Hari pernikahan adalah hari bahagia, dimana di satukan nya dua hati dalam satu ikatan suci. Tapi sepertinya, hal itu tidak berlaku untuk Keyra.
Tepat di hari pernikahannya, ia justru mengetahui pengkhianatan calon suaminya selama ini dan hal itu berhasil membuat hati Keyra hancur. Dia menyesal karena tidak mendengarkan keluarganya dan memilih percaya pada calon suaminya.
Tapi, nasi sudah menjadi bubur dan Keyra harus menerima semua konsekuensinya.
Keyra dengan tegas membatalkan pernikahan mereka di depan tamu undangan. Tapi, ia juga berkata jika pernikahan ini tetap akan di gelar dengan mengganti mempelai pria. Dia menarik seorang pria dan memaksanya menikah dengannya tanpa tahu, siapa pria itu.
Bagaimana kehidupan Keyra selanjutnya? Akankah pernikahan Keyra berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Keyra menatap Alexio yang duduk di sofa dengan wajah dinginnya. Tangannya memegang remote TV, tapi jelas sekali dia tidak benar-benar menontonnya. Saluran televisi terus berpindah setiap beberapa detik, seperti tanda protes diam-diam.
“Kau kenapa, sih?” tanya Keyra sambil melipat tangannya di depan dada, merasa aneh dengan sikap Alexio yang tiba-tiba berubah.
Awalnya ia takut setengah mati, saat Alexio mengatakan akan memberi hukuman padanya. Dalam bayangannya terus berputar setiap adegan penganiayaan yang membuat sekujur tubuhnya penuh luka lebam. Tapi, sesampainya di apartemen, Alexio bersikap acuh tak acuh dan mendiamkannya.
“Tidak,” jawab Alexio singkat, tanpa menoleh.
"Ya sudah kalau begitu." Keyra berdiri, hendak ke kamar. Namun, ucapan Alexio membuat Keyra mengurungkan niatnya.
"Apa kau tidak lihat sekarang sudah jam berapa? Bukankah aku sudah mengirim pesan agar kau pulang tepat waktu? Kenapa? Apa begitu menyenangkan bekerja dengan mantan kekasihmu yang bajingan itu?"
Keyra membalikkan tubuhnya, dengan mata yang membelalak lebar. "Dari mana kau tahu? Kau membuntuti ku, ya?"
"Cih, untuk apa aku membuntuti mu? Mendengar nama MA Group saja, semua orang sudah tahu, siapa pemiliknya perusahaan itu. Jika kau ingin kembali padanya, kau tidak perlu sembunyi-sembunyi dariku. Kau cukup ... "
"Aku tidak seperti itu," sela Keyra. "Jika dari awal aku tahu dia juga bekerja di sana, aku tidak akan datang kesana. Lagipula, aku sudah terlanjur menandatangani kontrak dengan pihak perusahaan, aku tidak bisa mengundurkan diri begitu saja karena tidak mempunyai cukup uang."
Brakh
Alexio melempar remote tv dengan begitu keras hingga hancur. Dia berdiri dengan gerakan kasar, menatap Keyra yang berdiri tidak jauh darinya. Rahangnya mengeras, dan wajahnya memancarkan emosi yang sulit disembunyikan.
“Kau tidak mempunyai cukup uang? Lalu, kau anggap aku ini apa, hah?” suaranya terdengar dingin, hampir bergetar. “Kemarin aku memberimu uang, tapi kau menolaknya. Dan sekarang , kau justru terjebak satu perusahaan dengan mantanmu dan kau beralasan tidak mempunyai uang untuk resign? Jika kau membutuhkan uang, kenapa kau tidak mengatakannya padaku, hah?”
"A-ada apa denganmu? Ke-kenapa kau marah?" Suara Keyra bergetar, takut. "A-aku sudah menghubungi mu, tapi kau tidak menjawab telepon dariku. Jadi, aku tidak mempunyai pilihan untuk tetap bekerja di sana." Keyra menunduk dalam, merasa bersalah sekaligus takut dengan sorot mata Alexio yang begitu tajam.
"Maaf, " lirih Keyra. Dia mendekat perlahan dan menarik pelan baju Alexio. “Aku benar-benar tidak tahu jika ada bajingan itu di sana. Percaya padaku!"
Alexio menoleh, menatap Keyra dengan ekspresi datar. “Kalau begitu, mulai besok kau harus mengundurkan diri. Aku tidak mau lagi mendengar alasan apapun, dan jika kau ingin bekerja, perusahaan ku akan menerimamu."
Keyra mengangguk pelan dengan kepala yang masih menunduk. Lebih baik, dia mencari aman saja. Dia tidak mau Alexio marah dan dia juga tidak ingin bekerja di tempat yang sama dengan Frans. Jadi, ia akan mengikuti ucapan Alexio untuk mengundurkan diri besok.
"Ya sudah, sana cepat mandi!! Gara-gara kau, aku hampir mati kelaparan," gerutu Alexio, sambil berlalu.
"Ck, siapa suruh kau tidak makan duluan, dasar menyebalkan," gerutu Keyra dengan wajah cemberutnya, tapi sedetik kemudian, ia tersenyum senang. Ia pergi ke kamar dengan bersenandung riang.
Setelah selesai membersihkan diri, Keyra menyusul Alexio yang sudah duduk di meja makan. Dia mengkerutkan keningnya, melihat Alexio yang belum menyentuh sedikitpun makanan yang tersaji di meja. "Apa dia menunggu ku?" pikir Keyra.
"Apa yang kau lihat? Cepat kemari dan layani aku! Ingat, kau istriku sekarang, walaupun pernikahan kita hanya akan berjalan selama setahun, tapi kau tetap harus menjalankan semua kewajiban mu sebagai seorang istri," ujar Alexio.
Keyra berdecak pelan, tanpa protes, ia mengambilkan makanan untuk Alexio, baru setelahnya ia mengambil untuk dirinya sendiri.
Tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun saat berada di meja makan. Walaupun dalam hati, keyra sangat ingin bertanya pada Alexio, tapi ia memilih untuk menahannya sampai mereka selesai makan.
"Aku sudah selesai, setelah ini temui aku di ruang kerja." Alexia mengusap bibirnya menggunakan tisu, dan beranjak meninggalkan ruang makan.
"Selalu saja begitu," gumam Keyra. Dia meletakkan peralatan makannya, dan menyusul Alexio ke ruang kerja.
"Ada apa?" tanya Keyra, sesaat setelah duduk di depan Alexio.
"Gunakan kartu ini dan cepat kau mengundurkan diri dari perusahaan itu." Alexio meletakkan kartu titanium di depan Keyra, membuat kedua mata Keyra melebar sempurna.
"I-ini untukku?"
"Menurut mu? Aku tidak ingin orang tuamu mengira aku tidak menafkahi mu."
Keyra mengulurkan tangannya, meraih kartu tersebut dan menatapnya sejenak. Dia yang sempat menolak pemberian Alexio, pada akhirnya terpaksa menerimanya. Sungguh, dia merasa sangat malu.
"Ada apa? Kenapa kau diam?" tanya Alexio.
"Tidak, aku hanya merasa aneh saja. Aku memaksamu menikah denganku. Dan aku sempat berfikir, kita akan segera bercerai karena kita tidak saling mencintai. Tapi, kau justru bersikap layaknya seorang suami yang bertanggung jawab pada istri. Aku jadi bingung harus bagaimana," lirih Keyra.
Alexio sendiri juga tidak tahu kenapa? Mungkin karena dia merasa bersalah karena sudah mengambil kehormatan Keyra, atau karena dia mencoba menjadi suami yang baik? Padahal sudah jelas, mereka hanya menikah kontrak selama setahun.
"Tidak perlu di pikirkan, yang terpenting kau gunakan uang itu sebaik-baiknya dan cepat resign dari perusahaan itu," seru Alexio.
"Iya, besok aku akan resign. Tapi, aku baru saja mendapat teman di sana. Apa aku boleh mengajaknya bekerja di perusahaan mu?"
"Terserah kau saja."
Keyra terlihat senang, membuat Alexio diam-diam tersenyum tipis melihatnya. Tapi, saat pandangan keduanya bertemu, Alexio kembali ke mode awal, dengan ekspresi datar.
"Oh iya, kenapa kau tidak memberitahuku dari awal jika perusahaan itu milik kerabat Frans? Setelah aku di terima di sana, kau justru menuduhku yang tidak-tidak," gerutu Keyra.
"Aku tidak menuduh. Dia mantan kekasihmu, seharusnya kau tahu keluarganya, kan? Jangan katakan, kau tidak mengenal keluarga pria itu?"
Keyra menggelengkan kepalanya pelan. Sudah tiga tahun ia menjalin hubungan dengan Frans, tapi belum pernah sekalipun ia bertemu kerabat Frans. Dia hanya mengatakan jika orang tuanya sudah meninggal. Itu sebabnya, ia memberikan perhatian lebih karena tidak ingin pria itu merasa kesepian.
Tapi ternyata, semua hanya tipu muslihat Frans saja. Dia sudah menyia-nyiakan waktu nya hanya untuk mencintai pria bajingan itu.
"Cih, ternyata kau sangat bodoh. Sudahlah, aku tidak mau membahasnya lagi. Lebih baik kau istirahat sekarang."
Keyra mengangguk pelan. Dia berdiri, melangkah pelan menuju pintu. Tapi, ia berhenti, berbalik dan kembali menghampiri Alexio untuk berterima kasih sekali lagi padanya.
Namun, karena ia tergesa-gesa, langkahnya terhenti saat kakinya tanpa sengaja tersandung kaki meja kecil di depannya.
“Aduh!” serunya, kehilangan keseimbangan.
Alexio yang baru saja menoleh tidak sempat menghindar. Tubuh Keyra terjatuh, menindih tubuhnya dengan posisi yang tidak terduga. Keduanya saling terdiam, hanya beberapa sentimeter saja jarak diantara wajah mereka.
“Aku… maaf! Aku tidak sengaja!” ucap Keyra cepat, tapi tubuhnya tetap kaku di atas Alexio. Ia ingin segera bangkit, tapi entah kenapa tubuhnya terasa berat seperti batu. Napas Alexio yang hangat menyapu wajahnya, membuat wajahnya memerah seketika.
“Kau baik-baik saja?” tanyanya, meskipun raut wajahnya juga terlihat sedikit tegang.
Keyra mengangguk cepat, tapi matanya tanpa sadar tertuju ke wajah Alexio—ke mata tajamnya, garis rahangnya, hingga bibirnya yang terlihat begitu dekat. Ia segera mengalihkan pandangannya sambil merutuki dirinya sendiri.
“Ma-maaf, aku akan bangun,” gumam Keyra pelan, mencoba bergerak. Tapi ketika ia mendorong tubuhnya ke atas, tangannya justru terpeleset, dan posisinya malah membuat wajah mereka semakin dekat.
Keyra menatap Alexio dengan wajah memerah. Apalagi saat ia merasakan tangan Alexio yang memegang erat pinggangnya dan wajah tampan itu, semakin mendekat.
"Lex!!" lirih Keyra, mencoba menyadarkan Alexio.
"Apa boleh?" tanya Alexio dengan suara seraknya.
ᴀʟᴇx ʙᴋɴ ғʀᴀɴs ᴍɴᴅʀᴛ
ʙɪᴀʀ ᴍᴀᴍᴘᴜs ᴅʏ
..ᴄᴘ" ᴢ