Grace, kini harus menjadi anak yatim piatu setelah kedua orangtuanya di habisi secara keji oleh Chan Ryder, hanya karena kalah tender. Sejak kecil Grace di urus dan dibesarkan oleh orang yang telah membunuh kedua orang tuanya, bahkan kakaknya pun ikut menjadi korban. Bagaimana jadinya jika Grace tahu jika orang yang sudah merawatnya adalah orang yang sudah tega memisahkan ia dan keluarganya?
Penasaran sama kelanjutan ceritanya? Yuk langsung baca. Jangan lupa like, komen, vote, dan kasih ulasan terbaiknya. oke👌😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RD Junior, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Keinginan untuk mengenalkan sang kekasih kini sirna, yang ada hanya rasa kecewa atas penghianatan yang telah dilakukan Angela, padahal Delard sudah sangat serius menjalani hubungan dengannya dan berniat untuk memperkenalkannya kepada keluarga besar Chan Ryder. Menjalin hubungan kurang lebih selama tiga tahun bukanlah waktu yang singkat, dimana keduanya harus bisa mengontrol ego diri masing-masing.
Delard mengguyur kepalanya dibawah air yang mengalir dari shower untuk menenangkan hati dan pikirannya yang sedang kacau! apa yang akan dia katakan kepada Daddy dan Mommy nya? karena yang mereka tahu kalau kepergian Delard ke LV untuk menjemput Angela dan akan dia perkenalkan kepada orangtuanya.
"Arghh..." Untuk meluapkan kekesalannya Delard tampak beberapa kali memukul dinding bathroom sehingga membuat tangannya memar dan tampak kebiru-biruan, seketika dia teringat akan semua kenangan indah saat bersama Angela, dia tidak pernah menyangka jika gadis pujaannya sampai hati, tega menghianati nya di hari anniversary mereka yang ke tiga tahun dua bulan.
Kring...
Kring...
Kring...
Berulang kali ponsel Delard berdering, namun saat melihat siapa yang menelepon, Delard pun mengabaikannya! dia sudah tak sudi untuk berkomunikasi lagi dengan Angela, karena sudah cukup penghianatan yang dilakukan nya. Delard melepas SIM card nya dan langsung mematahkannya tanpa berpikir panjang, lalu dibuangnya kedalam tong sampah.
Ketika bergelayut dengan amarahnya tiba-tiba dia teringat kepada Grace. "Grace." Gumamnya. "Aku lupa, jika aku sudah berjanji akan menjawab pertanyaannya waktu itu." Dia menoleh kearah ponselnya. "Ah sial! aku harus segera membeli SIM card baru, untuk menghubungi anggota keluarga ku." Delard mengantongi dompet kedalam saku celananya, saat berjalan beberapa langkah kearah pintu tiba-tiba dia merenung. "Tapi untuk apa juga aku bertahan disini?" Delard kembali memutar balik badannya lalu kembali mengemasi semua barang-barangnya untuk kembali ke Indonesia.
*
Grace sedang diceramahi oleh Chan Ryder perihal tentang perubahan sikapnya terhadap orang-orang disekelilingnya yang tak lain ialah dirinya dan juga Azura, istrinya.
"Seharusnya kau tidak perlu mempertanyakannya lagi, karena Daddy dan Mommy lah orangtua kandungmu."
"Daddy bohong! jelas-jelas waktu itu aku mendengar sendiri dari mulut Daddy yang mengatakan jika aku bukanlah anak kandung kalian." Lirih Grace yang sudah berlinang air mata.
"Grace, kau itu mungkin salah dengar." Tutur Azura.
"Tidak, aku yakin jika pendengaran ku waktu itu memang tidak salah." Desahnya.
"Pokoknya Daddy sudah tidak ingin mendengarmu mempermasalahkan ini lagi! jadi mulai sekarang berhentilah berasumsi jika kau itu bukan anak kandung kami." Kesalnya.
"Kalau kalian memang tidak mau berterus terang, tidak apa-apa! aku akan mencari tahu sendiri." Decak Grace, setelah itu dia berlari menaiki anak tangga seraya mengusap wajahnya yang basah akibat air mata yang mengalir deras dipipinya.
"Grace! Grace! Daddy belum selesai bicara!" Teriaknya, namun Grace tidak mau menghiraukan teriakan Daddy nya. Chan Ryder menatap tajam kepada Azura. "Ini salahmu! bukankah sudah ku katakan, jangan pernah ungkit-ungkit lagi tentang status Grace yang bukan anak kandung kita! kau lihat? akibat kecerobohan mu akhirnya Grace mengetahuinya."
Azura hanya bisa menunduk, dia tak berani untuk mengelak karena dia memang menyadari akan kesalahannya.
Grace mengunci pintu kamar dari dalam, lalu menghempaskan tubuhnya keatas tempat tidur empuknya, saat teringat Delard dia pun mengambil ponsel lalu mencoba untuk menghubunginya, tapi lagi-lagi nomernya tidak aktif. "Bagaimana aku bisa mencari tahu siapa orangtua kandungku? sementara aku tidak memiliki petunjuk apapun." Gumamnya.
Sebenarnya bisa saja Grace meminta bantuan Daniel untuk mencari tahu siapa orangtua kandungnya yang sebenarnya, tetapi entah mengapa dia selalu ragu setiap kali ingin mengatakan kepada Daniel jika sebenarnya dia itu hanya anak angkat Chan Ryder dan Azura.
Keesokan harinya.
Hari ini Grace bersama teman-temannya sedang melakukan studi tour dikawasan puncak untuk lebih mengenal tentang alam. Cukup lama mereka berjalan dari tempat dimana bus yang mereka tumpangi berhenti.
"Uh, capek." Keluh Laura saat melihat jalan setapak yang dilewatinya nampak tak ada berujung.
"Pak, sebenarnya kita mau studi tour atau mendaki?" Pekik Anggun yang merasakan jika kakinya sudah mulai gempor, karena perjalanan mereka tidak sampai-sampai.
"Saran yang bagus!" Seru guru yang membimbing mereka. "Bagaimana kalau kita naik kesana..." Menunjuk kearah gunung yang terletak tak jauh dari pantauannya.
"Apa?! tidak mau pak?" Tolak hampir semua siswi.
Setelah sampai tujuan, guru meminta semua murid untuk beristirahat sejenak, setelah itu mereka diwajibkan untuk membuat cerita yang bertemakan alam.
Grace dan Anggun berjalan cukup jauh dari tempat dimana guru dan teman-temannya berada. Sebenarnya dari tadi dia sudah sangat penasaran dengan bangunan tua yang terletak ditengah-tengah pohon Pinus.
"Grace, sebenarnya kita mau kemana?" Tanya Anggun.
"Kau lihat rumah itu!" Grace menunjuk. "Aku penasaran, dengan tempat itu."
"Jangan cari penyakit!" Decak Laura. "Ayo, sebaiknya kita bergabung lagi dengan teman-teman kita yang lain." Lanjutnya seraya menarik tangan Grace.
"Tunggu Laura, jangan balik dulu!" Pekiknya. "Apa kau tidak penasaran dengan rumah itu? coba kau lihat, rumah sebesar itu kenapa dibiarkan terbangkalai begitu." Lanjut Grace.
"Memangnya kau tidak takut? bagaimana jika rumah itu sarang hantu?"
"Dasar payah!" Umpatnya. "Hari gini kau masih percaya hantu?" Anggun pun menggeleng-gelengkan kepalanya.
Melihat Laura yang terlihat sukar untuk melangkahkan kakinya, akhirnya Grace pun bertanya. "Kau mau ikut dengan kita atau tidak?" namun Laura malah tampak kebingungan, sepertinya dia tidak tahu harus menjawab apa. Grace menoleh kepada Anggun. "Kau ikut kan?"
"Iyalah!" Seru Anggun. "Aku juga sangat penasaran dengan rumah itu." Lanjutnya.
Grace dan Anggun nekad masuk kedalam bangunan tua itu, sementara Laura hanya berdiam diri di halamannya saja.
Grace menatap sekeliling ruangan itu, memegangi dan mengamati setiap isi perabotan yang ada didalamnya, entah kenapa dia merasa familiar dengan tempat itu.
"Grace, sedang apa kau disini?" Suara Daniel membuyarkan lamunannya. "Ayo pulang! teman-teman kita yang lain sudah menunggu kita didalam bus." Lanjutnya.
"Perasaan kita baru sampai, kenapa sudah mau pulang lagi?" Tanya Anggun.
"Cuaca saat ini tiba-tiba mendung, jadi tidak memungkinkan untuk kita beraktivitas disekitar tempat ini." Daniel meraih tangan Grace lalu membawanya keluar dari bangunan itu.
Diperjalanan menuju pulang Grace terus termenung dan kepikiran akan bangunan tua tadi, rasanya ingin sekali dia kembali kesana, tapi itu tidak memungkinkan baginya karena guru dan teman-temannya yang lain sudah pasti tidak akan mengijinkannya, apa lagi dengan cuaca buruk saat ini, sehingga memaksa semua untuk segera kembali ke-kota Z.
"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Daniel seraya menyodorkan botol air mineral kepadanya.
Grace menerimanya. "Aku penasaran dengan bangunan tua tadi, sebenarnya itu bekas tempat apa?"
Daniel terdiam mendengar pertanyaan darinya, karena dia sendiri juga tidak tahu apa-apa.