Casey Copeland, wanita berusia 24 tahun yang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan ibunya sejak ia masih kecil. Casey tidak tau mengapa ibunya membedakannya dengan kakaknya. Ibunya membenci Casey.
Casey mulai lelah dengan segala upaya yang dilakukannya hanya untuk mendapat perhatian ibunya. Casey berubah, ia tidak ingin menjadi Casey yang dulu lagi.
Casey menjebak kekasih kakaknya hingga mereka berakhir di pelaminan. Benih-benih cinta mulai tumbuh pada di antara mereka. Akankah kehidupan Casey berakhir bahagia setelah mengetahui siapa pria itu sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17: Rencana Casey
Dariel ingin menemui kekasihnya setelah pulang dari Club, dua hari ini mereka tidak bertemu. Dariel merindukannya. Ia mengemudikan mobilnya menuju rumah Adeline. Sepuluh menit perjalanan Dariel tiba di depan rumah kekasihnya. Ia lalu menekan bel pintu di depannya.
"Selamat malam tuan Dariel.." pungkas pelayan ramah. Ia sudah mengenal Dariel karena beberapa kali berkunjung ke rumah majikannya.
"Apa Adeline sedang di rumah bik?" tanya Dariel.
"Nona sedang pergi bersama nyonya satu jam yang lalu ke rumah sepupu nona Adeline tuan," ucap pelayan.
"Apa mereka akan menginap di sana?" tanya Dariel.
"Tidak tuan, nyonya berpesan jika mereka tidak menginap disana. Nyonya bilang mereka tidak akan lama," jawab pelayan.
"Sebentar saya akan menghubungi mereka," ucap pelayan hendak pergi.
"Tidak perlu bik, saya ingin memberinya kejutan," tukas Dariel memang sengaja tidak mengabari kekasihnya berkunjung ke rumahnya.
"Baiklah tuan, ayo silahkan masuk. Saya akan membuat minuman untuk anda," balas pelayan itu. Dariel mengangguk, melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
"Air putih saja bik.." ucap Dariel.
Pelayan wanita itu kemudian menuju dapur.
"Siapa yang datang bik?" tanya Casey yang sedang menikmati makan malamnya di dapur.
"Tuan Dariel kekasih nona Adeline," jawab pelayan. Casey tampak mengerutkan alisnya.
"Apa kakak sudah tau kekasihnya datang ke rumah?" tanya Casey.
"Belum nona, tuan Dariel bilang ia ingin memberi kejutan pada nona Adeline."
Casey menyeringai. Suatu kebetulan kekasih kakaknya datang di saat Adeline sedang pergi.
"Bik, bisa tolong bantu Casey membuat telur dadar untuk ku," pinta Casey.
"Tentu saja nona. Tunggu sebentar, saya mengantar minuman untuk tuan Dariel dulu," ucap pelayan itu meletakkan gelas berisi air mineral di atas nampan.
"Aku mau sekarang bik. Nanti saja berikan minumannya. Aku baru saja melihat kekasih kak Adeline sedang mengangkat telepon," ucap Casey berbohong.
"Baiklah nona," balas pelayan menaruh nampan di atas meja.
Casey kemudian mengambil obat tidur yang di belinya saat pulang dari tempat kerjanya. Kebetulan obat tidurnya sudah habis satu hari yang lalu. Sejak mimpi itu kembali lagi, Casey kembali mengalami insomnia dan gangguan kecemasan tiap malam.
Dengan hati-hati, Casey menuang beberapa tetes cairan obat tidurnya ke dalam gelas berisi air putih di depannya. Bahkan melebihi dosis yang biasanya ia pakai.
"Nona... telurnya sudah siap, silahkan di nikmati," ucap pelayan.
"Terima kasih bik," balas Casey. Tatapannya mengikuti langkah kaki pelayan itu menuju ruang tamu.
"Silahkan di minum tuan Dariel," ucap pelayan lalu pergi.
"Terima kasih bik," ucap Dariel meneguk tandas minumannya.
Dua puluh menit berlalu, Dariel merasakan kantuk mulai mendatangi dirinya.
"Ada apa ini, tidak biasanya aku mengantuk di jam segini," gumam Dariel beberapa kali menguap.
"Astaga... aku mengantuk sekali. Aku tidak bisa menahannya lagi. Rasanya mataku berat sekali," ucap Dariel mengerjapkan matanya berulang kali.
Tanpa sadar ia tertidur di sofa.
Casey berjalan dengan pelan menghampiri Dariel yang tertidur di sofa. Casey membulatkan matanya dengan mulut menganga kala melihat pria yang tidur di sofa.
"Da...Dariel.." gumam Casey pelan refleks menutup mulutnya dengan tangannya. Ternyata kekasih kakaknya adalah Dariel si pria dingin, putra dari pemilik toko roti tempatnya bekerja.
"Ba..bagaimana bisa kakak mencintai pria ini," batin Casey menggelengkan kepalanya seolah tidak percaya. Casey dilema untuk melanjutkan rencananya.
"Tidak... kamu harus melakukannya Casey. Sudah setengah jalan," batin Casey memantapkan niatnya. Casey menggoyang lengan Dariel dan memanggil namanya. Pria itu tidak mendengarnya. Sepertinya Dariel tidur dengan pulas.
Casey menghela nafasnya, sekarang ia sedang berpikir bagaimana caranya mengangkat tubuh besar Dariel.