Niat hati, merantau ke luar negeri untuk merubah nasib. Namun karena suatu kejadian, dua pemuda polos nan lugu itu malah terlibat dalam kehidupan asmara enam janda muda. Mampukah mereka lepas dari jeratan janda yang penuh pesona? Atau mereka terjerumus dalam larutnya dunia para janda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suasana Baru
"Sepertinya mereka pria yang polos ya, Kak," terka Ashang.
"Benar, tapi lihat badannya. Tegap banget dan wajahnya nggak jelek jelek amat," Azia menimpali
"Iya. lumayan buat mainan aku," ucap Amei dengan genitnya.
"Hahahah ..."
"Hus! Kalian ini. Mereka disini mau kerja, bukan untuk diajak main," hardik Amoy. Kelima wanita itu hanya saling melempar senyum. Entah apa yang mereka pikirkan saat ini, yang pasti senyum mereka terlihat seperti senyuman nakal.
Sementara itu, sambil mengikuti pembantu rumah tangga, Tito dan Yoyo mengedarkan pandangannya ke segala ruangan yang mereka lewati. Entah ada berapa ruangan di rumah itu, mereka tidak ada waktu untuk menghitungnya. Yang pasti keduanya masih menunjukkan rasa kagumnya dengan apa yang mereka lihat.
"Ini kamar kalian," ucap Bibi begitu mereka sampai di depan sebuah kamar.
"Ini kamar kita, Bi?" tanya Tito dengan tatapan tak percaya.
"Iya, benar, ayo masuk," ajak sang Bibi sambil membuka pintu kamar.
"Waw!" cuma kata itu yang keluar dari mulut Yoyo dan Tito. Mereka tidak percaya, kamar pembantu bisa seluas itu dengan fasilitas yang lumayan lengkap. Ada dua ranjang dengan kasur yang sangat empuk. Ada lemari pakaian, ada telepon di atas meja yang terletak diantara dua ranjang. Di dalam kamar itu juga ada kamar mandi.
"Lemari ini berisi baju kerja kalian," ucap Bibi sambil membuka lemari yang dia tunjukkan.
Lagi lagi ekspresi takjub yang ditunjukkan Tito dan Yoyo. Merasa tidak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini. Keduanya melangkah mendekat ke arah lemari dan membuka pintunya.
Ini baju kerja kita, Bi?" tanya Yoyo dengan wajah yang masih memperlihatkan rasa terkejutnya.
"Iya, Ini semua pakaian kerja kalian, ada juga pakaian santai di sebelah sini. Semua disesuaikan dengan kegiatan yang dijalani nantinya, " terang si Bibi, dan keduanya masih belum bisa menghilangkan rasa terkejutnya.
"Ini kan pakaian orang yang kerjanya di kantor, Bi?" tanya Tito sembari mengambil pakaian yang tergantung di dalam lemari.
"Ya tidak juga kalau di negara ini. Tergantung keadaannya bagaimana. Kalau pada acara resmi ya seorang pengawal harus memakai pakaian seperti ini," terang si Bibi. "Di bawah juga ada sepatu kerja. Kalian coba aja. Kalau nggak pas nanti di ganti."
"Oh gitu?" balas Tito sambil meletakkan kembali baju itu ke tempat semula. "Oh iya, sepertinya Bibi bukan warga negara asli sini ya?"
Wanita itu sejenak mengerutkan keningnya, lalu terkekeh. "Hahaha ... ya memang aku bukan orang sini. Aku sama seperti kalian, dari kampung," ucap si Bibi dengan mengunakan bahasa Indonesia.
"Walah! Kita satu negara ternyata!" seru Yoyo. "Terus bibi yang satunya tadi, sama juga kan?"
"Ya sama, kita juga dari agen yang sama dengan yang mengantar kalian tadi."
"Owalah, ternyata!" seru Yoyo lagi. Tito juga berseru karena rasa terkejutnya.
"Nama Bibi siapa sih? Sama yang satunya tadi kemana?" tanya Tito.
"Namaku Nur, panggil saja bibi Nur, kalau yang satunya namanya Sri. Dia lagi nyiapin makanan buat kalian."
"Oh iya, Bibi Nur."
"Ya udah, mending kalian mandi terus makan. Katanya kalian mau di ajak pergi kan? bersiap siaplah. Aku mau kembali ke dapur dulu. Kalian tahu kan letaknya dimana?"
"Tahu dong, Bi. Kan tadi kita melewatinya saat menuju kamar ini," Yoyo yang menjawab.
"Baguslah, kalau begitu, mandilah dulu, nanti tugas kalian, aku sampaikan saat kalian makan, ya?"
"Baik, Bi, terimakasih."
Bibi Nur segera saja beranjak meninggakan dua pemuda itu. Sebelum mandi, Yoyo dan Tito masih terus menatapi kamar baru mereka dengan takjub.
"Gila! Kasurnya empuk banget!" seru Yoyo saat dia duduk diatas ranjang lalu merebahkan badannya.
"Kamarnya lebih luas dari ruangann di rumahku," ucap Tito yang ikut rebahan juga di ranjang satunya.
"Kalau di rumahku ya sudah jadi ruang tamu, sama satu kamar ini," sahut Yoyo. "Ini benar benar orang kaya sungguhan ya."
"Iya lah, bener bener keren ini," balas Tito.
Sejenak mereka saling diam sambil menikmati suasana kamar. Tak lama setelah itu mereka memutuskan segera mandi untuk melanjutkan aktifitas lainnnya.
Sementara itu di tempat lain.
"Bagaimana kalian bisa seceroboh itu? Hah! Kalian tahu kan? Benda itu sangat penting bagi perusahan kita! Bisa bisanya kalian menghilangkannya!" maki seorang pria kepada tiga pria yang menunduk dihadapannya.
"Maaf, Bos. Kami janji, kami akan menemukan orang itu secepatnya."
"Harus itu! Secepatnya! Hidup atau mati!"
...@@@@@...
Ada yang bertanya tanya, kenapa pemerannya berawalan huruf A karena agar mudah di ingat. Apa lagi yang ini pakai nama nama china. Biar nggak lupa. Hehhe.. Makasih atas perhatiannya.
semangat
author bikin cerita nya nalar dikit
canda aja thoor