Arya, seorang pria yang memiliki istri yang sangat cantik dan juga memiliki seorang putera yang masih balita harus menelan pil pahit saat mengetahui sang istri dijodohkan oleh keluarganya dengan pria kaya raya.
Hal yang menyakitkannya, sang istri menerima perjodohan itu dan berniat melangsungkan pernikahan meskipun mereka belum sah bercerai.
Semua itu karena Arya dianggap pria miskin dan tak layak mendampingi Tafasya yang cantik dan memiliki body sempurna.
Akan tetapi, dibalik semua itu, ternyata Arya sedang menyembunyikan jati diri yang sebenarmya. Siapakah Arya,?
Bagaimana kisah selanjutnya, maka ikuti novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa?
"Ribut apa sih?" Ani menyela dari ambang pintu.
Tafasya menoleh ke arah wanita yang ia sebut ibu. "Tony ternyata ingin menjualku!" ia menginginkan pembelaan dari ibunya.
"Kalau kamu tidak bisa bekerja menghasilkan uang, ya ada benernya kamu jual diri, biar bisa terus hidup," jawab Ani dengan amarah yang begitu meledak.
Tafasya tercengang. Ia tak mempercayai ucapan ibunya. Bagaimana mungkin seorang wanita yang melahirkannya itu mengatakan hal yang diluar dari ekspektasinya.
"Mengapa ibu mengatakan itu? Aku ini anakmu!" ia mencoba menekankan ucapannya. "Kemarin ibu yang memaksaku bercerai dengan Mas Arya karena ia miskin! Dan kini setelah ibu
tau jika ia kaya, ibu ingin aku kembali rujuk, ibu watas!" Tafasya menimpali ucapannya.
"Sudahlah, kau jangan membangkang! Jika kau tidak memiliki pekerjaan, maka kembali saja rujuk pada Arya atau setidaknya kau menjual dirimu!" Ani berbalik arah, dan meninggalkan Tafasya yang masih dalam kebingungan, sedangkan Tony tertawa puas karena mendapatkan dukungan dari ibunya.
Sementara itu, seseorang disana sedang memantau akun media sosial milik Tafasya yang saat ini sedang viral karena postingan akun Nita yang menyebarkan berita jika telah melakukan penipuan.
Ia menghubungi seseorang. Tatapannya begitu dingin, dan penuh kharismatik, meskipun ada guratan kekecewaan disana. "Bereskan secepatnya," titahnya dengan tegas.
Seseorang diseberang telepon mengiyakan dan sambungan panggilan berakhir.
*****
Nita baru saja selesai membersihkan rumah. Ia dikejutkan oleh seorang pria berkacamata hitam yang baru saja turun dari dalam mobil. Tanpa mengatakan apapun, ia menyodorkan sebuah koper berisi uang. "Hapus postingan itu, dan ini uang untuk melunasi hutang-hutangnya."
Nita terdiam dan ia tidak mengenali siapa pria tersebut. Akan tetapi ia melihat sebuah ancaman dalam setiap kata-katanya.
Nita meraih koper tersebut dan menganggukkan kepalanya, lalu pria itu pergi tanpa mengucapkan apapun lagi.
Ia bergegas masuk kedalam rumah, dan mengambil ponselnya untuk menghapus postingannya yang mempermalukan Tafasya.
Ditempat lain, wanita yang baru saja dipermalukan itu memeriksa akun medianya, dan ia tercengang karena Nita sudah menghapusnya dan ini sangat diluar dugaannya.
Akan tetapi, ia mearasa bersyukur, setidaknya Nita memiliki hati nurani untuk memberinya batas waktu.
Ia meletakkan ponselnya diatas ranjang. Ia belum.sarapan sama.sekali, dan perutnya sangat lapar. Ia mengingat ucapan ibunya jika tak memberi uang, maka tidak ada makanan.
Selama ia menikah dengan Bondan, sang ibu sudah beberapa kali meminta uang padanya. Bahkan hadiah perhiasan selama ia berselingkuh dengan pria paruh baya itu, Ani adalah orang yang menikmati hasilnya.
Ia merasakan perutnya sangat lapar. Cacing diperutnya terdengar berbunyi dan bergejolak meminta untuk diisi.
Sesaat in teringat akan Arya sang mantan suami. Selama ini pria itu selalu menyayanginya bak.seorang ratu. Bahkan segala keperluannya pria itu yang memenuhinya, hingga sampai pakaiannya pun ia yang mencucinya.
Seketika ia rindu akan hal itu. Ia tahu jika Arya sangat mencintainya, dan mungkin benar jika ia harus kembali rujuk pada pria itu. Apalagi ia tahu jika mantan suaminya sudah sangat kaya saat ini.
Tafasya merasakan perutnya semakin lapar. Ia beranjak dari ranjangnya dan tak memperdulikan ocehan ibunya yang saat tadi mencacinya. Ia berharap itu hanya marah sesaat saja.
Ia berjalan menuju dapur. Tetapi suasana ruangan terasa sepi. Ia tak melihat ibunya berada dimanapun.
Wanita itu bergegas menuju dapur. Ia ingin mengambil.seporsi nasi goreng yang ada didalam tudung saji.
Akan tetapi, samar-samar ia mendengar suara orang sedang bercakap-cakap dengan berbisik dibalik dinding belakang dapur.
Tafasya menghentikan kegiatannya sejenak. Ia meletakkan piring diatas meja dan mengendap-endap untuk melihat kearah belakang dan menge tahui siapa yang sedang berbicara, dan terdengar seperti rahasia.
Ia mengintai dibalik dinding. Terlihat jika itu adalah Ani sang ibunda beserta dengan Tony.
Tafasya mengerutkan keningnya. Ia tersentak kaget melihat hal yang ia anggap sangat aneh.
Bukankah ia tadi melihat Tony sudah pergi dari arah depan, lalu mengapa mereka bertemu dibelakang, ada apa? Hal apa yang mereka sembunyikan darinya?
"Bagaimana, Bu? Apakah malam ini kita dapat mengirimkannya? Aku terlilit hutang," Tony terlihat merengek.
"Bersabarlah. Sepertinya kita harus menjual Tafasya. Hanya dia yang dapat melunasi hutang-hutangmu!" Ani terlihat sangat serius dalam ucapannya.
Seketika Tafasya membolakan kedua matanya dan membekap mulutnya sendiri. Ia tidak menyangka jika kedua orang tersebut berkhianat padanya.
"Aku sudah menghubungi seseorang. Ia setuju dengan harga yang kutawarkan!" Tony tersenyum bangga.
Ani mengerutkan keningnya dengan berbagai pertanyaan yang ada dibenaknya. "Kau jangan lupa membaginya pada ibu. Sebab uang ayahnya Tafasya yang kita kuasai sudah sangat menipis," ucap Ani keceplosan.
Tafasya kembali tercengang. Ia semakin bingung dengan ucapan Ani yang mengatakan uang ayah ayahnya.
Jika begitu, lalu siapa dia sebenarnya, dan juga Tony?
Degub dijantungnya semakin memburu. Ia tidak tahu apa sebenarnya yang sedang dirahasiakan oleh sang ibu dan juga adiknya yang selama ini selalu memperbudaknya dan menurutkan segala apa yang mereka katakan
Bahkan ia hanya mengenali Ani sebagai satu-satunya ibu sejak ia masih kecil.
"Dasar, ayah dan anak sama bodohnya!" Tony menimpali ucapan ibunya dan ini semakin mmebuat Tafasya semakin terpuruk.
Peran apa yang telah mereka mainkan, sehingga membuatnya terpedaya sampai hingga kini. Siapa mereka sebenarnya? Apakah mereka buman keluarga kandungnya? Jika benar, dimana ibunya? Sebab jika sudah tiada, ia tak pernah melihat makamnya.
Gemuruh didadanya semakin memburu dan ia berbalik arah untuk melakukan sesuatu yang seharusnya ia lakukan.
Ia bergegas melangkah pergi dari tempat pengintaiannya dan menuju kamar untuk melakukan sesuatu.
Kedua orang tersebut masih tampak serius untuk mendiskusikan rencana mereka. Sehingga harus berjalan sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
*****
Malam hampir tiba. Ani membuka pintu kamar Tafasya yang saat ini tidak terkunci.
Ia melihat jika diranjang wanita muda itu masih berselimut.
"Fasya. Bangun! Ayo makanlah. Karena segala sesuatunya butuh tenaga," Ani mengomel dari ambang pintu.
Tafasya tidak menyahutinya, sehingga membuat Ani semakin kesal. Malam ini Tafasya harus tampil cantik dan juga meluluhkan hati pria yang akan membelinya.
Melihat tak ada reaksi dari Tafasya. Wanita paruh baya itu berjalan dengan cepat menuju ranjang dan menarik kasar selimut yang menutupi tubuhnya.
Alangkah terkejutnya ia saat melihat siapa yang berada didalam selimut, itu hanya tumpukan dua guling saja.
"Breeengseek!" makinya dengan kesal. "Tony!" teriaknya dengan.kasar memanggil putera penganggurannya.
Pemuda itu tersentak kaget. Ia mengjentikan permainan gamenya, lalu menghampiri sang ibu yang terdengar penuh amarah saat meneriakinya.
"Ada apa, Bu?" tanya dengan nafas tersengal.
"Ap, apa, katamu! Lihat didalam kamar, Tafasya telah kabur! Kamu harus menemukannya sekarang juga!" titah Ani dengan lantang.
Hari
ini pas banget, ini menunjukkan jika tafasya yg sekr bukanlah tafasya yg dulu
terima kasih thor