NovelToon NovelToon
NOT Second Lead

NOT Second Lead

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Kantor / Romansa
Popularitas:5.1M
Nilai: 4.6
Nama Author: Rahma AR

Kamu pernah bilang, kenapa aku ngga mau sama kamu. Kamu aja yang ngga tau, aku mau banget sama kamu. Tapi kamu terlalu tinggi untuk aku raih.

Alexander Monoarfa jatuh cinta pada Rihana Fazira dan sempat kehilangan jejak gadis itu.

Rihana dibesarkan di panti asuhan oleh Bu Saras setelah mamanya meninggal. Karena itu dia takut menerima cinta dan perhatian Alexander yang anak konglomerat

Rihana sebenarnya adalah cucu dari keluarga Airlangga yang juga konglomerat.

Sesuatu yang buruk dulu terjadi pada orang tuanya yang ngga sengaja tidur bersama.

Terimakasih, ya sudah mampir♡♡♡

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Membandingkan

"Papi mau keluar bentar, ya," pamitnya pada putrinya. Dia harus segera memastikan pada sumber yang bisa dia percaya.

Jika terus berlarut begini Dewan akan merasa ngga tenang. Pikirannya akan terus tertuju dengan kebenaran fakta terakhir yang dilihatnya dari rekaman cctv yang diberikan Gusti padanya

Putrinya bekerja sebagai asistennya sambil belajar sebelum perusahaan ini akan dia serahkan padanya sebagai satu satunya ahli waris.

Satu satunya, batinnya getir

Jika saja dia ngga egois dan mengajak adik kelasnya langsung menemui papi maminya waktu itu, pasti semuanya ngga akan serumit ini.

"Iya, pa." Suara lembut Aurora memutuskan lamunannya.

Dewan pun tersenyum tipis sebelum pergi.

Saat ini langkahnya dipercepat ke arah lift. Dia akan berada di root top

Begitu sampai di sana, hembusan angin menampar wajah dan tubuhnya. Dia menatap jauh ke depannya dengan penuh beban.

Kemudian mengambil ponsel yang ada di saku jasnya.

Dia menelpon sahabatnya, papi dari Alexander. Afif Suhendrata.

"Halo," terdengar suara sahabatnya menjawab.

"Ada apa Dewan?" tanya papi Alexander lagi karena ngga mendengar jawaban dari sahabatnya yang menelponnya sepagi ini.

"Tadi aku melihat Alexander mengantar seorang gadis," ungkapnya langsung.

Terdengar helaan nafas sahabatnya.

"Kami juga terkejut dengan pengakuan Alexander baru baru ini."

Ngga ada tanggapan dari Dewan.

"Kamu melihatnya dimana?"

"Di depan perusahaanku."

"Gadis itu pegawai di perusahaanmu?" suara Afif-Papi Alexander terdengar kaget.

"Kamu ngga tau?" tanya Dewan-Papi Aurora heran.

"Kami ngga tau apa apa soal pacarnya, Wan. Aku merasa bersalah dengan Aurora," ucap Afif-papi Alexander pelan.

Terdengar helaan nafas papi Alexander berkali kali.

"Kamu tau, kekasihnya itu pegawai yang baru saja direkrut perusahaanku," kata Dewan getir.

"Maaf," ucap Afif menyesal.

Dirinya sama sekali ngga nyangka kalo Alexander hanya menganggap Aurora sebagai adiknya saja. Bahkan sudah memiliki pacar dari kalangan biasa.

Afif ngga ngerti dengan jalan pikiran putranya. Dia membuang begitu saja berlian besar seperti Aurora yang sangat mudah didapatkan. Malah bersusah payah mencari butiran kecil emas yang bercampur pasir dan batu di pinggir sungai.

"Ngga apa apa," jawab Dewan dengan suara getir.

"Pacar Alex, teman SMA nya dulu waktu di Bandung. Tapi ada sedikit ganjalanku tentang gadis itu."

"Kenapa?" tanya Dewan mulai tertarik.

Terdengar lagi suara hembusan nafas sahabatnya, Afif.

"Gadis itu tidak memiliki ayah. Ibunya sudah meninggal waktu dia masih kecil."

Dewan terdiam. Dia merasa ada yang mencubit sudut hatinya sangat keras. Rasanya sakit sekali. Matanya tiba tiba memanas.

Dewan mengusap air matanya yang merembes keluar. Kenapa dia merasa sangat sedih mendengarnya? Seperti ada bagian terdalamnya yang sudah pergi.

"Ayahnya kemana?" nada suaranya bergetar. Pertanyaan yang langsung menanpar hatinya.

"Kata Alex, ngga ada yang tau. Dia sudah tinggal di panti asuhan sejak kecil. Tiap ada yang nanya tentang ayahnya, dia ngga pernah mau cerita. Mungkin juga dia ngga tau ayahnya dimana," jelas Afif panjang lebar.

Mungkin seperti dirinya, ayahnya juga ngga bertanggung jawab padanya dan ibunya, batinnya malu.

Ngga mungkin dia menghujatnya, karena itu sama saja dengan menghujat dirinya sendiri.

Dewan yang awalnya kesal mendadak tersentuh mendengarnya. Dia jadi teringat nasib anak dan adik kelasnya yang sudah dia telantarkan.

Entah di mana mereka berada sekarang.

Apa mereka hidup dengan layak?

Apa mereka baik baik saja?

Dada Dewan terasa sesak.

Anaknya kalo masih hidup mungkin seusia dengan gadis itu.

Tiba tiba dia teringat pada pegawai barunya yang selalu mengganggu pikirannya akhir akhir ini. Kalo ngga salah, umurnya seusia dengan Alexander.

Ngga mungkin, batinnya menyangkal karena pikiran absurdnya yang mengatakan kalo pacar Alexander adalah pegawainya itu.

Memang gadis itu pegawai baru di perusahaannya, tapi pegawai baru yang makan di kafe waktu itu bukan hanya dia saja.

"Nanti malam Alexander mau mengajaknya menemui kami," kata Afif lagi memecahkan kesunyian di antara mereka.

"Aku benar benar minta maaf, Wan. Aku ngga bisa nolak permintaan Alex," sambung Afif merasa bersalah karena sahabatnya diam saja dari tadi.

"Mereka teman SMA kata mu tadi. Alex, kan, kuliah di Inggris. Mereka LDR?" Dewan sangat ingin tau, karena selama di Inggris, Alexander sama sekali ngga menunjukkan kedekatannya dengan siapa pun

Tapi malah selalu di sisi putrinya. Makanya dia, putrinya dan orang tua Alexamder salah mengartikan perhatian Alexander.

"Mereka ngga pernah bertemu. Tapi Alex udah suka dengannya sejak SMA. Dan katanya dia ngga sengaja ketemu lagi."

Terdengar helaan nafas Afif lagi.

"Kalo kamu lihat dia ngantar pacarnya ke perusahaan kamu, mungkin di sanalah mereka bertemu. Karena kata Alex, dia sempat lost contact dengan gadis itu," sambung Afif lagi.

Ya, kini Dewan mengerti dan sadar. Manusia memang hanya bisa berusaha, tapi tetap saja jodoh sudah di atur Yang Di Atas.

Dia dan Dewan sengaja mengadakan kerja sama agar putrinya dan Alexander semakin dekat. Tapi kenyataan yang di dapat, mereka malah mengatur dan mempermudah pertemuan Alexander dengan pacarnya.

Dewan pun menutup sambungan telponnya begitu saja.

Apakah dia akan meminta putrinya mengalah saja, karena rasa simpati pada kekasih Alexander.

Aurora sangat beruntung, berjuta kali dari pada gadis yang dipilih Alexander.

Aurora memiliki dirinya, ibunya, dua kakek dan nenek yang selalu memanjakannya.

Dia bekerja pun bukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tapi untuk mempesiapkan dirinya sebagai pewaris grup besar milik keluarganya.

Aurora hanya ngga bisa memiliki Alexander sebagai kekasih dan suami yang membuat hidupnya lebih sempurna.

Sedangkan gadis itu hanya memiliki Alexander. Ibunya sudah meninggal dunia saat dia masih kecil. Ayahnya pun meninggalkannya tanpa kabar berita.

Berpikir sampai di sini menbuat hatinya nyeri.

Bagaimana dengan nasib anaknya yang dia ngga tau laki laki atau perempuan. Juga nasib ibunya yang sudah melahirkannya?

Apakah mereka hidup susah?

*Apakah dia juga akan direndahkan oleh calon mertuanya karena miskin?

Di bully teman temannya karena ngga memiliki ayah*?

Dewan pun menghela nafas panjang.

Kemudian dengan langkah lunglai dia berjalan kembali ke ruangannya.

Langkahnya terhenti karena melihat pegawai baru yang selalu dia pikirkan akhir akhir ini sedang membawa banyak sekali kertas dalam pelukannya. Mungkin dia baru saja selesai memfotokopinya.

Saat mereka beradu pandang, gadis itu hanya mengangguk tanpa senyum dan berlalu pergi begitu saja.

Sikap gadis Inilah yang selalu membuatnya heran. Seakan dia ngga takut dan setengah menentangnya. Walaupun sudah terkesan mendingan dari pada pertemuan pertama mereka.

Tapi cara jalannya seakan mengingatkannya pada adik kelasnya itu. Selalu terburu buru jika sudah bertemu dengannya dulu.

Bibir Dewan mengulas senyum tipis tanpa disadarinya

Detektif yang disewanya pun sudah menyerah. Ngga ada sama sekali info yang berhasil di dapat. Apalagi dia pun sampai sekarang ngga tau namanya.

Dewan memaki kebodohannya. Harusnya waktu itu sebelum pergi setelah menyuruh gadis itu menunggu, dia meminta kartu identitasnya. Atau seenggaknya menanyakan namanya.

Tapi kepanikannya membuat kepintarannya menjadi nol besar. Siapa yang bisa menemukan jarum dalam tumpukan jerami. Itulah pengandaian yang dibuatnya saat mencari keberadaan gadis yang minim informasi itu.

1
Titin Andien
mereka sedih Aurora seneng seneng sama Aidan huuuh dasar Aurora sama aja kaya emak nya ga bener
Titin Andien
akuuu ga kuaaat😭😭😭😭😭😭
Titin Andien
😭😭😭😭
Titin Andien
herdian aja tegas ko Rihana ga ya
Titin Andien
tinggalin Alex aja Rihana aku ga suka sama mama alex
Titin Andien
ko aku kecewa sama mama apa Alex ya di blkng ngomongin rihana
Titin Andien
kenapa Rihana mudah luluh aku jdi kezzzzeeel
Titin Andien
ko aku kezeeel sama alex thor
Titin Andien
ko nyesekkk banget ya
Titin Andien
baru sampe sini ko asa nyesek ya baca nya
Tri Yulia
Luar biasa
Tri Yulia
Lumayan
Nadira ST
ak baca 2 kali cerita ini dulu,ceritanya menarik,menguras emosi, sekarang pake akun baru karna akun ku eror gak bisa dipake lag ngulang lagi deh levelnya.
Meyla A'ulia
Luar biasa
Dbz Mar
wuoaw...mksh bnyak thoor..satu novel di rangkum dgn bnyak cerita...kereenn👍👍👍😘😘😘
Rahma AR: sama sama....
total 1 replies
Dbz Mar
untung Kamila mnyangka Emir org biasa..jdi Selina g tau kalo Emir sultan...
Dbz Mar
lha...bisa jdi berubah sifat seseorang jika dh menikmati yg rsanya enak..mknya org kaya slalu menjodohkan anak2 nya dgn yg setara..ya ini nih contohnya..
Dbz Mar
nahkan...bner kataku...org emang auroranya juga pngen...cuma obsesi nya aja pngen nikah ma Alek...trus ksian zerinanya...
Dbz Mar
kek nya segel Aurora terbuka deh kali ini sama si Aiden...
Dbz Mar
sama Puspa aja HERDIN..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!