Menceritakan tentang Ruby gadis manis yang berpacaran dengan Ares, tapi karena suatu hal. Ia di perkaos oleh kakak Ares yaitu Lucas dan membuat ia hamil anak dari kakak pacarnya. Lucas yang mempunyai harga diri tinggi akhirnya memutuskan untuk menikahi Ruby walaupun itu di tentang oleh adiknya sebagai pacar Ruby.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CarotVT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pemaksaan
Ruby sudah ada di sekolah tepatnya di kelas 12 B kelas diamana ia belajar. Ia sesekali melihat kearah meja tempat dimana mantap pacarnya duduk, meja itu tampak kosong tidak ada sosok yang ia cari. Ares gak berangkat lagi? Kenapa dia jadi jarang sekali berangkat sekolah. Padahal udah kelas 12, harusnya Ares giat belajar buat kelulusan sekolah nanti. ujar Ruby di dalam hati dengan memngigit bibirnya.
" Ruby "
" Byy, itu lo di panggil guru anjir. " Luna yang berada di samping Ruby, segera menyenggol bahu temanya itu yang entah pikirannya kemana saat ini dengan suara yang berbisik memberi tahu.
Ruby tersadar dari lamunannya ketika temanya menyengol bahu tubuhnya. Dengan sepontan Ruby berdiri tegak menatap gugup memandang guru yang ada di depannya. Semua orang kini tertuju pada Ruby yang tiba tiba berdiri.
" Ruby duduk, dan jelaskan tentang soal nomor 3 itu maksudnya apa? " Guru itu terlihat sedikit menaikan nadanya kesal dengan muridnya yang tidak memperhatikan ketika ia menjelaskan.
" Maaf pak " Ruby menunduk gugup dengan pandang semua orang yang tertuju padanya. Ia mulai duduk dan membuka buku catatannya.
" Bapak kasih waktu 1 menit, untuk kamu menjelaskan soal nomor 3 "
Deg
Anjir mati gw. Mana gw gak fokus sama pelajaran kali ini. Ck lah anjir. Ini sih sama aja gw kayak Ares yang gak berangkat sekolah. Sama sama gak ikut belajar. Batin Ruby yang kini bingung harus gimana. Ia sesekali menyenggol temenya luna yang bahkan hanya bisa menaikan bahunya tidak tahu.
" Anu pak maaf aku gak paham" ujar Ruby dengan menundukkan kepalanya malu.
" KELUAR! "
Ruby menghela nafasnya panjang dengan berat hati ia mulai melangkah keluar dari kelas tersebut. Mematuhi ucapan dari sang guru yang terlihat marah padanya. Ia keluar berdiri di samping pintu kelasnya bingung harus apa di luar sini.
" Gw kekantin aja kali ya. Kan bentar lagi mau istirahat. Tapi gw jajan apa, orang semua makanan aja gak ada yang bisa masuk kemulut. Makan biskuit bosen " gumam Ruby memngigit jarinya bingung harus kemana "masa gw berdiri di sini terus, apa lagi 30 menit lagi, itu lama "
Entah sekarang Ruby mau kemana ia berjalan tampa Arah sekarang dengan menyusuri setiap koridor sekolah ia melangkah pasti sampai langkahnya berhenti di depan gedung olahraga yang terlihat sangat berisik. Ia melangkah menuju pintu gedung tersebut dan sedikit mengintip dari sela sela pintu.
" Ares " dengan mata membulat sempurna ia terbelalak kaget ketika melihat Ares terlihat asik berkutik dengan bola basket sendirian si dalam lapangan sana. " Jadi dia berangkat sekolah, kenapa gak masuk kelas?" Gumam Ruby dengan mata yang fokus menatap Ares dari sela sela pintu yang terbuka itu.
Puk
Tepukan pelan dari seseorang yang mendarat di bahu Ruby yang membuat Ruby melonjak kaget. Ia segera menoleh yang ternyata sudah ada Rendi sahabat Ares yang ada di sana. "Eh____
Rendi tersenyum saat Kedu mata bulat Ruby menatapnya. " Hai Ruby " sapa rendi tersenyum manis kepada cewek di depanya. "mau masuk kedalam " imbuh rendi dengan tangan yang berniat membuka pintu itu lebih lebar lagi.
Set
Ruby segera menarik tangan rendi agar tidak membuka pintu itu. " Gak usah deh, lagian tadi aku cuma lewat aja. Udah ya dah " Ruby segera berjalan cepet meninggalkan gedung olahraga itu.
Rendi menatap punggung Ruby sejenak bingung dengan wanita yang baru saja pergi itu. " Gak jelas, padahal masi sama sama suka tapi putus, Ck " decak rendi membuka pintu dan masuk kedalam gedung olahraga itu.
Ares menegok sebentar dan melanjutkan bermain olahraga yang sejak pagi ia mainkan. Ares bahkan enggan masuk kedalam kelasnya dan memilih menetap di gedung olahraga itu.
" Woi minum dulu ini, gw bawain minum" rendi sedikit berteriak dengan menujukan minuman isotonik yang ia bawah. Tapi tidak ada respon sama sekali dari Ares dan masi terlihat asik dengan bola basketnya. "Tadi Ruby kesini " teriak Rendi yang berhasil membuat Ares berhenti.
" Apa maksud lu " Ares berhenti dari permainan basketnya berjalan menghampiri rendi yang duduk di tepi lapangan.
Rendi tersenyum seneng dengan Ares yang datang kearahnya. " Giliran Ruby aja datang nyamperin gw" katanya menyindir Ares "tadi Ruby kesini, lu gak nge emang dia berdiri di ambang pintu sana mengintip kamu yang asik main basket. " Rendi mendengus kesal menatap sahabatnya yang hanya mau di ajak bicara ketika menyangkut nama Ruby.
" Ngaco lu, Ruby mana mau bolos pelajaran. Jelas jelas ini masi belum waktunya istirahat" Ares melirik Rendi sejenak mulai ikut duduk bersama sahabatnya itu.
" Ck, harunya tadi gw foto biar lu percayaa. Lagian kalo masih pada sayang kenapa gak balikan aja sih. Lagian gw bosen harus temenin lu mabuk tiap malam, gara gara lu putus sama Ruby lu selalu repotin gw mulu_______
" Ck, diem anjir. Kalo lu cuma mau ngoceh sana pergi aja. "
" Lu tu harusnya bersyukur punya temen kayak gw yang selalu perduli sama diri lo ini. Ck lah " rendi berdiri dari duduknya dan pergi dari gedung olahraga itu.
" Mana mungkin Ruby Dateng ke gedung ini yang jelas jelas jauh dari kelasnya. " Gumam Ares membaringkan tubuhnya di lantai keras itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Waktu menujukan jam 3 sore, Lucas terlihat asik berkutik di dapur menyiapkan makanan untuk sang istri dan baby di perut istrinya. dengan telaten ia memotong motong sayuran sambil sesekali mengoreksi rasa agar makanan yang ia buat terasa nikmat.
Tak takk takkk
Di area dapur hanya ada suara pisau yang bersahutan dengan talenan ketika Lucas memotong buah untuk ia jadikan salad. Ia mencoba membuat masakan yang sehat untuk istrinya dan jabang bayi di perutnya, dengan lihai ia memasak dengan dua kompor sekaligus.
" Wihh, jadi suami idaman ni " juna baru saja datang di kediaman rumah Lucas. Ia segera menghampiri Lucas ketika tau bosnya ini terlihat masi berkutik di dapur.
Lucas melirik sebentar kearah Juna yang tiba tiba datang dan menghampirinya, ia tidak menghiraukan kata kata dari juna yang terkesan mengejek dirinya yang sedang memasak dengan kain celemek yang terpakai di tubuh kekarnya.
" Cas, jadi gimana lu udah fikirin buat ke Amerika belum. Lusa loh, lu berangkat lusa jadi gak usah mikir terlalu lama______
" Ck, baru juga tadi pagi gw dapat kabar kayak gitu, Sekarang udah di tanyain lagi. Lu mikir gak si gw itu butuh waktu, apa lagi ruby sedang hamil. Gw gak bisa egois ninggalin dia gitu aja di rumah ini " Lucas memotong pembicaraan dari juna yang selalu menanyai hal itu itu aja.
" Kalo lu takut sama Ruby disini sendirian, kan lu bisa titipin dia ke orang tua lu. Apa lagi di rumah orang tua lu banyak pembantu yang siap melayani istri lu 24 nonstop. Lu khawatirin apa lagi. " Dengan pandangan penuh harap Juna memaksa agar Lucas bisa pergi keluar negri.
" Ck, lu gak bakal ngerti dengan apa yang terjadi saat ini. Ruby masi hamil mudah dan dia masi pilih pilih makan, dia bahkan hanya bisa makan masakan gw doang untuk saat ini. Lu paham gak sih______
" Ibu lu gak bodoh Cas, gw yakin dia pasti gak bakal biarin ruby kelaparan jika nanti dia tinggal di sana. Gw yakin 100% ibu lu pasti bakal siapin koki ternama buat istri lu agar bisa makan. Ayo lah, ini juga demi gaji gw biar nambah." Potong Juna masih memaksa Lucas agar berangkat keluar negri tampa kawatir akan apa apun.
Lucas diam sejenak, ia tau orang tuannya itu lebih kaya darinya. Ia juga paham betul kalo orang tuanya bisa melakukan apa pun untuk ruby jika istrinya ini tinggal bersama orang tuanya. Tapi ia masi khawatir dengan keadaan Ruby jika ia meninggalkan istrinya ini di rumah orang tuanya. " Gw mikir dulu " lagi lagi kata itu yang bisa Lucas ucapakan.
" Anjir lu mikir apa lagi, semua bakal baik baik aja cas percaya sama gw. "
Mereka terlihat asik berdebat, juna juga seperti enggan menghentikan perdebatan itu. Bahkan Lucas yang sudah selesai memasak makanan untuk ruby pun juna masi membahas hal itu. tampa mereka sadari Ruby sedari tadi berdiri menguping perdebatan panjang antara suaminya dan asistennya juna.
" Apa gw penyebab dari hal yang mereka perdebatan sekarang. " Gumam Ruby merasa tidak enak.
Ruby berjalan mendekat kearah dua insan yang masih terlihat asik berdebat itu, dengan langkah pelan ia berjalan menuju meja makan dimana juna dan Lucas berada.
Lucas mendongak ketika merasakan ada seseorang yang datang. " Byy, kamu baru pulang. Sini makan dulu " Lucas berjalan mendekat kearah sang istri dan menarik kursi untuk istrinya.
" Kalo kak lucas mau pergi Pergi aja. Aku gak papa kok sendirian di sini " ucap Ruby memandang Lucas yang ada di sampingnya
Juna terlihat senang ketika mendengar apa yang Ruby ucapkan. " Jadi gimana lu setuju kan. Gw pesenin tiket pesawat ya." ujar juna menatap Lucas dengan menyeringai senang.
" tapi giman dengan kamu byy. Aku khawatir kalo kamu gak bisa makan. " ujar lucas dengan suara lembut, khawatir dengan asupan nutrisi yang akan di dapatkan istrinya ini jika ia pergi.
Ruby menggeleng cepat " gak papa kak lagian aku masi bisa makan sesuatu kok. Jadi kak lucas gak usah khawatir. " Ruby meyakinkan suaminya ini agar tidak khawatir dengan dirinya.