“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24.
BAB 24.
Sepanjang perjalanan, Gadisya berdebar tak karuan, ini pertama kali baginya menghadiri undangan resmi bersama suaminya, bahkan mommy Stella bersama mereka.
Sore tadi selepas menyelesaikan shift jaga nya di rumah sakit, mereka bergegas menuju butik langganan mommy Stella, disana Stella sudah menunggu, bahkan ada MUA yang siap membantu Gadisya menyiapkan penampilannya.
Dan ternyata hasilnya sungguh memukau, Stella memilih gaun berwarna soft pink model sabrina dengan panjang mencapai kaki, sebagian pundak, dada dan punggung Gadisya terekspos dengan sempurna, kulit putih mulus nya nampak berpadu sempurna dengan warna gaun yang ia kenakan.
Pada awalnya MUA hendak membuat sanggul modern pada rambut Gadisya, tapi Kevin seakan tak rela tubuh istrinya dilihat para pria di acara jamuan nanti, jadilah Rambut Gadisya dibiarkan tergerai, dengan sedikit aksesoris di rambut, walau begitu tak mengurangi pesona seorang Gadisya.
Syukurlah sepertinya Kevin mengerti keadaannya yang tengah dilanda perasaan berdebar, pria itu menggenggam erat tangannya selama mommy Stella mengajak putra dan menantunya berkeliling, dan memperkenalkan anggota baru keluarga Geraldy, Kevin yang seolah tak rela kecantikan istrinya dinikmati para tamu pria di ruangan tersebut, ia pun meminta Mommy Stella membawa Gadisya bergabung bersama para tamu wanita.
Gadisya adalah sosok yang ramah, karena itulah ia nampak mulai rileks setelah beberapa saat, peran Mommy Stella memberi pengaruh luar biasa baginya, Stella tak segan mengenalkan menantu perdananya pada kalangan wanita kelas atas.
"Wah dokter Risa, saya tidak menyangka loh ternyata sudah punya mantu aja, padahal Kevin itu sudah saya incar untuk anak bungsu saya yang masih SMU.." Nyonya weni Istri dari tuan rumah nampak mulai menggoda Stella.
Stella hanya tersenyum, "gimana ya, dokter cantik ini sudah memikat hatinya Kevin, saya tidak bisa menolak keinginan mereka saat meminta restu." Balas Stella dengan sedikit bumbu pemanis, dia belum tahu saja bagaimana awal mula pernikahan mereka.
Yang jelas, jika Stella tidak berkata demikian, para ibu yang memiliki anak gadis, akan terus menggunjing, bisa bisa Kevin dan Gadisya terpengaruh, hingga memutuskan berpisah.
"Aahhh sayang sekali yah, padahal dokter Kevin itu sudah lama saya incar loh, sejak Indira masih di bangku SD,"
"Heeemm. Saya dong, mengincar saudara kembarnya Kevin saja, siapa namanya dok, 99% mirip sama dokter Kevin, dan yang terpenting belum punya istri," kali ini Nyonya Listy ikut menimpali. "Dok, tolong yah, kalau mau cari mantu untuk si tampan no 2, saya dikasih tahu yah, waiting list no 1 pokok nya." Dengan Penuh percaya diri Nyonya Listy menimpali.
"Memang nya sudah yakin, Andre mau sama anaknya situ? Jangan jangan di lirik aja nggak." Nyonya Weni tak terima, Nyonya Listy mempromosikan putrinya.
"Ya dari pada anak bungsunya situ, belum juga ketemu, udah di blacklist." Perdebatan semakin sengit, Stella menyeret Gadisya meninggalkan kedua wanita yang tengah memperebutkan kedua putranya.
Ketika agak jauh dari kerumunan, Stella berbisik, "jika berada di perkumpulan seperti ini, jangan mudah terpengaruh, dan juga jangan menunjukkan jika dirimu tertindas, semakin kita lemah di hadapan mereka, maka mereka akan semakin bahagia menindas kita."
Gadisya mengangguk paham, lagi pula seseorang seperti Gadisya tak mempan jika hanya ditindas dengan perkataan seperti itu, sejak di panti asuhan, ia sudah kenyang dengan ejekan dan bermacam olokan.
"Iya mom, akan saya ingat." Jawab Gadisya yakin.
"Good girl," Stella mengusap sayang, rambut menantunya.
"Dan mommy adalah yang terbaik."
"Auuugghh … apa kamu sedang menjilat mommy?"
"Anggap saja begitu mom." Jawab Gadisya.
Kedua wanita itu pun tertawa.
Suasana pesta semakin meriah, Gadisya kini sedang duduk menanti Stella yang masih berbincang dengan para sosialita teman arisannya, tak lupa Gadisya membawa beberapa camilan selama menanti.
Tiba tiba sebuah panggilan mengagetkannya. "Gadisya…" seorang gadis berparas cantik menyapanya, gadis itu nampak ceria dengan tawa lebar di wajahnya, tak ada yang tahu bahwa dulu ia pernah depresi setelah diputuskan sang kekasih. "Iya … kamu benar Gadisya… "
"Erin … " balas Gadisya tak kalah terkejut.
Keduanya berpelukan, pasalnya setelah kelulusan mereka tak pernah lagi bersua, kerna Gadisya yang memutuskan mengabdi di Desa sekar kencana, sementara Erina melanjutkan pendidikannya ke spesialis jantung.
"Aaahh aku merindukanmu, kenapa kamu tak pernah mengabariku," tanya Erina di sela sela pelukan mereka.
"Dih kamu yang tak pernah mengabariku, nomorku bahkan tak pernah berganti sejak kuliah." Balas Gadisya tak terima.
Erina tersenyum simpul, " iya maaf, ponselku sempat hilang, jadi begitulah, semuanya pun menguap begitu saja, tambah lagi sekarang aku mulai bekerja di Klinik Jantung milik papa."
"Waaahhh rupanya si cantik ini berhasil mewujudkan keinginannya, selamat yah," ucap Gadisya tulus.
"Apaan sih, biasa aja, kamu sendiri? Bagaimana dengan spesialis anak yang selama ini menjadi angan anganmu?"
Gadisya menggeleng lemah, "belum …" jawabnya muram, "belum ada biaya, kamu tahu sendiri kan bagaimana kondisi ku?"
"Kenapa kamu tak mencoba menghubungi donatur misterius mu? Katamu mereka adalah malaikat tak bersayap bagimu."
"Iya tentu saja, mereka yang terbaik dalam hidupku, orang tuaku yang tak pernah menampakkan wujud, aku sangat menyayangi mereka, tapi sekarang aku sudah dewasa, sudah mandiri, apa kamu pikir aku masih akan mengemis pada mereka, ah kamu ini,"
"Kamu memang tidak berubah." Balas Erina.
Erina dan Gadisya adalah sahabat semasa kuliah, Erina yang masih susah bergaul karena depresi yang pernah menimpanya, namun memiliki semangat melanjutkan kuliah, membuat Gadisya tersentuh, hingga mereka semakin akrab satu sama lain.
"Kamu sudah punya teman baru rupanya." Tiba tiba Stella sudah bergabung bersama Gadisya dan Erina.
Namun Stella terdiam manakala melihat siapa yang kini tengah berbincang dengan menantu nya.
"Iya mom, kami teman kuliah." Jawab Gadisya ruang.
"Mommy … " dengan bibir bergetar, Erina menyapa Stella
"Erina … "
Erina pun menghambur ke pelukan Stella. Namun Stella masih terdiam manakala menerima pelukan Erina.
Gadisya yang masih belum memahami situasi hanya diam membisu, belum ingin berbicara karena takut melakukan kesalahan.
"Mommy apa kabar? Erin kangen mommy." Ucap Erina ketika mengurai pelukan.
"Mommy baik, kamu sendiri?"
"Erin sehat mom,"
"Syukurlah, mommy ikut senang."
"Mom … ayo pulang, besok pagi pagi Abang ada jadwal operasi." Tak berselang Lama Kevin juga menghampiri.
Sama seperti Stella, kali ini Kevin pun tak kalah terkejut, ia bahkan sempat mundur dua langkah.
Kevin membekap mulutnya tak percaya, wajahnya tiba tiba memucat seperti melihat hantu di siang hari.
"Kevin … " sapa Erina dengan mata berbinar.
kemudian tanpa aba aba Erina memeluk Kevin, seolah menumpahkan seluruh rasa rindunya.
Sungguh pemandangan yang tak terduga.
Baik Gadisya maupun Stella, sama sama terbelalak kaget.
Sementara Kevin pun nampak diam membeku, ketika Erina bahkan menangis sambil memeluk tubuhnya.
🤭🤭