Boleh dibaca selama puasa ya...
Orang bilang, berhubungan dengan pria atau wanita selain pasangan kita bisa membangkitkan lagi gairah seksual.
Dua tahun terasa hambar bagi hubungan Allasca dan Pingkan. Hingga, ide gila Pingkan membawa mereka ke sebuah villa dan melakukan pertukaran pasangan.
Open marriage, Allasca tak habis pikir dengan usulan ekstrem yang dicetuskan Istrinya. Meski menolak, Allasca dibuat tak berkutik setelah tahu jika partner pasangan terbukanya tidak lain dan tidak bukan adalah Viera; adik angkatnya.
ALLASCA RICK RAIN, pewaris tahta pertama Tuan Sky Rain. Menjadi CEO di usia muda bahkan terbilang sukses sedari masih belasan tahun usianya.
Perfect CEO, gelar yang disematkan padanya selama hampir satu dekade. Sayangnya, tak ada manusia yang sempurna, bukan?
Sebab di balik kesempurnaan yang dilihat orang-orang selama ini, ada cukup banyak permasalahan pelik yang tidak orang tahu.
Selain mengidap automysophobia, Allasca juga memiliki permasalahan less desire.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
APC 021
Rumah kediaman Allasca, tempat sepi tak berpenghuni. Tadinya, Viera tak ingin masuk, tapi, Allasca menyuruhnya membawakan beberapa berkas dari dalam rumah.
Di awal semua baik-baik saja. Sampai selesai mengepak barang-barang yang akan dibawa, Pingkan tiba-tiba menjambak rambutnya.
Bersitegang keduanya, Allasca yang semula berada di walk in closet, bergegas lari setelah mendengar teriakan-teriakan Pingkan dan Viera secara bersamaan.
"Pelakor!"
Pingkan sedang tidak bisa berpikir jernih, gosip dan berita di luaran sana luar biasa pedasnya, tadi sore orang melemparinya telur dan meneriakinya hy-per. Sampai rumah, Viera semakin menambah kadar amarahnya.
"Berani betul kau menginjak rumah ku!"
"Ini rumah ku." Allasca menghalau ketika istrinya akan menyerang Viera. "Rumah ini masih atas nama ku. Aku berhak membawa Viera ke sini selama aku mau."
"Oya?" Pingkan berkacak pinggang. "Padahal kau membeli rumah ini atas kemauan ku."
"Kita akan bagi gono-gini, dan biarkan pengacara yang mengurusnya." Allasca tetap akan adil, karena undang-undang masih memprioritaskan wanita bahkan hingga kini.
"Aku tidak mau cerai, Lasca."
"Kita sudah berakhir."
Allasca tak lupa bagaimana dahulu ia pernah sangat berharap menjadi sakinah mawadah warahmah bersama wanita perfect itu. Maka, meski telah gagal, dia masih akan mengikuti prosedur cerai dengan baik-baik juga.
"Karena wanita pelakor ini?" Pingkan menunjuk wajah Viera.
Allasca menggeleng. Bahkan sampai sekarang, entah apa yang membuatnya berpikir bahwa ia masih iba dengan pemberitaan kejam di luar sana.
"Kau tidak akan berkhianat kalau tidak ada Viera. Satu tahun terakhir hubungan kita memang sudah sering cekcok, tapi, sejauh ini, kau tidak pernah berpikir untuk pergi!"
Tangan yang tadinya akan menyerang Viera, ditepis cepat pemilik wajah. "Jangan coba-coba sentuh aku, Pingkan!!"
Pingkan meradang. "Kau memang tidak pantas disentuh. Kau lebih pantas diludahi!"
Viera menampar wanita itu, keras. Allasca sedikit terkejut, karena tiba-tiba saja wanita yang selalu bertutur kata manja nan lembut, berani berbuat kasar pada sesama wanita.
"Sedikit saja kau intropeksi diri bahwa ajakan open marriage yang membuat suami mu hilang hasrat dengan mu, Pingkan!"
"Tahu apa kau, hah?!" Pingkan tak terima dengan tudingan Viera. Tangannya mulai masih rambut hitam Viera yang membalas dengan jambakan geram.
"Aku tahu karena aku yang korban di sini! Dan kalau kau lupa. Kau yang menawarkan uang seratus ribu euro dan membeli jasa kepuasan calon suamiku!"
Viera menangis histeris setalah berteriak keras dan berhasil menghempaskan tubuh Pingkan ke lantai. Antara dendam, kesal, marah, sudah membuncah rasanya.
"Cukup kamu meneriaki aku, Pingkan!"
Allasca mengernyit menyimaknya. Viera yang dia kenal manja, bisa berteriak dan bisa begitu brutal menunjukan amarahnya.
"Kau yang merebut Hudson ku!!"
Sial, Viera bahkan masih menyebut Hudson ku setelah apa yang terjadi. Ah, entahlah, Allasca tak suka dengan hal ini.
"Kau yang merenggut apa pun yang aku mau, Pingkan! Dari dulu kau yang merenggut apa pun yang aku mau!" pekik Viera.
Cukup lama Viara memendam rasa benci itu pada Pingkan. Dan, malam ini dia memiliki kesempatan untuk meluapkannya.
"Kau tahu Pingkan, Tuhan itu adil. Kalau selama ini kau menang. Sekali-kali, kau juga perlu kalah. Supaya kamu bisa tahu bahwa dunia tidak hanya diciptakan untuk mu saja, Pingkan. Aku juga berperan di dunia ini. Dan aku butuh kemenangan juga, kau tahu?!"
Lelehan air mata di wajahnya kuyup. Viera telah menahan rasa ini sedari bertahun-tahun yang lalu, jauh sebelum Hudson meniduri wanita arogan itu.
"Coba pikirkan lagi, saat kamu menginginkan pria lain sementara kamu masih istri Allasca yang kamu bilang kamu cintai. Percaya lah bahwa kau sudah tidak mencintainya lagi."
Allasca ikut tertampar realita. Sejatinya, bukankah benar apa yang Viera katakan barusan? Bahwa, Pingkan bukan masih mencintai tapi hanya tidak ingin kekalahan.
Viera meludah ke samping. "Aku muak dengan semua sikap mu. Aku muak karena kau bersikap seolah-olah aku yang merebut semua yang kau punya padahal sebaliknya!!"
Allasca bisa melihat kebencian itu. Dan, Pingkan hanya menikmati tangisan bersama sesal yang mungkin baru muncul detik ini.
"Apa kau mau tahu, bagaimana aku menangisi hari-hati ku saat kau menikahi laki-laki yang terus menolak cinta ku!"
Viera tepuk dadanya. Sudah cukup dia mengalami derita sedari dulu. Dan kali ini, dia tidak ingin mengalah kembali. Apa lagi menerima cacian Pingkan lagi.
"Aku sudah cukup sembuh dari luka masa lalu saat kau menikahi Allasca, dan kemarin, kau kembali lagi merenggut laki-laki yang selama satu tahun terakhir mencintai aku."
"Viera." Allasca ingin memberikan pelukan peduli, tapi dengan cepat Viera tepis sambil meneriaki Pingkan.
"Ambil suami mu! Dan ambil calon suamiku! Bukankah kau mau keduanya?!"
Pingkan meremas rambutnya sendiri. Kacau, nama baik, Allasca, glamournya, akan lenyap setelah berita open marriage mencuat.
"Aku muak dengan mu, Pingkan!" Viera melemparkan bantal dari sofa seraya pergi keluar dari kediaman klasik tersebut.
Pingkan masih sesenggukan di lantai. Allasca berjongkok demi menatap wajah wanita itu.
"Aku minta maaf tidak bisa membela mu kali ini. Dan aku minta maaf. Karena aku sudah berpaling dari mu bahkan di saat aku masih berstatus suami mu," ucap Allasca lirih.
"Apa maksudnya ini hm?" Pingkan berkerut kening, penasaran. "Kau menyukai Viera?"
Allasca menunduk kepalanya. "Dua tahun kita menikah, Pingkan. Satu tahun terakhir aku selalu mencoba untuk tidak berpaling. Dan, setelah kejadian di Berlin, pada akhirnya aku tidak bisa untuk terus setia padamu."
"Lasca..." Pingkan menyesal karena open marriage itu benar-benar menghancurkan rumah tangga mereka. "Aku minta maaf."
"We're separating. Pingkan." Allasca tersenyum kecil saat mengusap pipi mulus calon mantan istrinya, "our marriage is over."
jd penassran bayi nya pingkan anak siapa ya ? milik allasca apa milik hudson?