Sebuah pernikahan dari kedua konglomerat terpengaruh di negara Willow. Keluarga Edvane yang menjadi keluarga terkaya kedua di negara itu, mempunyai seorang putri pertama yang bernama Rachel Edvane. Dia gadis sederhana, suka menyembunyikan identitasnya agar bisa berbaur dengan masyarakat kalangan bawah, Cantik, Mandiri, dan seorang atlet beladiri professional namun karena masa lalu yang buruk, dia tidak pernah mempercayai pria lain lagi samapi dia dipaksa oleh ayah nya (Rommy Edvane) untuk menikah dengan Putra pertama keluarga Asher yang dimana keluarga paling kaya dan paling terpengaruh di negara Willow. Namanya Ayres Asher, di depan keluarganya Ayres seorang anak yang sangat berbakti, baik hati serta sangat tampan. Namun nyatanya, diluar itu dia adalah pria nakal, playboy dan suka foya-foya dan gila perempuan, Rachel yang mengetahui sifat Ayres tidak tinggal diam. Rachel memutuskan untuk tetap menikah namun diam-diam memberi syarat-syarat tertentu pada pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21. TMPP
Para pelayan langsung membawa ku ke tempat spa dan perawatan kulit di lantai bawah rumah ku.
Beberapa jam kemudian,
“Tara.. sudah nona.. Bagaimana? Bagus bukan? Sangat cocok untuk nona.”
“Ya bagus. Terimakasih atas kerja keras mu.”
“Sama-sama nona.”
Setelan ini benar-benar cocok dengan ku. Warna Hazelnut di padukan dengan warna netral lainnya tapi tak terkesan ramai. Benar-benar mengesankan.
“Saya merasa terhormat jika nona menyukai rancangan saya.”
“Ya, ku sangat suka ini. Buatlah lagi model lain tapi jangan model-model dress ya. hehe”
“Baik nona.. saya sangat mengingat bahwa nona tidak menyukai dress. Akan saya design model lainnya nona.”
“Ya, baiklah. Ku tunggu ya.”
“Baik nona..”
“Nona… Nona…” seorang pelayan yang ku ketahui bernama Kelly mendekatiku.
“Em, ya? Kell y?”
“Benar nona, saya Kelly. Nona, Nyonya besar dan tuan Ayres sudah ada di ruang tengah menunggu nona.” Ucapnya lagi.
Dengan menghela nafasku, “Ya, baiklah.”
Ku berjalan menuju ruang tengah dan setelah melewati pintu, ku melihat mama melihatku dan memberitahu pria itu. Mereka pun berdiri, dengan perlahan pria aneh itu menoleh kearah ku dengan tatapan anehnya.
“Loh kenapa pakai itu?” ucap mama yang heran dengan apa yang ku pakai.
“Itu bagus ma, Membuat nona Rachel semakin cantik dan anggun.”
Mendengar pria itu memuji, aku ingin sekali memukul wajahnya. Pria playboy seperti dia memang sangat bermulut manis. Tapi aku tak akan terlena oleh omongannya. Tak akan pernah, sekali pun tak akan. Setampan apapun dia, aku tak akan pernah jatuh cinta dengan laki-laki. Apalagi laki-laki sepertinya.
“Rachel, kamu sedang di puji loh. Masa kamu tak berterimakasih sih. Dia juga calon suami mu juga loh.”
“Hmm, makasih pujiannya.” Ucapku datar.
“Baiklah, ma. Ayo kita berangkat sekarang saja.”
“Ya, ayo.”
Dia mendekatiku lalu tersenyum tipis padaku. selain itu dia memberikan telapak tangannya dan memberi kode agar aku bergandengan dengannya. Ku melihat mama yang nampak mengangguk dan antusias melihat ini.
“Tanganku sakit. Maaf..” jawabku beralasan.
“Sakit? Sakit apa sayang? Apa karena tadi kamu ke atap?” tanya mama.
“Ke atap?” Pria itu mulai ikut campur.
“Iya, tadi pagi Rachel..”
“Ma, sudahlah. Ayo katanya berangkat.” Potongku agar mama tak berbicara banyak tentang kebiasaan ku.
“Haha, ya ma. Ayo sebaiknya kita berangkat saja sekarang. Mama juga sudah menunggu di sana.”
“Oh oke. lain kali saja ya? mama akan menceritakan nya.”
“Maa,,,” Ku ingin mama tak membocorkan itu pada pria aneh ini.
“Haha, ya sudah. Ya sudah.. Ayo Ayres, langsung saja kita ke mall Hive kan?”
“Iya ma, mari.”
Kami bertiga pun berjalan keluar dari rumah ini lalu masuk kedalam mobil panjang itu. Selama perjalanan, mama tak berhenti menceritakan masa kecilku yang nakal. Aku yang mendengarnya jadi malu dan kesal sendiri. Apalagi ketika pria itu melirik ku dengan senyuman anehnya itu.
“Ya ampun, Pokoknya mama bersyukur sekali, putri mama punya calon suami seperti kamu”
“Jangan begitu ma, mama buat Ayres malu. Hehe”
Melihat pria itu yang bermuka dua, aku makin tak menyukai nya.
“Dia tak sebaik itu,” gumam ku.
Rupanya mama dan pria aneh itu melirikku.
“Rachel, kamu tak boleh begitu. Kamu yang perlu memahami Ayres. Dia sangat baik dan sangat bisa diandalkan. Maka nya kamu sesekali buka hati kamu sayang.”
Ya tentu saja mama akan selalu membela pria ini, pastinya jika ku berbicara jujur mengenai pria ini, mama tak akan percaya.
“Ma, aku saja yang akan berusaha membuka hati istri ku sendiri. Mama tenang saja.”
Entah kenapa ku mual mendengar itu.
“Kenapa? ada apa?” Pria itu ingin menyentuhku namun ku tepis sedikit agar mama tak melihatnya.
“Tak apa.” Ku lirik dia malah tersenyum padaku.
Sesampainya di sebuah Mall terbesar negara Willow ini, mobil yang ada aku di dalamnya pun nampak mencuri perhatian orang-orang yang sedang berada di mall ini. Mereka memotret sekaligus menonton mobil ini hingga menjauh lurus ke tempat parkir VVIP yang ada di pojok dan berbelok kanan lalu gak menurun sedikit.
“Kita sudah sampai Tuan muda, Nona muda, dan Nyonya Edvane. Silahkan..” Ucap yang mengendarai mobil ini turun dan membukakan pintu pada kami.
Pria itu turun lebih dulu lalu dia dengan sok sopan membantu mama turun juga. Aku yang tak mau bersentuhan dengannya pun langsung turun di pintu sebelah ku saja hingga ku tak sengaja melihat pria itu dan supir mobil ini bertatapan heran.
“Mari, Nyonya besar sudah menunggu di stand wedding keluarga Asher yang berada di lantai 3. Mari, sebaiknya kita menggunakan lift VVIP untuk menghindari kerumunan.”
Kami bertiga pun masuk kedalam lift. Ku berdiri di samping kiri mama lalu si pria itu berdiri di samping kiri ku.
Ku merasa dia sengaja menempelkan sepatu nya dengan sepatu ku. mengetahui itu, aku melirik dirinya dan lagi-lagi dia tersenyum seperti bangga telah mencuri perhatian ku. Aku pun dengan cepat menginjak sepatu nya itu dan membuat dia kesakitan akan hak dari sepatu ku yang agak tinggi.
“Aww..” teriaknya.
“Ayres? kenapa?” tanya mama.
Ku bersikap biasa saja, “Em, tidak apa ma, tidak apa. Tiba-tiba kaki Ayres pegal. Hehe”
“pegal? Ya ampun Ayres, nanti kita istirahat saja dulu ya? mau?”
“Ah, tidak ma. Ayres sudah tidak apa kok. Kita langsung menyusul mama saja di galley wedding Asher.”
“Ya sudah,”
Lift pun berhenti. Kami pun berjalan lagi sedikit melewati Lorong yang agak berbeda dari Lorong pengunjung umum. Hanya satu belokan saja, kami sudah sampai di gallery milik keluarga Asher itu.
“Selamat datang tuan muda. Selamat datang Nyonya Edvane. Selamat datang nona muda Edvane.” Para pekerja di gallery ini berjejer rapi menunduk pada kami.
Aku tersenyum pada mereka yang sedikit melirik kearah ku hingga mertua ku memanggil kami, aku menoleh padanya.
“Jeng.. Aww ya ampun.. selamat datang..”
“Haha makasih ya jeng..” mereka berpelukan.
“Putri ku.. selamat datang.” Ucapnya kepadaku dan memelukku.
“Iya terimakasih.”
“Ya ampun.. cantik sekali putriku ini..” Dia memegang dagu ku dan tersenyum padaku.
“Terimakasih tante. Eh, emmm ma..”
“Haha, lucu sekali. jeng, kenapa kamu bisa melahirkan putri secantik ini. melihat nya membuatku ingin memiliki juga putri sepertinya.”
“haha, bisa saja kamu ini jeng. Sekarang putri saya kan juga putri mu.”
“Ya, tentu saja. itu keharusan. Gaun-gaun indah disini tak ada yang seindah putri kita kan jeng?”
Mama hanya tersenyum. Aku pun hanya tersenyum juga malu sekaligus salah tingkah di puji berlebihan seperti itu.
“Sudah lah ma, lihat lah. Nona Rachel kedua pipinya sudah terlihat merah merekah seperti bunga yang mekar di taman.” Sahut pria nakal itu menggombal.
“Eh ya ampun. Jeng, ku baru dengar Ayres bisa bicara begini loh. Wah sepertinya ada yang sedang jatuh nih” ledek mertua ku.
Ku melirik pria itu sekilas namun dia malah melihat ku dengan tersenyum sok pemalu.
“Haha, itu bagus jeng.”
Tiba-tiba, seorang laki-laki dan 2 orang perempuan yang sepertinya para perancang gaun mendekati kami dengan menunduk sopan.
“Selamat siang nyonya besar, nyonya besar Edvane, tuan muda Ayres dan nona muda Rachel. Perkenalkan saya Alex, designer gaun dan baju-baju khusus keluarga Asher.”
“Oh ya, senang bertemu dengan mu.” Jawab mama dengan ramah.
“terimakasih nyonya besar.”
“jeng, Alex sudah menyiapkan khusus gaun pengantin Rachel dan Ayres loh. Em, bagaimana jika kita lihat langsung di tubuh mereka gaun dan setelan itu?”
“Benarkah? Wah, tentu saja.”
“Baiklah. Em, Alex. Em, siapa ya nama kalian? Oh ya Nadin dan Eveline. Tolong ya bantu Rachel pakaikan gaun itu dan Ayres setelannya juga.”
“Baik nyonya.”
“Ya sudah, Jeng ayo kita tunggu saja duduk di situ.”
“Oh iya jeng ayuk.”
Mama dan mertua ku berjalan ke kursi tunggu yang menghadap ke sebuah tirai besar itu. lalu kedua pelayan tadi meminta ku untuk ikut dengan mereka.
Bersambung …