Arvian Ken Sagara, seorang CEO tampan yang mengidap Gynophobia. Dimana, orang pengidapnya memiliki ketakutan tak rasional terhadap wanita. Setiap kali wanita yang mendekat padanya, Arvian menunjukkan sikap yang sangat berlebihan hingga membuat wanita yang mendekat padanya merasa sakit hati. Jika ada yang menyentuhnya, tubuh Arvian akan mengalami gatal-gatal. Bahkan, mual.
Namun, bagaimana jika dirinya terpaksa harus menikahi seorang janda yang di cerai oleh suaminya? demi mendapatkan hak asuh keponakannya dari keluarga adik iparnya. Apakah Gynophobia Arvian akan bereaksi saat di dekat wanita bernama Aluna Sagita janda tanpa anak itu?
"Sudah baik aku mau membantumu, dasar Mr. Gynophobia!" -Aluna Sagita.
"Onty tantik! Calangeee!!" ~Arega Geofrey Sagara.
"Jangan mendekati ku! Aku Alergi berada di dekat kalian para wanita!" ~Arvian ken Sagara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cayangna aaakuuu
Aluna dan Arega menghentikan keasikan mereka, keduanya beralih menatap ke arah ambang pintu dimana Arvian berdiri dengan menatap tajam ke arah mereka berdua. Melihat itu, bergegas keduanya turun dari ranjang dan berdiri bersisian sembari menatap ke arah Arvian yang sedang menahan kekesalannya.
Suara teriakan Arvian yang begitu keras, membuat salah satu maid yang tadinya di perintah mengantar Aluna bergegas menghampirinya. Tatapan Arvian pun teralihkan, dia menatap tajam ke arah wanita yang berdiri dengan jarak lumayan jauh darinya.
"Tadi saya suruh kamu apa hah?!" Sentak Arvian.
"Maaf tuan, tadi Tuan kecil melarang saya untuk mengganggu waktunya dengan Nona." Lirih Maid itu.
Aluna merasa kasihan dengan maid itu, dia melangkah maju mendekati Arvian. "Ar, jangan salahkan dia. Sekarang juga aku akan ke kamarku." Ujar Aluna dengan gugup.
Arvian beralih menatap ke arah Aluna. "Siapa yang suruh kamu bicara huh?! Memang ini semua salahmu! Jangan membuat ulah di rumah ini! Sekarang, cepat masuk kamarmu!" Sentak Arvian. Lalu, pria itu menyingkir. Ia memberikan jalan untuk Aluna lewat.
Alina dengan kesal pun keluar dari kamar Arega, dia di arahkan menuju kamar tamu oleh maid yang tadi mengantarnya. Setelah Aluna tak terlihat lagi, Arvian beralih menatap Arega yang sedang membereskan mic nya.
"Arega, Om akan sita semua barang-barangmu itu jika kamu tidak tahu waktu!" Ancam Arvian.
"Ekheee jangaaann!" Rengek Arega dengan takut. Bisa apa dia tanpa barang-barang kesukaannya.
"Makanya! Jangan ngeyel! Waktunya tidur itu tidur! D4ngdutan aja terus!" Desis Arvian dan segera beranjak pergi kembali ke kamarnya. Meninggalkan Arega yang menghentakkan kakinya kesal.
"Monstel laut dacal!" Gerutu Arega.
.
.
.
Aluna telah bangun lebih awal, dia sudah mandi dan berganti pakaiannya. Namun, rambutnya masih basah. Sehingga dia memutuskan untuk menutupinya dengan handuk. Lalu, dia memutuskan keluar kamar menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.
Aluna memang tidak suka memasak, tapi dia juga tak bisa mengabaikan tugasnya sebagai seorang istri. Walaupun pernikahan mereka dadakan dan belum saling mencintai, tapi Aluna hanya ingin berbakti pada suaminya itu.
"Nona, apa yang anda lakukan disini?" Para maid terkejut dengan kedatangan Aluna, apalagi wanita itu masih memakai handuk di kepalanya.
"Maaf, apa ada yang bisa aku bantu?" Tanya Aluna dengan ramah.
"Tidak ada Nona, lebih baik anda ...,"
"Tidak papa, aku akan memasakkan sesuatu untuk suamiku sendiri." Ujar Aluna sembari mendekat ke arah kulkas.
Para maid tentunya bingung, mereka saling pandang setelah mendengar apa yang Aluna katakan. Sedangkan Aluna, dia dengan santai mengambil tahu dan juga memilih sayuran yang ada dan membawanya menuju meja dapur. Merasa ada yang aneh, wanita itu balik menatap para maid yang ternyata masih memperhatikannya.
"Ada apa? Kenapa kalian melihatku seperti itu?" Tanya Aluna dengan bingung.
"Maaf Nona, suami siapa yang anda maksudkan?" Tanya maid itu dengan bingung.
"Ya suamiku lah, masa suami orang. Memangnya tampang saya kayak tampang pelakor yah?" Sahut Aluna dengan kesal.
Maid itu menggeleng, "Bukan begitu Nona, maksudnya, siapa pria yang anda maksud?" Tanya kembali maid itu.
Aluna membulatkan mulutnya, dia mendengar hingga memperlihatkan gigi putihnya. "Arvian, dia suamiku."
"APA?!" Aluna turut terkejut, dia mengerjapkan matanya saat semua maid yang ada di dapur berteriak kaget.
"Ba-bagaimana bisa?" Aluna mengalihkan pandangannya para maid yang berdiri di sebelahnya.
"Ya, itu karena ... dia masih suka perempuan. Buktinya, dia menikahiku. Jadi, jangan lagi bergosip tentangnya. Lebih baik kita memasak, sebelum singa itu bangun." Jawab Aluna dan memutus obrolan mereka.
Aluna kembali berbalik, dia segera melakukan tugasnya yang sempat tertunda. Wanita itu memotong sayur yang tadi dirinya ambil dan membuat sebuah masakan yang sederhana. Hanya tumis sawi sederhana dengan mencampurnya dengan tahu yang ia potong kotak-kotak kecil. Saat dirinya sedang asik dengan kegiatan masaknya, tiba-tiba seorang pria datang. Maid lebih dulu menyadari nya, mereka bergegas pergi dan membiarkan pria itu melakukan tujuannya datang ke dapur.
"Iiihh ribet banget si!" Handuk yang ada di rambut Aluna mulai berantakan, dia pun melepas handuk itu dan mengibas rambutnya. Tanpa Aluna sadari, pria yang berdiri di belakangnya tak sengaja terkena kibasan rambut panjangnya.
"Kayak gini kan be ...,"
"ALUNAAAA!"
"Eh?!" Aluna menoleh, dia terkejut mendapati Arvian yang sedang memegang segelas air sembari memejamkan matanya. Wanita itu belum menyadari kesalahannya, dia justru menjauh dan menatap Arvian dengan bingung.
"Kamu mau ritual dimana? Bawa air sambil pejamkan mata begitu?" Tanya Aluna dengan polosnya.
Arvian kembali membuka matanya, dia menatap tajam Aluna yang kini berdiri jauh darinya. Tanpa banyak bicara, Arvian bergegas pergi meninggalkan Aluna yang menatap bingung kepergian nya.
"Ih? Ciri-ciri pria stres gak dapat jatah ya gitu, marah-maraaahh aja kerjanya." Gerutu Aluna.
Sementara Arvian, dia bergegas memasuki kamar mandi dan mencuci wajahnya sebelum merasa gatal. Dia juga mengecek apakah wajahnya merah atau tidak. Apalagi dia terkena kibasan rambut Aluna.
"Bagaimana bisa aku menikahi wanita bar-bar seperti nya? Hais .... bisa stres punya istri seperti dia. Aku bingung, kenapa para pria sekarang memiliki banyak istri . Satu istri saja sudah membuat kepala sakit." Gumam Arvian sembari menatap wajahnya dari pantulan cermin yang ada di kamar mandinya.
Sarapan telah siap, Aluna bergegas duduk di meja makan dan menunggu kedatangan Arvian. Tak lama, Arvian turun dengan kemeja kantornya. Dia masih fokus dengan ponselnya dan tak menyadari kehadiran Aluna di meja makan. Sesampainya di meja makan, Arvian berniat ingin duduk. Dia menarik kursi untuk dirinya duduk. Namun, matanya justru tak sengaja menatap Aluna yang duduk di hadapannya.
"Makanlah, aku masak sarapan untuk mu." Ujar Aluna dengan senyum mengembang.
Dengan ragu, Arvian duduk di hadapan Aluna. Dia menatap semua makanan yang ada, tatapannya kembali menatap ke arah Aluna yang sedang menyendokkan nasi ke dalam piring. Lalu, wanita itu memberikan piring tersebut pada Arvian. Tentunya, Arvian merasa ragu menerima piring itu. Namun, dia juga tak tega menolaknya. Akhirnya, Arvian pun menerimanya dan meletakkan nya di hadapannya.
"Ambil sendiri lauk dan sayur yang kamu mau. Aku belum tahu bagaimana seleramu." Ujar Aluna sambil mengambilkan air untuk suaminya.
Arvian merasa aneh, sebab sebelumnya dia melakukan apa-apa sendiri. Namun, pagi ini berbeda. Ada wanita cantik di hadapannya dengan segala tingkahnya melayani pria sepertinya.
"PAGIII CEMUAAAA!" Arega datang dengan seragam sekolahnya. Bocah menggemaskan sudah memasuki playgroup di usianya yang kini menginjak empat tahun.
"Pagi, duduk disini." Aluna menarik kursi di sebelahnya, membiarkan Arega duduk di sebelahnya. Melihat apa yang Aluna lakukan, Arvian hanya diam dan fokus melahap sarapannya. Namun, matanya memang tak lepas dari wajah ceria Aluna pagi ini.
"Eeehh ada cayangna aakuuu!" Seru Arega dengan tatapan berbinar, membuat Arvian tersedak makanan yang sedang dia makan.
"UHUK! UHUK!"
"Heh! Siapa sayangmu hah?! Dia itu istriku! Panggil dia Tante, dia Tantemu!" Seru Arvian tak terima.
Raut wajah Arega berubah kesal, "Kok cayangku mau jadi ictlina Om?" Tanya Arega pada Aluna yang memandang polos ke arah kedua pria berbeda usia itu.
"Ya itu karena ... Om mu banyak uangnya."
"Dan kamu tidak punya uang!" Seringai Arvian dengan bangga.
Arega melirik sinis ke arah om nya itu. "Om Pian jelek, cayangku jadi ictli Lega aja."
"Dia istri om! Kamu tidak boleh merebut istri om! jangan ..."
"Jangan ganggu ictliku, jangan cuuuli ictliku. Bila kau memang cahabatkuuuu ... aciikk!" Aluna bertepuk tangan dengan tatapan tak percaya. Sementara Arvian, dia menepuk keningnya itu dengan kesal.
___
Jangan lupa dukungannya🥰🥰