Dunia Sakura atau kerap dipanggil Rara, hancur seketika saat video dia yang digerebek sedang tidur dengan bos nya tersebar. Tagar sleeping with my boss, langsung viral di dunia Maya.
Rara tak tahu kenapa malam itu dia bisa mabuk, padahal seingatnya tidak minum alkohol. Mungkinkah ada seseorang yang sengaja menjebaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Seminggu di pondok, membuat hati Rara lebih tenang. Dia bisa berbaur dengan santriwati lainnya dengan bebas tanpa rasa malu atau takut akan dihujat karena memakai cadar. Dulu dia merasa kalau tak akan sanggup hidup tanpa ponsel barang sehari pun, nyatanya, dia mampu bertahan tanpa benda itu selama seminggu. Banyak sekali ilmu yang dia dapat disini, sedang teman baru, jangan ditanya, malah makin banyak.
"Di rumah nanti, kalau bisa murajaah nya di lanjut ya, Ra," ucap Nyai, nenek dari Haidar. Seminggu ini, Rara dan Hana tinggal di rumah Nyai, menemani wanita sepuh itu yang tiap harinya hanya tinggal dengan santriwati dalem. Anak-anaknya sudah tinggal bersama keluarga masing-masing, namun masih dalam lingkungan pondok.
"InsyaAllah, Nyai."
"Nyai pernah ada diposisi kamu, Ra," wanita sepuh tersebut menggenggam tangan Rara. "Berat memang, hampir gak kuat." Nyai menyeka air matanya. Kisah hidupnya juga tidak mudah, dia pernah merasakan dipoligami. "Nyai tidak menyuruh kamu untuk bertahan seperti Nyai, karena kekuatan mental setiap orang itu tidak sama. Si A bisa kuat dipoligami, tapi si B, belum tentu bisa. Sebuah nasihat, kadang tak bisa dipukul rata untuk semua orang, karena mental dan kemampuan masing-masing orang untuk memahami nasihat itu berbeda-beda. Poligami memang salah satu cara untuk mendapatkan surga, tapi masih banyak jalan lainnya untuk mendapatkan surga. Nyai cuma mau bilang satu, ikuti kata hati kamu. Kuat, lanjut, gak kuat, nyerah."
Rara mengangguk, lalu memeluk Nyai. Dia tak tahu seperti apa masa muda wanita itu, tapi dia yakin, Nyai adalah wanita yang sangat kuat. Meski hanya seminggu disini, dia sudah merasa sangat dekat dengan Nyai.
"Jadi pulang hari ini, Ra?" tanya Haidar yang berdiri di depan pintu. Entah kapan datangnya, tahu-tahu pria itu sudah berdiri, bersandarkan kusen pintu.
"Iya, Bang." Tadi malam, dengan dibantu Hana, Rara mengemasi barang-barangnya.
"Kenapa gak minggu depan aja, bareng Hana?" Hana memang masih ingin disini seminggu lagi. Ada laki-laki yang akan datang kesini untuk mengajukan taaruf dengan wanita bercadar tersebut. Hana memang bukan cucu Nyai, namun beliau menyayangi Hana seperti menyayangi Haidar. "Mama sama Papa, lusa juga mau kesini."
"Suami aku besok pulang, Bang."
"Ngapain sih, mikirin si Maruk itu," Haidar memutar kedua bola matanya malas.
"Haidar," panggil Nyai sambil menggeleng.
"Rara cuma dapat izin seminggu dari Bang Jovan."
"Ya udah, kita pulang bareng."
"Loh, katanya Abang pulang bareng Hana?"
"Nanti aja kesini lagi, bareng Mama sama Papa."
"Tapi Rara sudah beli tiket travel."
"Di cancel aja, pulang bareng Abang."
Sesudah sholat dzuhur, Rara dan Haidar meninggalkan pondok pesantren, menempuh perjalanan menggunakan mobil kembali ke Jakarta. Sampai rumah sudah cukup malam karena jarak tempuh sekitar 5 jam.
"Makasih ya, Haidar, udah nganterin Rara pulang," ucap Papa Romeo. "Padahal Om maunya jemput dia, malah ditolak, katanya udah beli tiket travel, tahunya kamu yang nganterin."
"Maksa dianya, Pah," ujar Rara sambil tersenyum menatap Haidar.
"Mana tega sih, ngebiarin adik kesayangan naik travel sendirian. Ya udah, Haidar pamit ya, Om," Haidar mencium tangan Papa Romeo dan Mama Rere. "Tidur yang nyenyak malam ini," dia mengusap kepala Rara saat wanita itu mengantarkannya hingga teras. "Ingat, Ra, mundur kalau gak kuat. Banyak yang sayang sama kamu, jadi jangan pernah ngemis cinta pada si Maruk."
Rara terkekeh pelan. "Suka banget sih, manggil si Maruk, namanya Jovan."
"Bodo amat!" Haidar memutar bola matanya malas. "Ra, aku cuma mau pesan satu, jangan pernah bertahan demi anak, kamu pantas bahagia. Anak kamu bisa kok, dapat bapak sambung yang baik, yang mungkin bisa lebih menyayanginya dari pada si Maruk. Contohnya kayak Papa aku. Meski bukan Papa kandung, Papa Haikal sayang banget sama aku, dan masih banyak contoh yang lain."
"Kamu benar, tapi laki-laki seperti itu jarang, dan mungkin susah didapatkan."
"Kata siapa?" Haidar tertawa ringan. "Nih, depan kamu ada," dia menunjuk dirinya sendiri.
Rara langsung tertawa sambil menutup mulut dengan telapak tangan. "Ada yang siap dapat janda nih kayaknya," dia menyenggol lengan Haidar. "Ya udah, nanti kalau aku ada teman janda beranak, aku kenalin ke Abang."
"Kok teman, maunya kamu, Ra," ucap Haidar dalam hati. Sebenarnya saat tahu pernikahan Rara dan Fino batal karena skandal video Rara, dia sudah ada niatan untuk melamar Rara, namun saat masih menunggu waktu yang tepat, Rara malah lebih dulu minta pertanggung jawaban Jovan karena hamil.
Seharian itu, Jovan berkali-kali mencoba menghubungi Rara, namun masih tak bisa. Harusnya hari ini Rara sudah keluar dari pondok, tapi kenapa ponselnya masih belum juga aktif. Jujur saja, seminggu tak bertemu, dia mengkhawatirkan kondisi Rara yang sedang hamil.
"Rara," ujar Dista saat melihat layar ponsel suaminya yang sedang melakukan panggilan ke nomor Rara. "Ngapain sih, telepon Rara?" dia duduk di sebelah Jovan, bergelayut manja di lengannya.
"Mau tau kabarnya, Dis. Dia sedang hamil anak aku."
Dista memutar bola matanya, malas sekali kalau sudah membawa-bawa soal kehamilan. "Sayang," dia meraih telapak tangan Jovan, meletakkan di atas perutnya. "Semoga saja, ada hasil setelah kita honeymoon. Semoga, disini sudah ada Jovan junior."
"Aamiin," Jovan mengecup puncak kepala Dista.
"Yang, gimana kalau kita nambah dua atau tiga hari lagi disini?" Dista rasanya tak mau pulang, karena saat pulang, dia harus siap berbagi Jovan dengan Rara.
"Kerjaanku banyak, Dis, gak bisa."
"Dua hari aja, please... " rengek Dista.
"Gak bisa."
Dista berdecak kesal lalu beranjak dari ranjang.
Hingga tengah malam, Jovan masih terus berusaha menghubungi Rara, tapi ponselnya masih belum aktif. "Apa kamu masih ada di pondok, Ra?"
astaghfirullah, rasain lu. malu banget dah kalau tubuh jg sdh dikonsumsi publik
kpok dista..
ganyian yg masuk perangkap fino..
kalo mau ngelayani pasti ngancam nyebarin video dista dan bastian..
bahaya punya koleksi video syur pribadi..
kalo kecopetan atau kerampokan kan bisa disebarin orang lain..