seorang Alika Alexandra, jenius dari zaman modern. berpindah ke tubuh seorang putri yang di asingkan.
setelah bangun di tubuh putri Amelia anabela Allen itu dan mengetahui kisah tentang hidup sang gadis, ia bertekad untuk menjauh saja. melupakan tentang balas dendam. karena, balasan dendam terbaik nya, ialah hidup sukses dan baik tanpa pasongan dari orang lain.
lagi pula, tubuh ini adalah miliknya dan terserah dia mau bagaimana. tapi, perlu di garis bawahi, ia tidak akan mencari musuh, tapi kalau musuh datang, ia takkan lari.
lalu, bagaimana kisah nya nanti.? apakah ia akan berhasil dengan rencana hidupnya ? ikuti terus ya...🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa saumatgerat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. pengobatan
(Ck ck ck. Sungguh, lingkungan yang begitu kotor dan tak layak untuk tinggal.) Batin Amelia merasa miris. Terlihat juga, mereka sangat kurus dan kelaparan. Pak bujang yang mengerti langsung bersuara.
"Begitulah keadaan di tempat ini nona. Disini lah kami tinggal. Ayo nona. Rumah saya sebelah sana." Ucap pak bujang sambil menunjuk kearah gubuk yang sepertinya akan roboh itu. Amelia lagi-lagi tercengang.
(Apa bedanya ini dengan gubuk reot kami di hutan.) Batin Amelia lagi. Namun ia tidak merasa sungkan, hanya miris saja. Ia langsung masuk setelah di persilahkan oleh tuan rumah
Silahkan masuk nona. Maaf, begini lah kondisi disini." Ujar pak bujang. Terdengar suara lemah yang menyapa mereka.
"Ayah, kalian sudah pulang.." ujar suara itu dengan lirih dan nyaris tidak terdengar. Amelia yang sudah melihat kondisi mereka. Entah kenapa, mendadak hatinya menjadi sesak dan matanya ikut mengeluarkan air. Tapi, dengan cepat Amelia menyeka air matanya itu. Sungguh pemandangan yang sangat memilukan.
Bagaimana tidak. Dua orang lelaki yang terbujur kaku dan telah berbentuk tengkorak yang hanya di baluti dengan kulit saja, sedang terbujur dengan kondisi yang begitu mengenaskan. Tak jauh berbeda dengan wanita yang dan seorang pemuda lainnya yang masih membuka matanya.
"Beginilah nona. Keadaan keluarga saya." Ujar pak bujang sedikit tercekat, ia sedih demi keluarganya. Ia dapat melihat ketulusan dimata Amelia. Amelia pun menormalkan perasaannya kembali sebelum berbicara.
"Kalau begitu, bolehkah saya memeriksa sekarang pak bujang..??" Tanya Amelia dengan suara yang sedikit parau.
"Oh... Silahkan nona. Saya sangat berterima kasih, nona mau meluangkan waktu untuk keluarga saya." Ujar pak bujang. Amelia pun langsung mendekati kearah dua pemuda yang tidak sadar kan diri. Kemudian langsung memeriksa denyut nadi keduanya.
Amelia sejenak mengerutkan keningnya. Racun. Tentu saja. Ini adalah racun penghancur. Tapi, kalau memang ini adalah racun penghancur, seharusnya keduanya telah meninggal seminggu setelah mengonsumsi racun ini, tapi. Apakah keduanya memiliki daya tahan tubuh yang kuat, sehingga butuh waktu untuk racun itu bekerja.
"Maaf pak bujang. Apakah, kedua putra mu ini adalah seorang tokoh atau memiliki jasa bagi kerajaan ini.?" Tanya Amelia kepada pak bujang.
Pak bujang mengerutkan keningnya.
Tentu saja, kedua putranya ini adalah sosok yang berbadan tegap dan kokoh. Mereka juga merupakan seorang jenderal yang selalu berada di garda terdepan untuk melindungi tanah air mereka.
"Iya nona. Kedua Putra saya ini adalah seorang jendral yang bekerja dan menjadi pengawas di kerajaan ini." Ujar pak bujang. Ia masih belum mengerti dengan apa yang terjadi. Kalau memang seperti itu, dapat Amelia simpulkan, kalau mereka bukan orang biasa. Pasti memiliki kedudukan yang tinggi,. Namun karena sesuatu, hingga membawa mereka dalam kondisi saat ini. pasti ada orang yang iri dengan pencapaian mereka, sehingga berakhir diracun. dan itu pasti orang terdekat.
"Baiklah pak, saya tau, apa yang harus saya lakukan." Ucap Amelia. Ia langsung mengeluarkan sesuatu dari ruangan dimensinya. Terlihat ada beberapa herbal yang harus dihaluskan. Dan juga empat botol porselin disana.
"Pak bujang. Tolong haluskan herbal herbal ini, setelah itu, masukkan kedalam baskom berisi air. Kita akan menggunakan ini untuk merendam keduanya." Ujar Amelia. Pak bujang yang belum mengerti apa-apa, tak mencoba untuk bertanya, ia malah mengangkat herbal-herbal itu dan segera melaksanakan apa yang diminta oleh Amelia.
Sementara, Amelia sendiri langsung mengeluarkan dua buah spuit atau alat suntikan dari ruangan dimensinya. Ia akan menggunakan itu, untuk membantu memasuki air suci dalam tubuh keduanya. Amelia pun melakukan nya dengan cepat.
Ia mengobati keduanya satu persatu. Setelah selesai, ia langsung membuka botol porselin yang lain, yang berisi beberapa pil penawaran. Amelia juga membantu memberikan obat penawar itu dengan bantuan alat itu. Terlihat mudah, tapi sangat sulit untuk orang awam. Tak lama, tubuh itu bereaksi. Urat-urat nadi yang dulunya sangat lemah kini mulai berdetak dengan normal, begitu juga peredaran darah yang tersumbat oleh racun.
Sekitar setengah jam, akhirnya pak bujang datang dengan membawa dua buah gentong yang besar yang sudah di isi dengan air sesuai dengan yang diminta oleh Amelia. Sementara, salah satu putra nya yang masih bisa bergerak walau dalam keadaan tidak baik-baik saja itu, berusaha untuk bangkit.
"Ayah.." lirihnya lagi. Pak bujang menatap sang anak. Ia adalah anak bungsu. Kemudian mendekati nya.
"Istirahat lah nak. Jangan bergerak terlalu banyak, ayah takut terjadi apa-apa." Ujar pak bujang dengan lembut. Anak pak bujang yang dikenal dengan jeft itu pun kembali berbaring. Setelah itu, pak bujang kembali melanjutkan pekerjaannya. Tak lama, akhirnya kedua gentong besar itupun penuh.
"Sudah nona. Setelah itu, apa yang harus dilakukan lagi..??" Tanya pak bujang. Sang istri yang tidak jauh dari mereka, memilih untuk diam karena memang tenaga untuk berbicara saja, ia tidak punya.
"Apakah, herbal itu sudah di haluskan pak bujang..??" Tanya Amelia. Sambil menghadap kearahnya.
Pak bujang mengamati tubuh kedua anaknya setelah ia tinggal melaksanakan pa yang diminta oleh Amelia. Terlihat, wajah pucat mereka sudah berkurang banyak. Bahkan terlihat dari dada keduanya sedang berdetak akibat jantung dan paru-paru yang kembali bekerja normal.
Disana, Amelia juga sedang sibuk membantu kedua putranya itu, sampai akhirnya ia bertanya dan direspon oleh Amelia.
"Tolong, bapak masukkan herbal herbal itu kedalam gentong sesuai dengan porsi yang saya atur tadi pak." Ujar Amelia langsung memberi perintah. Untung ia tidak mencampur bahan bahan itu.
"Baik nona." Pak bujang Langsung mencampur bahan bahan itu dengan air, setelah itu Amelia langsung meminta tolong kepada pak bujang untuk merendam keduanya dalam masing-masing kendi yang sudah di siapkan tadi. Dan dengan senang hati, pak bujang menurutinya.
Saat kedua anak itu di masukkan. Entah bagaimana caranya, air bening itu berubah menjadi Semerah darah yang sukses membuat pak bujang menjadi khawatir. Tak hanya pak bujang. Istri pak bujang yang ikut mengamati dari tadi juga ikut terkejut.
"Nona. Ini kenapa..??" Tanya pak bujang dengan suara pelan. Jujur saja, ia ragu, tapi ia juga tak ingin mengganggu aktivitas pengobatan yang dilakukan oleh Amelia. Walaupun suara Pak bujang lirih dan pelan, namun masih didengar oleh Amelia.
"Bapak tenang saja, ini tidak apa-apa." Ujar Amelia. Tak lupa, ia juga mengeluarkan satu set jarum untuk melakukan akupuntur. Dan pengobatan ini, barulah ia menggunakan sedikit tenaga dalamnya untuk merangsang penyerapan energi dan juga titik titik Meridian pada tubuh.
Cukup lama Amelia memulai proses pengobatan yang sangat rumit itu. Akhirnya sedikit demi sedikit racun itu bisa dikeluarkan melalui pori-pori tubuh keduanya. Mengingat racun ini telah menggerogoti tubuh keduanya sampai berbentuk seperti tengkorak hidup, Karena itulah proses penyembuhan keduanya memakan waktu yang begitu lama.
(Alen boleh minta tolong) batin Amelia bertelepati kepada Alen di ruang dimensi.
(Iya nona, Apa yang bisa saya bantu.) Balas Alen dari ruang dimensi.
(Tolong buatkan bubur untuk dua orang pemuda ini. Selebihnya kamu yang tahu Alen.) Ujar Amelia kepada Alen.
(Baiklah nona. Buburnya akan segera siap.) Telepati Alen lagi. Setelah bertelepati dengan Alen, Amelia kembali fokus pada pengobatan kedua putra Pak bujang.
untuk terus berkembang menjadi yg terbaik
ada rendang di jaman kerajaan (cakeeep)
makin kacau meeen....😆😆😆
keluar segera dari hutan dan memulai hidup dan bisnis yg baru di daerah lain.
walau itupun kesalahan kita, tapi seharusnya sebagai ortu bisa bijaksana dalam menyikapi.
Kutunggu part 2 nya🤍