“Damian, ah, jangan...”
"Itu geli, jangan seperti itu."
Arissa berdiri di depan ruangan kantor direktur Miracle group, dia mendengar suara Damian suaminya yang sedang bermesraan dengan wanita lain di dalam ruangan itu, suara manja wanita yang tengah bersama dengan suaminya itu seperti belati tajam yang menghujam jantungnya.
“Nyonya, direktur sekarang sedang sibuk, nanti akan saya sampaikan jika nyonya datang mengunjunginya...” Asisten pribadi Damian, Remi dengan wajah canggung dan penuh simpati menatap Arissa.
"Damian apa yang kamu...." Belum sempat Arissa menyelesaikan ucapannya, mulutnya sudah di bekap oleh bibir Damian.
Ciuman Damian kali ini lebih kasar dari sebelumnya. Seperti hendak menelan Arissa bulat-bulat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 34
"Bagaimana kamu bisa menemukanku?" Tanya Arissa yang penasaran bagaimana Damian bisa tahu jika dia berada kamar itu tadi.
Damian tersenyum tipis dan menjawab, "Aku memiliki cara-caraku sendiri untuk menemukan orang yang aku cari." Dia tidak menjelaskan lebih lanjut, membuat Arissa semakin penasaran.
Arissa merasa sedikit tidak nyaman dengan jawaban Damian yang terlalu singkat dan misterius.
Beberapa jam lalu.....
Damian datang ke Sky House untuk menjemput Arissa, untuk menagih janji Arissa akan memasak untuknya. Tapi, setelah beberapa jam menunggu dia tidak melihat Arissa turun.
Damian mulai merasa tidak sabar dan penasaran. Dia sudah menunggu selama beberapa jam, tapi Arissa tidak juga muncul. Dia mencoba menghubungi Arissa melalui telepon, tapi tidak ada jawaban.
Damian lalu memutuskan untuk bertanya pada satpam perusahaan.
"Sudah pulang pak, dari sejam yang lalu bersama rekan-rekannya." Sahut satpam dengan sopan.
"Kemana?" Tanya Damian.
"Wah, maaf pak, itu saya kurang tahu." Jawab satpam.
"Baik, terima kasih." Ucap Damian lalu kembali mengeluarkan ponselnya dan kembali menghubungi nomor Arissa.
Namun, kali ini, bukan panggilannya tak terjawab, tapi nomor Arissa sudah tak aktif.
Damian menjadi sedikit kesal. Dia tidak mengerti mengapa nomor Arissa tiba-tiba tidak aktif. Dia mencoba menghubungi nomor tersebut beberapa kali lagi, tapi hasilnya tetap sama. Damian merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres, dan dia mulai merasa khawatir dengan Arissa.
"Halo, apa kamu tahu di mana Arissa?" Kini Damian beralih menghubungi Brian.
"Arissa? Ada kamu mencarinya?" Tanya Brian yang kini berbicara dengan santai pada Damian.
"Dia memiliki hutang padaku yang belum dia bayar, aku ingin menaginya, jadi katakan apa kamu tahu dia ada di mana?"
"Tidak, lagi pula aku tidak punya wawenang bertanya kemana karyawan ku akan pergi saat jam kerjanya sudah selesai." Jawab Brian.
"Kalau begitu tanyakan pada karyawan mu yang lain!" Damian mulai emosi.
"Ada apa sebenar?" Tanya Brian penasaran.
"Tanyakan saja cepat! atau akan aku batalkan kerja sama perusahaan kita." Ancam Damian yang membuat Brian tak berkutik lagi, dan langsung mematikan panggilan itu untuk menghubungi karyawan lain yang tahu kemana Arissa pergi.
Tak berapa lama, Brian menghubungi Damian dan mengatakan jika Arissa bersama rekannya lain sedang makan di luar untuk acara penyambutan Arissa. Namun, Brian tak tahu, tempatnya di mana.
Karena firasatnya mengatakan ada yang tak beres, Damian menyuruh Remi menghubungi semua restoran dan tempat makan yang ada untuk menanyakan tentang Arissa.
"Pak, sudah saya temukan." Kata Remi setelah dia mendapat tahu di mana Arissa berada.
Namun, saat Damian sampai di tempat itu, Arissa sudah tak terlihat.
"Di mana nona Arissa?" Tanya Remi yang keluar dari mobil bertanya pada rekan-rekan Arissa yang baru saja akan meninggalkan tempat mereka tadi berkumpul.
"Arissa? Dia sudah pulang duluan, tadi ada pacarnya yang datang menjemputnya." Kata salah satu rekan perempuan Arissa yang tadi sempat memperingatkan Arissa tentan Sissy.
"Kalau begitu terima kasih." Ucap Remi lalu kembali ke mobil.
"Nyonya Arissa sudah pulang pak, katanya di jemput oleh pacarnya." Remi menyampaikan pada Damian.
"Pacar?!" Damian terlihat marah saat mendengar itu.
Dasar perempuan sialan! Maki Damian dengan marah.
Namun, saat akan pergi. Seseorang mengetuk jendela kursi kemudi tempat Remi duduk.
"Iya ada apa?" Tanya Remi.
"Maaf, tapi saya khawatir sama Arissa, pria itu memang mengaku sebagai pacarnya tapi, sepertinya..." Ternyata itu adalah rekan kerja yang tadi memperingati Arissa tentang Sissy.
Remi menatap menunggu dia melanjutkan ucapannya. Sementara di kursi belakang Damian memasang telinga.
"Saya tidak yakin kalau itu pacarnya Arissa." Katanya pada Remi.
"Saya mengerti. Terima kasih." Ucap Remi.
Setelah itu, rekan kerja Arissa pamit dan pergi.
Remi memandang Damian yang berada di belakang, menunggu aba-aba dari atasannya itu.
Setelah mencari informasi akhirnya Damian dan Remi menemukan keberadaan Arissa.
"Sebaiknya kamu mandi dan berendam di air hangat, untuk menenangkan dirimu." Kata Damian yang tidak memberitahu Arissa cara dia bisa menemukannya.
Damian menyerahkan handuk dan kemeja miliknya pada Arissa.
Arissa yang sudah merasa sangat lelah, dan saat ini memang yang di dibutuhkannya adalah berendam di air hangat, dia akan kembali menanyakan hal itu pada Damian di lain hari.
Arissa mengangguk pelan, mengambil handuk dan kemeja yang di serahkan oleh Damian, memutar tubuhnya lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Arissa berbaring di dalam bak mandi, menenggelamkan tubuhnya di air hangat, memejamkan matanya sejenak, rasa ketakutan dan traumanya, sepertinya mulai berkurang, kepalanya kembali teringat dengan kejadian tadi.
Mengingat saat Damian datang menyelamatkan dirinya. Seandainya saja, Damian tidak datang, dia tidak akan tahu, akan seperti apa nasibnya.
Dia juga ingat saat tadi Damian terlihat khawatir dan bersikap sangat lembut padanya.
Mereka menikah selama tiga tahun, dia terus berusaha untuk membuat Damian menyukainya selama itu. Namun, pria itu selalu saja bersikap kasar dan membencinya.
Mungkin, perceraian untuk mereka, adalah pilihan terbaik. Karena, perceraian itu, dia bisa melihat siapa hangat Damian padanya. Meskipun, dia di kenal sebagai perempuan lain.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya.
"Iya.." Teriak Arissa dari dalam kamar mandi.
"Apa kamu belum selesai? Ini sudah sangat malam, kami sudah terlalu lama berada di dalam." Damian mengingatkan Arissa dari balik pintu.
Arissa mengangkat kedua tangannya ke udara, melihat sepasang tangannya, menyadari ujung jari tangannya sudah mengkerut.
Bagaimana bisa dia tidak sadar sudah berendam begitu lama?
"Aku keluar sebentar lagi." Sahut Arissa.
"Baiklah, aku menunggu di luar." Kata Damian lalu beranjak pergi ke ruang tamu.
Arissa keluar dari kamar mandi, lalu menuju ruang tamu, dia langsung melihat Damian yang mengenakan pakaian rumah, baju berwarna putih yang di sandingkan dengan celana pendek.
Pakaian itu memudarkan aura dinginnya, dia terlihat jauh lebih hangat, wajah tampannya membuat siapa pun yang melihat akan terpesona.
Sedang Damian, ia juga melihat Arissa, dia menatapnya, matanya menjadi berkilau, sepasang kakinya putih jenjang terlihat begitu menggoda, menjulang di bawah kemeja putihnya.
Tanpa sadar dia menelan air liurnya.
Melihat Arissa yang terlihat begitu seksi membangkitkan dirinya..
kita ikuti
ceritanya thor
apakah dirimu lagi sibuk?
semoga author sehat " ya
🙏🙏🙏
di tunggu up nya...
bersatu lagi thor
bikin sebucin bucinnya
mereka ber 2
lanjut thor ceritanya
semoga iya biar terkejut