Alena: My Beloved Vampire
Sejak seratus tahun yang lalu, dunia percaya bahwa vampir telah punah. Sejarah dan kejayaan mereka terkubur bersama legenda kelam tentang perang besar yang melibatkan manusia, vampir, dan Lycan yang terjadi 200 tahun yang lalu.
Di sebuah gua di dalam hutan, Alberd tak sengaja membuka segel yang membangunkan Alena, vampir murni terakhir yang telah tertidur selama satu abad. Alena yang membawa kenangan masa lalu kelam akan kehancuran seluruh keluarganya meyakini bahwa Alberd adalah seseorang yang akan merubah takdir, lalu perlahan menumbuhkan perasaan cinta diantara mereka.
Namun, bayang-bayang bahaya mulai mendekat. Sisa-sisa organisasi pemburu vampir yang dulu berjaya kini kembali menunjukan dirinya, mengincar Alena sebagai simbol terakhir dari ras yang mereka ingin musnahkan.
Dapatkah mereka bertahan melawan kegelapan dan bahaya yang mengancam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syafar JJY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Membuka Rahasia
Chapter 43: Keterbukaan Alena
Dua hari telah berlalu sejak insiden penyerangan oleh para pemburu vampir.
Selama itu, rumah keluarga Reinhard masih berada dalam penyelidikan polisi, begitu pula dengan gudang terbengkalai yang menjadi saksi pertempuran berdarah.
Namun, keheningan yang menggantung di rumah Reinhard jauh lebih mencekam daripada penyelidikan yang dilakukan pihak berwenang.
Suasana yang biasanya dipenuhi dengan canda tawa kini terasa sunyi dan berat. Ayah dan ibu Alberd terlihat lebih banyak diam, sementara Nina lebih sering mengurung diri di kamar. Gadis itu jarang berbicara, bahkan kepada Alberd dan Alena. Luka dari dua kejadian mengerikan itu masih meninggalkan jejak mendalam dihatinya.
Selama dua hari, tidak ada yang benar-benar membahas apa yang telah terjadi. Seakan-akan mereka semua tengah menunggu sesuatu.
Hari ketiga, akhirnya Grinfol dan Stefani memanggil Alberd dan Alena untuk berbicara.
Siang itu, di ruang tamu rumah Reinhard, mereka berempat duduk berhadapan.
Alberd dan Alena duduk berdampingan di sofa, menundukkan kepala dengan hati yang gelisah.
Di hadapan mereka, Grinfol dan Stefani duduk dengan ekspresi serius.
Ruangan terasa sunyi. Detik-detik berlalu begitu lambat.
Tatapan tajam Grinfol menembus keduanya sebelum ia akhirnya membuka suara.
"Sekarang, jelaskan semuanya. Jangan ada yang ditutupi."
Suara ayahnya tegas, namun tetap terkendali.
Alberd menelan ludah, melirik ayahnya dengan ragu sebelum mulai berbicara.
"Ayah, Ibu, sebenarnya.."
Stefani mengangkat tangan, menghentikan Alberd sebelum ia bisa melanjutkan.
"Alena, kamu yang bicara," ucapnya, nadanya tenang, namun tak bisa disangkal ada tekanan dalam suaranya.
Alena merasakan telapak tangannya mulai dingin. Ia menggenggam erat tangannya sendiri di pangkuan, lalu menarik napas dalam.
"Ayah, Ibu… sebelumnya, kami ingin meminta maaf karena telah menyembunyikan sesuatu dari kalian."
Suasana semakin tegang.
Alena menunduk sesaat sebelum mengangkat wajahnya. Kali ini, ia berusaha menghadapi tatapan kedua orang tua Alberd dengan penuh keberanian.
"Aku bukan manusia."
Keheningan menyelimuti ruangan.
Mata Grinfol dan Stefani tetap terfokus pada Alena, ekspresi mereka tak terbaca.
Alberd diam, tetapi tanpa ragu ia menggenggam tangan Alena, memberinya dukungan.
Alena melanjutkan dengan suara lirih namun mantap.
"Aku seorang vampir murni… Aku telah hidup selama 300 tahun. Tapi selama 100 tahun terakhir, aku tersegel… setelah seluruh keluargaku dibantai. Aku satu-satunya yang tersisa."
Ekspresi Stefani sedikit berubah, matanya meneliti Alena dengan lebih saksama.
"Lalu, bagaimana dengan Alberd?" tanya Grinfol akhirnya.
Alberd menghela napas sebelum menjawab,
"Aku yang secara tidak sengaja membebaskan Alena dari segelnya."
Alena mengangguk,
"Saat itu, Alberd terluka… dan relik yang menyegelkanku justru menyembuhkannya. Relik itu memberinya kekuatan, tapi dia tetap manusia. Hanya saja, kekuatannya sekarang jauh melampaui manusia biasa."
Stefani dan Grinfol bertukar pandang. Ada sesuatu dalam ekspresi mereka, campuran keterkejutan dan pemikiran yang mendalam.
"Seberapa kuat?" tanya Grinfol kemudian.
Alberd terdiam sejenak sebelum menjawab,
"Cukup untuk menghentikan laju mobil dengan satu tangan… menangkap peluru dengan tangan kosong… dan menghancurkan tembok dengan satu pukulan."
Ia menarik napas sebelum menambahkan,
"Juga… kekuatan untuk menyembuhkan luka."
Suasana hening.
Grinfol menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, tampak berpikir. Stefani mengamati Alena dengan ekspresi rumit.
Lalu, akhirnya Stefani bersuara.
"Sejujurnya, kami cukup kecewa."
Alena menegang, matanya membesar.
"Seandainya Alberd mengatakan ini saat pertama kali memperkenalkanmu, kami mungkin tidak akan pernah mengizinkan kalian bersama."
Dada Alena terasa sesak. Ia menunduk, bibirnya bergetar, dan matanya mulai berkaca-kaca.
Namun sebelum ia bisa mengucapkan apapun, Stefani melanjutkan,
"Tapi… setelah semua yang kita lalui, setelah insiden terakhir itu… kami telah mengambil keputusan."
Stefani menoleh ke arah Grinfol, yang kemudian mengangguk kecil.
Ia kembali memandang Alena.
"Karena kalian berdua telah memilih satu sama lain… dan Alberd percaya padamu… maka sebagai orang tua, kami juga akan mempercayaimu, Alena."
Alena membeku.
Air matanya yang sempat tertahan akhirnya mengalir. Ia menatap Stefani dengan wajah tak percaya, seakan masih memproses kata-kata itu.
Alberd, yang sejak tadi menahan napas, kini mengembuskan napas lega.
Grinfol menambahkan,
"Kami sudah melihat sendiri bagaimana kamu mencintai Alberd, menyayangi Nina, dan melindungi keluarga ini. Saat insiden itu… kamu bertarung tanpa ragu untuk melindungi kami."
Stefani mengangguk,
"Tapi mulai sekarang, tidak ada lagi rahasia. Jika kita keluarga, maka kita harus saling terbuka."
Kemudian, ia mengulurkan tangan ke arah Alena,
"Sini, duduk di sebelah Ibu."
Alena tersentak sebelum akhirnya melompat ke sisi Stefani, memeluknya erat sambil terisak.
Stefani mengusap rambut Alena dengan lembut.
Grinfol dan Alberd tersenyum melihat pemandangan itu.
Setelah beberapa saat, Stefani bertanya, "Alena, bisakah kamu menceritakan lebih banyak tentang vampir? Dan bagaimana jika seorang vampir dan manusia menikah?"
Alena menghapus air matanya sebelum menjawab,
"Vampir murni seperti aku memiliki usia lebih dari 1000 tahun. Jika vampir murni dan manusia menikah, keturunan mereka akan menjadi vampir campuran yang bisa hidup hingga 500 tahun."
Ia melanjutkan,
"Seorang wanita vampir hanya bisa memiliki maksimal dua anak baik murni atau campuran, dengan jarak kelahiran 60 hingga 100 tahun."
Stefani mengangguk paham.
"Jadi, jika kamu dan Alberd menikah, kemungkinan besar kalian hanya akan memiliki satu anak vampir campuran."
Alena mengangguk pelan, pipinya mulai memerah.
"Y-ya… itu benar, Bu."
Grinfol tersenyum kecil, lalu beralih pada Alberd.
"Alberd, kemari."
Alberd mendekat, duduk di antara ayah dan ibunya.
Stefani tersenyum hangat.
"Kami merestui kalian."
Alberd tersenyum lebar,
"Terima kasih, Ayah, Ibu!"
Grinfol menepuk bahunya.
"Kami juga akan mempertimbangkan pernikahan kalian dalam waktu dekat."
Alberd dan Alena tersentak, wajah mereka memerah bersamaan.
Grinfol tertawa melihat reaksi mereka.
Suasana yang tadinya tegang kini berubah menjadi penuh kehangatan dan kebahagiaan.
Alena menatap Alberd dengan senyuman lega. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa benar-benar diterima.
Bagian awal di bab pertama harusnya jangan dimasukkan karena merupakan plot penting yang harusnya dikembangkan saja di tiap bab nya nanti. Kalau dimasukkan jadinya pembaca gak penasaran. Kayak Alena kenapa bisa tersegel di gua. Lalu kayak si Alberd juga di awal. Intinya yang tadi pakai tanda < atau > lebih baik tidak dimasukkan dalam cerita.
Akan lebih baik langsung masuk saja ke bagian Alberd yang dikejar dan terluka hingga memasuki gua dan membangunkan Alena. Sehingga pembaca akan bertanya-tanya, kenapa Alberd dikejar, kenapa Alena tersegel di sana dan lain sebagainya.
Jadi nantinya di bab yang lain nya akan membuat keduanya berinteraksi dan menceritakan kisahnya satu sama lain. Saran nama, harusnya jangan terlalu mirip atau awalan atau akhiran yang mirip, seperti Alena dan Alberd sama-sama memiliki awalan Al, jadi terkesan kembar. Jika yang satu Alena, nama cowoknya mungkin bisa menggunakan awalan huruf lain.
Novel ini adalah karya pertama saya, sekaligus debut saya sebagai seorang penulis.
Mengangkat tema vampir dan bergenre romansa-fantasy yang dibalut berbagai konflik dalam dunia modern.
Novel ini memiliki dua karakter utama yang seimbang, Alena dan Alberd.
Novel kebanyakan dibagi menjadi dua jenis; novel pria dan novel wanita.
Novel yang bisa cocok dan diterima oleh keduanya secara bersamaan bisa dibilang sedikit.
Sehingga saya sebagai penulis memutuskan untuk menciptakan dua karakter utama yang setara dan berusaha menarik minat pembaca dari kedua gender dalam novel pertama saya.
Saya harap pembaca menyukai novel ini.
Selamat membaca dan terima kasih,
Salam hangat dari author.