisa menunggu mamah mereka tenang dan menjelaskan sendiri apa yang sebenarnya terjadi. Keduanya tidak tega jika harus mendesak mamah mereka untuk bicara sekarang.
Mamah mereka terlihat terpukul, bahkan untuk berdiri pun sampai dibantu oleh papah mereka. Sepertinya masalah yang terjadi pada Abian kali ini serius.
"Abian kehilangan istrinya, Zahra meninggal," akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Annisa.
Semua terkejut bukan main. Tidak ada yang menyangka jika Zahra akan meninggal di hari yang sama Shakila dilarikan ke rumah sakit. Pantas saja mamah mereka sampai menangis histeris seperti itu.
"Bagaimana ini? bagaimana kita bisa menjelaskan pada Abian jika Shakila juga sedang koma?" tanya Annisa sambil memegangi dadanya.
Patah hati seorang ibu adalah ketika mengetahui anak mereka terluka. Dan luka paling besar adalah ketika kehilangan seseorang yang kita sayang.
Sekarang, Annisa harus dihadapkan dengan patah hati mengetahui putranya kehilangan dua perempuan yang paling putranya sayangi.
Shakila hanya koma, bukan meninggal. Tapi Shakila mungkin tidak bisa melakukan apapun dan merespon siapapun untuk waktu yang lama.
"Abian meminta mamah membawa Shakila, tapi kondisi Shakila saja seperti ini," Annisa terisak.
Semua anggota keluarga Sanjaya menangis. Mereka juga merasakan apa yang Annisa rasakan sekarang. Tapi tangisan mereka tidak sampai sehisteris Annisa. Karena tangisan seorang ibu tentu sangat berbeda dengan yang lainnya.
"Aku akan mengantar mamah menemui mas Abian, papah dan Adiba tetap disini menunggu kabar lebih lanjut tentang mba Shakila," ucap Adam membagi tugas pada anggota keluarganya.
Jika mereka semua pergi ke tempat Abian, tidak ada yang menemani Shakila disana. Terpaksa mereka harus membagi tugas.
"Iya, tapi kamu hati-hati bawa mobilnya, Dam," ucap Hanafi menyetujui itu.
"Iya, pah. Aku pasti akan hati-hati karena aku membawa mamah."
-
-
"Dimana Shakila?" pertanyaan itulah yang pertama kali Adam dan Annisa dengar saat mereka menemui Abian.
Sesuai dugaan, Abian menanyakan istrinya yang tidak datang menemuinya. Adam dan Annisa tidak tahu harus mengatakan apa sekarang. Mereka tidak tega jika mengatakan yang dialami oleh Shakila.
"Kamu tenangkan diri dulu, soal Shakila-"
"Aku butuh Shakila, mah. Aku butuh istri aku. Tolong hubungi Shakila dan minta Shakila kesini, aku masih belum bisa menghubunginya," ucap Abian menyela mamahnya yang menyuruhnya tenang.
Ketenangan Abian ada pada Shakila. Abian mana bisa merasakan ketenangan, sebelum bertemu Shakila dan memeluk tubuh istrinya itu.
"Apa Shakila marah padaku dan tidak ingin menemuiku karena aku memintanya menjaga Khansa?" Abian yang saat itu sedang kacau mulai melantur kemana-mana.
Abian teringat dengan ucapan tetangganya dan membuatnya berpikir Shakila tidak mau datang karena disuruh menjaga Khansa.
"Tidak, apa yang kamu bicarakan?" Annisa memegang kedua sisi wajah Abian supaya putranya itu menatap wajahnya.
"Dengarkan mamah baik-baik, Shakila istrimu sangat menyayangi Khansa. saat Khansa berlarian kesana kemari, istrimu akan mengikutinya karena tidak ingin putrimu terluka."
Abian menatap mamahnya dengan tatapan kosong dan yang keluar dari mulutnya hanya, "Shakila ada dimana sekarang, mah?"
Abian nampak tidak peduli apapun kecuali keberadaan Shakila, karena Ia sangat membutuhkan Shakila dalam keterpurukannya saat ini.
"Mba Shakila ada di rumah sakit," Adam akhirnya memberitahu Abian apa yang terjadi pada Shakila, tapi mamah mereka tidak setuju.
"Adam!" cegah mamahnya karena tidak ingin Abian semakin sedih mengetahui Shakila koma.
Adam menggeleng, "mas Abian harus tahu yang terjadi dengan mba Shakila, mah."
"Tapi mas kamu-"
"Apa yang terjadi dengan Shakila?" tanya Abian pada Adam dan menyela ucapan mamahnya.
Abian menurunkan tangan mamahnya dari wajahnya kemudian menghampiri Adam, "kamu bilang Shakila ada di rumah sakit? dimana? dan apa yang sebenarnya terjadi dengan istri mas?"
"Tidak ada yang terjadi dengan Shakila, adik kamu-"
"Mba Shakila koma, mas," Adam terpaksa mengatakan itu daripada Abian berpikir Shakila tidak ingin menemuinya, namun mamahnya yang kurang setuju dengan yang Adam lakukan menamparnya.
Plak!
"Apa yang kamu katakan? Shakila baik-baik saja!" ucap Annisa khawatir Abian semakin terpuruk.
Adam merasa perih di wajahnya setelah mamahnya, tapi keputusannya memberitahu Abian sudah bulat, "kita tidak bisa menyembunyikan ini lebih lama lagi, mah. Mas Abian harus tahu tentang mba Shakila."
"Apa kamu tidak lihat kondisi mas kamu sekarang? kamu tidak kasihan melihatnya?" balas Annisa.
Abian menatap Annisa dan Adam bergantian. Ia tidak tahu siapa yang benar diantara mereka, tapi melihat dari yang sedang terjadi, Abian lebih percaya Adam.
"Kamu bilang mba Shakila koma?" Abian menggeser mamahnya supaya dirinya bisa berhadapan dengan adiknya untuk mencari tahu kebenaran.
"Tidak, Abian. Istri kamu-" Annisa masih berusaha untuk menyembunyikan keadaan Shakila, tapi Abian lebih dulu menyela ucapannya.
"Mas sudah memintamu menjaga mba Shakila, bagaimana bisa mba Shakila koma sekarang?!" tanya Abian tersulut emosi.
"Maaf, aku gagal menjaga kakak iparku."
trus lanjutan sugar mommy knp gk lanjut kk