Joanna memiliki kehidupan yang bahagia. Keluarga yang menyayangi dan mendukungnya. Pekerjaan yang mapan dengan gaji tinggi. Dan calon suami yang mencintainya.
Sayangnya, kehidupan Jo hancur hanya dalam tempo singkat. Usaha keluarganya hancur. Menyebabkan kematian ayah dan ibunya. Dipecat dan bahkan tidak dapat diterima bekerja dimanapun. Dan calon suaminya menikah dengan putri konglomerat.
Dan semua itu karena satu orang. Konglomerat yang terlalu menyayangi adiknya sampai tega menghancurkan kehidupan orang lain.
Jo tidak akan pernah memaafkan perbuatan musuh terburuknya. Tidak akan
yang belum 20 tahun, jangan baca ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Apa yang dipikirkan Katherine?
Kenapa meminta wanita itu datang ke rumahnya untuk membicarakan pekerjaan? Bukankah lebih baik mengadakan pertemuan di luar? Kenapa Katherine mendatangkan bahaya ke rumahnya sendiri?
"Saya pikir itu hal yang biasa. Mengajak seseorang ke rumah. Bukan sesuatu yang berbahaya" kata sekertaris Anthony yang mengetahui masalah pagi ini.
"Wanita itu berniat membalas dendam. Kita tidak tahu apa yang akan dia lakukan pada Katherine dan bayinya. Dia sangat berbahaya" ujar Anthony.
"Apa Anda yakin? Bahkan setelah menghabiskan waktu dengan Nona Harding selama beberapa hari ini?"
Anthony selalu gelap mata saat berhubungan dengan keselamatan adiknya. Baginya tidak ada yang lebih penting dari Katherine. Bahkan wanita yang menghabiskan waktu dengannya beberapa hari terakhir ini.
"Dia tetap berbahaya"
"Apa yang Anda ingin lakukan?"
"Aku tidak mungkin pergi kesana sekarang. Katherine akan mencurigai aku tahu sesuatu. Hubungi para pengawal Kate. Aktifkan semua cctv dan aku ingin melihatnya segera"
"Baik Tuan"
Pagi ini Anthony mengadakan rapat internal bulanan. Dia menyimak semua laporan yang diberikan bawahannya sampai jam pertemuan antara Kate dan wanita itu terjadi.
Wanita itu datang dengan sebuah taksi. Sesuai dengan yang diaturnya. Keduanya bertemu dan bersalaman. Tidak ada yang terjadi selanjutnya. Hanya percakapan biasa lalu Kate pergi ke ruangan lain. Meninggalkan wanita itu sendirian di ruang depan.
"Kami berpikir akan melakukan ekspansi ke wilayah baru. Bagaimana menurut Anda Tuan?" tanya bawahan Anthony tapi dia tidak mendengar.
Yang dia pedulikan adalah mengamati pergerakan wanita itu.
"Hanya menulis dan mengetik di laptopnya. Menghubungi seseorang. Siapa yang wanita itu hubungi?" gumam Anthony menjadi perhatian semua bawahan yang mengikuti rapat.
"Tuan" kata sekertarisnya menyadarkan Anthony kalau dia masih menjadi pemimpin rapat.
"Apa? Apa yang kalian butuhkan?" tanyanya
Seorang direktur pelaksana perusahaan real estate milik keluarga Cooper tampak bingung. Lalu kembali mengendalikan situasi.
"Kami akan ber ekspansi ke tempat lain. Salah satu tim pemasaran mendapatkan sinyal bagus pembangunan gedung perkantoran di tengah kota. Kami sedang berunding tentang harga beli yang ... "
Laporan itu terhenti karena Anthony kembali tenggelam dalam pengamatan CCTV di rumah adiknya. Wanita itu berdiri dari kursi dan berjalan. Sepertinya melihat-lihat lukisan di dinding rumah Katherine.
Anthony terganggu dengan pergerakan random wanita itu dan segera mengirim pesan pada pengawal adiknya. Untuk menghentikan wanita itu pergi sesukanya.
"Tuan ... "
Anthony kembali ke layar yang sedang ditampilkan. Dia melihat gedung perkantoran megah.
"Bagus. Kabari aku kalau kalian sudah mendapatkan harga yang pantas. Lakukan saja, aku akan mendukung rencana kalian" jawabnya lalu peserta rapat melanjutkan dengan agenda yang lain.
"Keduanya hanya berbincang selama empat puluh lima menit dilanjutkan dengan makan siang. Lalu Nona Harding pergi dari rumah Nona Kate" lapor sekertaris Anthony setelah rapat usai.
"Bagaimana keadaan Kate?"
"Nona Katherine baik-baik saja. Tapi ... "
"Tapi apa?"
"Kelihatannya Nona Harding pulang dalam keadaan murung"
Murung? Kenapa wanita itu murung setelah bekerja. Tidak masuk akal.
"Lanjutkan saja pekerjaanmu. Yang terpenting Kate baik-baik saja"
Jo melihat air menari di depannya. Saling bersautan satu demi satu membentuk keindahan untuk menghibur mata.
Dia tidak pulang ke rumah pria itu, tapi memilih untuk menyendiri di taman kota yang dekat dengan kawasan rumahnya dulu.
"Selamat datang di rumahku" sapa wanita itu dengan penuh senyuman. Selama bertemu dengan Joanna, adik pria itu memperlihatkan kebahagiaannya. Memamerkan harta, uang dan kekuatan yang diperoleh dari kakaknya. Dan juga kasih sayang yang didapat dari kakak dan suaminya.
Sampai makan siang selesai, wanita itu terus saja melakukan hal yang sama. Membuat Jo muak. Dia bahkan tidak bisa mencerna makanannya dengan baik. Dan memuntahkannya di toilet taman.
Begitu bangga disayangi oleh dua pria yang sudah menghancurkan hidup Jo. Berani sekali wanita itu!! Pikir Jo lalu memejamkan matanya. Berusaha untuk menata hatinya lagi.
Padahal dia ingin melupakan semua kepahitan hidupnya. Tapi wanita itu mengingatkannya kembali pada kejadian dua tahun lalu. Kini dia merasa apa yang dilakukannya selama ini tak lagi bermakna.
Lihat dirinya sekarang. Dia hidup di rumah pria yang telah menghancurkan hidupnya. Bahkan bercinta dan menikmati pergumulan mereka. Inilah yang ditakutkannya. Kehilangan makna dari hidupnya sendiri. Seakan hidupnya tak lagi berguna. Dia hanya menjalani hari demi hari tanpa tujuan yang jelas.
Lalu kata-kata Nyonya Lane muncul kembali di benaknya.
"Nanti, saat kau sudah mendapatkan apa yang kau butuhkan dari pria itu. Bangunlah kehidupan yang kau inginkan"
Kehidupan apa yang tersisa untuk Jo bisa kembangkan? Semua orang yang dia inginkan ada di hidupnya telah pergi meninggalkannya. Dia hanya seorang diri tanpa ada orang yang bersedia memberinya perhatian dan kasih sayang.
Bahkan pria yang menikmati tubuhnya lebih memilih untuk mementingkan adiknya. Bukan Jo.
Malam tiba dan Jo tiba di rumah pria itu dengan taksi.
"Anda baru pulang Nona?" tanya pengurus rumah yang selalu menyambutnya dengan senyum.
"Hemm"
"Tuan menunggu Anda di kamarnya"
Pria itu ternyata sudah pulang. Kali ini, apa yang akan terjadi padanya? Jo merasa tidak peduli lagi dan berjalan ke arah kamar pria itu.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya pria itu segera setelah melihatnya masuk kamar.
"Pekerjaan. Adikmu ingin menambah beberapa barang yang akan digunakan untuk acara baby shower" lapor Jo.
"Ada lagi?"
"Tidak ada. Hanya itu"
"Kalian bersama selama lebih dari satu jam. Dan hanya membicarakan hal itu? Kau ingin aku mempercayaimu?"
Jo menatap lurus ke arah pria itu.
"Hanya itu. Yang lebih banyak bicara adalah Nona Katherine, bukan aku. Dia menceritakan tentang kakaknya yang sangat perhatian dan kehidupan pernikahannya yang bahagia"
"Benar hanya itu?"
Apa lagi yang harus dikatakan oleh Jo? Dia berusaha memilah kata namun tidak ingin lagi bicara.
"Hemm"
"Baiklah. Pergilah ke kamarmu!"
Jo berbalik dan kembali ke kamarnya sendiri. Mengguyur badannya dengan air hangat untuk menenangkan diri lalu masuk ke dalam selimut hangat. Tak lama Jo terlelap.
Matahari menyapa dengan baik pagi ini. Jo meletakkan telapak tangannya ke sinar matahari yang masuk ke dalam kamarnya.
"Hangat"
Itu tandanya dia masih hidup. Dia tidak akan membuat sisa hidupnya ini penuh dengan penderitaan dan tangisan lagi. Dia akan membangun hidupnya sendiri. Membangun kehidupan yang penuh dengan senyuman.
Karena itu dia butuh modal besar. Sepertinya ini saatnya dia meminta bayaran atas malam-malam panas yang Jo dan pria itu jalani.
"Aku butuh uang atas kerja kerasku untuk tidak menyakiti adikmu kemarin" ketik Jo lalu mengirimnya ke nomor pria brengsek itu.
Tak begitu lama, pria itu datang ke kamarnya.
"Berapa yang kau mau?"
Jo menunjukkan semua jari di tangan kirinya.
"Lima ratus juta" jawabnya tanpa beban.
"Aku akan mengirimkannya ke rekeningmu pagi ini"
Jo tersenyum membayangkan uang sebanyak itu akan masuk ke dalam rekeningnya pagi ini. Dia tidak sabar melihat saldo rekeningnya nanti siang.