DISAYANGI TUAN VAMPIRE

Claire membawa Cedric kembali ke dalam kedai es krim. Dengan memasang senyum menggemaskan dia pun mengetuk-ketuk jendela kaca kedai itu. “Tuan, bisakah kita bicara sebentar!”

Cedric semakin bingung, mengernyitkan alisnya lalu berbisik,” Kau mau apa?”

“Sudah tunggu saja!” jawab Claire sambil mengedipkan mata.

Tuan Bucket pun keluar, “Ada yang bisa aku bantu?” tanyanya dengan senyum ramahnya.

Nyonya Bucket mempersilakan Claire dan Cedric duduk. Cedric semakin bingung dengan pikirannya sendiri. Dengan Binar semangat, Claire langsung saja berkata, “Es krim kalian adalah es krim terenak yang pernah aku makan. Tapi, mengapa kedai ini sepi sekali.

Tuan dan Nyonya Bucket saling melemparkan tatapan sedih. kedai es krim mereka ini bernama "Sweet Bucket". Kedai ini dikelola mereka berdua yang mulai menua bernama Tuan Bucket, seorang pembuat es krim yang terkenal dengan resep rahasianya. Setiap hari, anak-anak dan keluarga berbondong-bondong datang untuk mencicipi berbagai rasa es krim buatan tangannya.

Namun, seiring berjalannya waktu, pelanggan mulai berkurang. Perlahan, kedai yang dulu penuh tawa berubah menjadi tempat yang sepi. Tuan Bucket tetap membuat es krimnya dengan cinta, tetapi kursi-kursi kosong dan lonceng pintu yang jarang berbunyi membuat hatinya pilu.

“Orang-orang mulai melupakan Sweet Bucket. Mereka lebih memilih es krim dari waralaba besar yang menawarkan harga murah dan promosi menggiurkan,” jelas Nyonya Bucket.

“Ada rumor beredar di antara penduduk kota bahwa bukan hanya persaingan yang membuat kedai itu sepi. Beberapa pelanggan lama mengaku bahwa rasa es krim Tuan Bucket perlahan berubah—tidak lagi seajaib dulu.” Jawab Nyonya Bucket.

“Siapa bilang, es krimnya enak sekali! Iya kan?” tanya Claire menoleh ke Cadric yang masih menggenggam cone es krimnya.

Ketiga orang itu memandangi Cedric, seperti sedang menunggu pr aitu menjilat es krimnya yang terlihat sudah sedikit meleleh.

Cedric menelan salivanya, lalu perlahan menjulurkan lidahnya dan sedikit menjilat es krim rasa vanilla dengan aneka toping. Dia pun menelannya perlahan, kedua matanya terbelalak. Ada rasa senang yang tidak bisa diabaikan ketika es krim itu meleleh di lidahnya.

“Ini enak sekali!” puji Cedric sembari menjilat sekali lagi.

“Nah. Kan benar apa kata aku!” imbuh Claire seraya berkata lagi, “Aku punya ide!”

“Apa?” tanya Cedric dan yang lainnya.

“Malam ini kami akan membantu Tuan untuj menjual es krim ini sampai habis!” ujar Claire.

“Apa? Tanya ketiganya lagi.

Claire pun tertawa sambil merangkul Cedric yang sedang duduk di sebelahnya. “Tenang saja, aku punya cara yang jitu!”

“Cara apa?” tanya ketiganya lagi.

“Kita pakai senjata rahasia!” jawab Claire sedikit terkekeh lucu.

Claire pun menjelaskan kepada semuanya, jika dia akan menggunakan Cedric sebagai kucing pemanggil rezeki. “Hah apa maksudmu!” tanya Cedric seraya berdiri.

“Apa kau akan memakaikan aku kostum kucing raksasa? Imbuh Cedric yang tiba-tiba perduli terhadap harga dirinya. “Bagaimana jika para vampir purba melihat aku sedang memakai kostum kucing raksasa, mereka pasti akan mentertawaiku!” pikir Cedric.

“hish, kau ini bicara soal kostum apa, bukan itu maksudku!” jawab Claire seegera menjelaskan maksud dan tujuannya.

“ Kau cukup berdiri saja, tidak ada tugas lain!” jelas Claire lagi.

“Oh begitu ya… eum Ok!” imbuh Cedric yang merasa tugas ini sangatlah mudah.

“Ok, kita mulai sekarang, Eum… Tuan dan Nyonya, silakan keluarkan semua persediaan es krim kalian!”

Persediaan es krim telah keluar semua, Claire pun memulai orasinya di depan kedai dengan menggunakan apron berwarna cerah, siap untuk menyapa orang-orang yang lewat.

“Dengarkan, teman-teman!” Claire mulai dengan suara lantang, matanya berkilat penuh percaya diri. Orang-orang yang lewat berhenti sejenak, penasaran.

“Es krim ini bukan hanya sekadar makanan manis! Ini adalah santapan kebahagiaan, setiap sendoknya bisa membawa senyuman ke wajahmu!” Claire mengangkat satu cone es krim yang berwarna-warni di tangannya, menatapnya seolah itu adalah harta karun.

“Kenapa memilih es krim kami?” imbuh Claire seraya berkata lagi, “Karena di setiap pembelian satu es krim ini, kalian bisa berfoto selfie dengan pria tampan di sebelahku ini!”

Cedric yang mendengarnya sontak saja terasa ingin muntah darah, “Apa ini!” aku baru saja dijual oleh bangsa manusia! pikirnya tak percaya.

Claire berpikir jika orang-orang ini perlu diingatkan lagi tentang rasa es krim Sweet Bucket. Karena itu dia terpikir cara ini. Cedric adalah magnet untuk menarik pembeli agar berdatangan. Dan, betul saja, strategi marketing Claire sangat mujarab. Tidak membutuhkan waktu lama, antrian panjang para gadis terbentuk memanjang.

Melihat wajah datar Cedric, seketika saja Claire langsung berjinjit dan berbisik. “Hei, senyum sedikit, jangan menakuti pelanggan!”

Cedric pun terbatuk ringan karena diberi peringatan oleh Claire. Lalu dia pun mulai tersenyum dan mulai bekerja mengikuti instruksi Claire. Pasa saat ini Cedric sedang mentertawai dirinya sendiri, bisa-bisanya tadi dia berpikir ke arah sana.

Melihat strategi marketingnya berhasil, Claire menyudahi orasinya dari jauh seraya memberikan acungan jempol, tanda sedang memuji kerja vagus Cedric. Es krim pun terjual dengan cepat berkat Claire dan ketampanan Cedric.

Tuan dan Nyonya Bucket juga sanhat senang. Mereka menangis terharu, "Terima kasih, pendapatan hari ini sungguh sangat berguna untuk putri kami Rose!"

"Putri kalian? Dimana dia?" tanya Claire sambil melihat ke sekeliling kedai.

"D-dia... tidak di sini!" jawan Tuan Bucket.

"Oh dia pasti di luar negeri ya!" imbuh Claire.

Tuan dan Nyonya Bucket bersamaan menggelangan kepala. "D-dia... saat ini di rumah sakit. Telah koma selama lima tahuh!"

"Apa! Koma lima tahun!" imbuh Claire terkejut.

"Putri kami adalah seorang yang bekerja keras. Sepulang kerja dia pasti datang ke kedai sweet bucket untuk membantu kami berjualan!" Jelas Nyonyw Bucket.

"Dia sakit apa?" tanya Cedric yang mulai tertarik dengan drama hidup manusia yang baru saja dia dengar.

"Korban tabrak lari oleh pengemudi mabuk!" jawab Tuan Bucket memcoba meredam marah di hatinya.

"Dan dia lolos dari hukum!" Tambah kata Nyonya Bucket sambil mengusap air matanya.

"Kami tidak bisa meraihnya untuk diberi hukuman yang setimpal!" ujar Tuan Bucket dengan raut wajah putus asa dan pasrah.

"Kenapa?" tanya cedric.

"Pelakunya adalah putra salah satu pemilil waralanlba es krim terbesar!" Jawab Tuan Bucket.

Nyonya Bucket memegang tangan suaminya. "Kami bukannya tidak pernah melawan, bahkan sampai menghabiskan hampir seluruh aset kami."

"Hanya kedai ini yang kami pertahankan, karena ide untuk membuka sweet bucket adalah ide Rose!" tambah kata Nyonya Rose.

Claire monoleh ke arah Cedric sambil memberikan tatapan aneh, yang seakan mwmbawanya kepada proyek selanjutnya.