NovelToon NovelToon
AKU BUKAN WANITA PEMBAWA SIAL

AKU BUKAN WANITA PEMBAWA SIAL

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:1.8M
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“DASAR WANITA PEMBAWA SIAL KAU, DHIEN! Karena mu, putraku meninggal! Malang betul hidupnya menikahi wanita penyakitan macam Mamak kau tu, yang hanya bisa menyusahkan saja!”

Sejatinya seorang nenek pasti menyayangi cucunya, tetapi tidak dengan neneknya Dhien, dia begitu membenci darah daging anaknya sendiri.

Bahkan hendak menjodohkan wanita malang itu dengan Pria pemabuk, Penjudi, dan Pemburu selangkangan.

"Bila suatu hari nanti sukses telah tergenggam, orang pertama yang akan ku tendang adalah kalian! Sampai Tersungkur, Terjungkal dan bahkan Terguling-guling pun tak kan pernah ku merasa kasihan!" Janji Dhien pada mereka si pemberi luka.

Mampukah seseorang yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama itu meraih sukses nya?

Berhasilkah dia membalas rasa sakit hatinya?

Sequel dari ~ AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DHIEN ~ Bab 23

Ternyata gadis ku telah bersuami.

...----------------...

“Ya Tuhan! Sudah macam gembel kita. Kesasar entah sampai mana, perut keroncongan, hari mulai gelap, matahari pun nyaris tenggelam. Kau tak berniat menginap di sungai besar ni ‘kan, Ikram?” Yudi menatap gemas sekaligus kesal sahabatnya.

Ikram yang duduk berselonjor di pasir campur batu kerikil pinggir sungai, hanya bisa menghela napas panjang.

“Maaf, Yud! Aku juga tak menyangka kita akan terdampar di sini,” ucapnya penuh sesal.

“Bukan tak menyangka, hanya saja kau keras kepala! Sudah ku ingatkan berulang kali, lebih baik pulang lah kita dulu! Tapi, dasarnya kau bebal. Sekarang macam mana nak balik cobak? Sepanjang mata memandang hanya ada aliran sungai dan rimbunnya pepohonan di seberang sana!”

“Lain kali bila bertemu gadis yang kau anggap milikmu tu, langsung ikat saja! Kurungnya di dalam rumah! Biar tak menyusahkan macam ni, ketemu pun tidak, tersesat iya!” lagi-lagi Yudi menggerutu.

“Apa nya mau? Baru didekati saja sudah kabur! Ah … gadis ku tu macam jinak-jinak Merpati!” Ikram mengusak rambutnya, seraya tersenyum hangat, wajah penuh binar bahagia.

Yudi berdiri dan berteriak kencang. “Au hoo …. Bisa gila aku lama-lama! Mama tolong anakmu ni!”

“Ada masalah apa kalian teriak-teriak? Pantang bersuara lantang bila memasuki waktu petang!”

Ikram dan Yudi langsung menoleh ke belakang, menatap sosok laki-laki tinggi, wajah tegas dengan jambang halus, dan tatapan mata tegas.

“Maaf, Bang! Mobil kami kehabisan bahan bakar. Perkenalkan nama saya, Ikram Rasyid.” Ikram yang tadi otomatis berdiri, kini mengulurkan tangannya.

“Agam Siddiq.” Agam menjabat sebentar tangan Ikram dan Yudi.

‘Siddiq? Apa betul ni abangnya Meutia?’ kening Ikram mengernyit, batinnya begitu berisik.

“Pak cik!” Agam memanggil sopir yang tadi pagi mengangkut Meutia dan barang-barangnya.

“Ya, Nak?”

“Apa kita masih punya persediaan bensin? Kalau ada, tolong berikan pada mereka!”

Pakcik pun mengangguk, kembali ke mobil pickup yang tidak jauh di belakang mobil milik Ikram, Yudi mengikuti pria paruh baya itu.

“Berapa harus kami bayar, Bang?” tanya Ikram, netranya melirik sosok bersahaja yang sedang membuka sepatu boot-nya, menggulung celana jeans.

“Tak perlu! Pakai saja. Sepertinya kalian bukan penduduk sini, apa betul?” Agam hanya sekilas menatap sosok Ikram yang mudah sekali ditebak dari mana dia berasal.

“Betul, Bang. Kami dari kota Provinsi, datang kemari hendak mencari alamat seseorang, tetapi malah kesasar!”

“Oh … rumah siapa yang hendak kalian tuju?”

‘Ingat ya, Bang! Bila datang ke kampungku, jangan pernah menyebut nama Meutia. Kalau sampai Abang ku tahu, bakalan tak boleh diri ini berkuliah di ibu kota!’

Sepenggal percakapan itu terngiang-ngiang di kepala Ikram, dia menjadi ragu untuk menjawab. Apalagi dirinya meyakini kalau Agam Siddiq ini abangnya Meutia, terlihat kemiripan pada paras mereka.

“Kami mencari rumah Bapak Harjo,” ucapnya spontan.

Agam yang sedang membasuh kaki, kedua tangan serta wajah, terlihat berpikir keras.

“Warga desa mana nya? Sepertinya disini tak ada nama tu.”

“Katanya desa pertanian, tetapi tadi sudah kami tanya sana-sini, tak ketemu. Mungkin lain kali saja mencari lagi, sebab sekarang sudah hampir magrib.” Ikram sedikit menunduk, sebenarnya batinnya sedang berperang ingin menanyakan sesuatu, tetapi logikanya menahan.

Pria dewasa itu menyisir rambut basah nya menggunakan tangan, lalu mengelap wajah. “Sudah selesai, Pakcik?”

“Sudah, Nak. Besok jadi tak, kita bawa suaminya Meutia untuk berobat?”

“Bawa saja, Pakcik! Bila perlu ke dukun patah tulang sekalian!”

DEG.

'Suami? Meutia sudah nikah? Mengapa tak memberitahuku?' Ikram merasakan nyeri di ulu hatinya.

‘Mampus! Itu betulan Meutia nya si Ikram? Bakalan ada yang masuk RSJ setelah ni.’

“Kalian sebaiknya bergegaslah keluar dari area sungai ni! Terkadang tak ada hujan ataupun badai, tiba-tiba banjir dan airnya menjadi keruh, dikarenakan hujan gunung.”

“Terima kasih, Bang.” Yudi yang bersuara, Ikram hanya menunduk sedikit membungkuk.

Agam sedikit mengangguk, lalu berjalan ke mobil nya sendiri.

“Apa ku bilang! Kau di sini macam orang-orangan sawah, nya di sana sedang berpeluk mesra! Belum ada setengah hari ku cakap, jangan berharap terlalu tinggi. Kini kau sudah dihempaskan ke dasar bumi! Sia-sia kita macam orang gila, malah si wanita telah ada yang punya! Malang betul nasibmu wahai sahabat!” Yudi menepuk pundak Ikram, sedikit menyeret badan lemas itu.

Cublik ~ Ayo Kak, main tebak-tebakan! Ikram memilih menyerah, atau semakin gila dalam mengejar Meutia ... ?

.

.

Sementara itu di tempat lain.

Zulham yang mengendarai motor Astrea warna hitam, terlihat berpikir sebelum menjawab pertanyaan sang istri. “Entahlah, yang jelas nya harus diberikan pelajaran agar jerah!”

Tidak lama kemudian, motor Zulham sudah menuruni tanjakan halaman rumah ibunya, bergegas ia menurunkan cagak.

“Mau apa kau kemari?” Dhien keluar dari dalam rumah, tangannya membawa obor menyala.

“Buat apa obor tu, Dhien?” Bulu kuduk Zulham meremang, apalagi melihat ekspresi datar adiknya.

“Untuk membakar mu, bila kau berani macam-macam! Apa maksud kedatangan mu kali ini, Zulham? Kau tahu betul bila kesabaranku lebih tipis dari isi dompetmu!” Dhien masih memegang obor terbuat dari bambu.

“Apa betul kau yang mencuri Lembu kami, Dhien?” Indri yang maju bersuara, tetapi dia menjaga jarak, masih segar dalam ingatan bagaimana adik iparnya ini menampar Winda.

“Kami siapa? Lembu apa? Orang Longor (bodoh) mana yang datang-datang langsung bertanya tanpa menceritakan kronologi nya!”

“Ada apa lagi ni? Bila kalian datang hanya untuk membuat keributan, lebih baik pulang saja! Kami hendak pergi ke masjid!” Emak Inong yang baru saja kedepan rumah, menyela perdebatan kedua anaknya.

"Tak bisa! Nenek di rumah histeris sampai hampir pingsan. Nya begitu terpukul kehilangan hewan kesayangannya, mana lagi bunting pula. Awas kalian! Aku hendak menggeledah rumah ni!” Zulham sudah maju mengikis jarak.

Dhien yang kesal, tanpa ragu mengarahkan obornya, secepat mungkin ujung nyala api itu menyulut jari Zulham.

“Setan kau, Dhien!” Zulham mengibaskan jari tengahnya yang dibakar oleh sang adik.

“Masih mau maju? Sudah siap ku bakar hidup-hidup? Ayo sini! Jangan ragu-ragu!”

Indri menarik lengan suaminya, tentu dia tidak mau mati sia-sia, apalagi adik iparnya ini termasuk sosok yang kalau marah, akan seperti orang gila.

“Bila kau terbukti bersalah, aku pasti akan menghajar mu sampai babak belur, Dhien!” ancamnya sebelum membalikkan badan.

“Sebelum kau menyakiti ku, terlebih dahulu dirimu menghadap Illahi, Zulham! Nyali tak seberapa, tenaga pun macam Ayam kena ayan, tapi sudah sok-sokan mengancam, mimpimu terlalu berlebihan abangku yang malang!” Dhien terkekeh sinis.

“Naik, Bang!” Indri yang mengendarai motor, tanpa berpamitan mereka pergi dari sana.

Emak Inong yang sudah mengenakan mukena, berdiri di depan putrinya.

“Apa yang diucapkan Zulham betul, Dhien? Kau mencuri Lembu Nek Blet …?”

.

.

"Meutia! Siapa sosok laki-laki kota yang gencar mencari mu? Kau berpacaran dengannya ...?"

Bersambung.

1
ryuka
terima lahhh dhien..
Zainab Ddi
wah pernikahan yg viral nih Dhien Zikri
Zainab Ddi
siap
Zainab Ddi
apa isi kadonya
Zainab Ddi
terimadong dhien
Sagitarius
❤️❤️
Septi Parianti
kakak lanjut bonus chapter dong
sama cerita nirma juragan bykta
Zainab Ddi
penyelematan selalu datang tepat waktu
Zainab Ddi
Dhien kayaky datang ke calon mertua untuk memutuskan pertunangan
Zainab Ddi
oooh Zikri bohong
aphay
Masyaa Allah,,,, ini novel kedua yg q baca sama spt yg pertama Gamala bagus bangget ceritanya, ada sedihnya smpe nangis2 bawang n nguras emosi ada lucunya juga bikin ngakak, senyum2 sendiri. Semangat kak, ditunggu karya cerita2 yg baru lagi, semoga sukses (aamiin) 🤲😘
Zainab Ddi
wah Yudi egois kok Dhien mau
Zainab Ddi
Alhamdulillah ya Dhien Uda berhasil
Zainab Ddi
rasain Zulham
Zainab Ddi
rasain tuh Zulham
Zainab Ddi
wh tontonan baru lg nih
Zainab Ddi
Zikri Dhien cemburu
Hani Ekawati
Klo ga salah uang bergambar danau kalimutu uang kertas 5000 ya Thor, tp aku lupa itu tahun berapa sampe berapa. Soalnya wkt kecil dikasih uang segitu udah termasuk nominal yg besar.
Zainab Ddi
Zulham bodoh
Zainab Ddi
keren dhien
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!