Kecelakaan yang menimpa Nasya bersama dengan calon suaminya yang menghancurkan sekejap kebahagiaanya.
Kehilangan pria yang akan menikah dengan dirinya setelah 90% pernikahan telah disiapkan. Bukan hanya kehilangan pria yang dia cintai. Nasya juga kehilangan suaranya dan tidak bisa berjalan.
Dokter mengatakan memang hanya lumpuh sementara, tetapi kejadian naas itu mampu merenggut semua kebahagiaannya.
Merasa benci dengan pria yang telah membuat dia dan kekasihnya kecelakaan. Nathan sebagai tersangka karena bertabrakan dengan Nasya dan Radit.
Nathan harus bertanggung jawab dengan menikahi Nasya.
Nasya menyetujui pernikahan itu karena ingin membalas Nathan. Hidup Nasya yang sudah sepenuhnya hancur dan juga tidak menginginkan Nathan bisa bahagia begitu saja yang harus benar-benar mengabdikan dirinya untuk Nasya.
Bagaimana Nathan dan Nasya menjalani pernikahan mereka tanpa cinta?
Lalu apakah setelah Nasya sembuh dari kelumpuhan. Masih akan melanjutkan pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Keajaiban Kembali.
Nathan yang terlihat begitu bimbang mendengar semua ancaman dari pria tersebut.
"Kau tidak perlu berpikir Nathan. Dia akan akan mati di tanganku jika kau tidak melakukannya dan bukankah kau barusan mengatakan bahwa aku adalah pembisnis yang kotor dan pembisnis yang kotor akan bertindak di luar dugaan," ucapnya dengan membanggakan diri.
"Baiklah! hentikan mobilmu dan aku akan mendatangani apa yang kau inginkan," ucap Adrian yang akhirnya mengambil keputusan itu.
"Bagaimana aku bisa mempercayaimu?" tanya pria itu.
"Terserah kau percaya apa tidak kepadaku. Aku sudah memberikan peluang dan kau sebaiknya gunakan kesempatan itu dan jangan membuang waktuku!" tegas Nathan.
"Baiklah, melaju lah sampai beberapa meter. Karena kita harus membuat jarak agar kau tidak ikut mati bersama istrimu. Karena aku sudah menanam bom di dalam mobil ini," ucap pria itu.
Mendengar hal itu membuat Nasya benar-benar terkejut, dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya selanjutnya.
Nathan yang sepertinya juga sangat panik yang menuruti semua keinginan pria tersebut, dia melajukan mobilnya dan memberhentikannya dan pria itu juga memberhentikan dengan rem mendadak yang hampir saja membuat Nasya tersungkur, tetapi dapat dipastikan dahinya terluka akibat posisinya yang meringkuk dan terbentur pada jok mobil.
Nasya hanya bisa menahan kesakitan dan mendengar suara pintu yang terbuka dengan sangat kuat.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya?"
"Tetapi sepertinya Nathan akan menandatangani sesuatu untuk menebusku. Tidak! Aku sama sekali tidak bisa membiarkan semua itu, aku harus bisa melepaskan diri," ucap Nasya yang berusaha begitu keras melepaskan ikatan di tangannya itu.
Usaha Nasya yang ternyata tidak sia-sia dan akhirnya ikatan itu terlepas. Nasya jangan buru-buru duduk dan melihat pergelangan tangannya yang memerah. Nafasnya naik turun yang tidak dapat mengendalikan diri dan Nasya melihat ke arah depan bagaimana Nathan dan pria itu berdiri saling berhadapan.
Sepertinya kembali ada percekcokan adu mulut dan sampai akhirnya Nasya melihat pria itu memberikan sebuah dokumen kepada Nathan dan lihatlah tangan Natan begitu lincah menandatangani dokumen tersebut.
Mata Nasya yang terbelalak kaget saat melihat tangan pria tersebut mengeluarkan pisau dari sakunya tanpa disadari Nathan yang masih menandatangani berbagai berkas-berkas yang cukup banyak.
"Nathan...." batin Nasya yang benar-benar sangat terkejut.
Tidak ingin membuang kesempatan yang akhirnya membuat Nasya buru-buru keluar dari mobil tersebut dan lagi-lagi mobil itu ternyata terkunci. Nasya berusaha dengan sekuat tenaganya yang membuka mobil tersebut dari bagian pengemudi dan akhirnya mobil itu bisa terbuka.
Nasya yang sudah keluar dari mobil melihat bagaimana pria tersebut yang ingin menancapkan pisau itu.
"Nathan awas!" teriak Nasya yang berlari begitu kencang yang membuat Nathan kaget melihat ke arah Nasya dengan mata melotot.
Pria tersebut juga membalikkan tubuh dan Nasya yang tanpa berpikir langsung memeluk Nathan menghindari tusukan pisau tersebut.
Pria itu yang sudah mengarahkan tusukan itu dan hampir saja terkena punggung Nasya jika Nathan menahan dengan tangannya sendiri.
Suara sayatan yang terdengar begitu lirih dengan Nathan yang berusaha menggenggam agar tidak menyentuh punggung Nasya yang masih memeluknya, darah di telapak tangan itu berceceran. Nathan yang melakukan perlawanan dengan menendang pria tersebut dan akhirnya sampai terjatuh dan pisau itu juga terjatuh walau tangannya sudah terluka parah.
Nasya yang ketakutan dengan nafas yang tidak stabil melepas pelukan itu dan melihat tangan Nathan yang sudah berlumuran darah membuatnya begitu panik.
"Nasya kamu tidak apa-apa?" tanya Nathan yang tampak begitu khawatir membuat Nasya menggelengkan kepala.
Pria tersebut yang kembali bangun dan ingin kembali menyerang Nathan. Nathan memutarkan cepat tubuh Nasya dan untung saja tidak sampai jatuh yang akhirnya Nathan menyerang pria tersebut sehingga mereka berdua terjadi baku hantam.
Nasya yang berdiri terlihat kepanikan yang terus saja melihat ke arah Nathan yang mendapatkan beberapa pukulan dan walau Nathan juga membalas pukulan tersebut, tetapi tangan Nathan yang terluka parah membuat Nathan.
"Ya. Allah bagaimana ini?"
"Apa yang harus aku lakukan," ucapnya dengan panik.
Sampai tiba-tiba terdengar suara sirine Polisi yang membuat Nasya melihat ke arah ujung dan terlihat banyak sekali lampu-lampu mobil.
"Kurang ajar kau!" umpat pria itu menyadari.
"Kau salah bermain-main dengan ku," sahut Nathan.
"Bajingan!" pria itu yang ingin lari ada Nathan tidak mungkin membiarkan begitu saja yang kembali melakukan penyerangan dan mereka berdua kembali baku hantam dan pria itu sampai tergeletak yang akhirnya bisa dilumpuhkan Nathan dan tidak lama mobil polisi itu sudah berhenti di sekitar Nathan dan akhirnya mereka semua keluar dengan buru-buru.
Pria yang memberikan ancaman itu tidak dapat lari lagi yang sudah terlanjur ditangkap. Hal itu membuat Nathan merasa lega dengan nafas naik turun dan begitu juga dengan Nasya yang sekarang merasa tenang.
"Aku tidak akan melepaskanmu Nathan, aku pasti akan membalasmu. Kau telah menjebakku," pria itu berteriak-teriak sembari memberontak saat dipaksa masuk ke dalam mobil Polisi.
Salah satu polisi menghampiri Nathan dengan menundukkan kepala dan mereka berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris atas ucapan terima kasih dan bantuan atas insiden itu dan tidak lama yang akhirnya polisi tersebut pamit undur diri yang meninggalkan lokasi tersebut membawa penjahat yang sudah menculik Nasya.
Suara sirena yang kembali terdengar dengan satu persatu mobil itu bergegas pergi. Nathan menoleh ke arah belakangnya yang melihat istrinya tetap berdiri di sana dengan wajah sendu yang tampak begitu khawatir. Sama dengan Nathan yang masih berdiri di tempatnya dengan nafas naik turun dan tatapan matanya tidak lepas dari Nasya.
Sampai akhirnya Nasya yang bergerak menghampiri Nathan dan terlihat khawatir yang sudah berdiri di hadapan Nathan dengan melihat luka di tangan Nathan dan darah itu masih berceceran.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Nathan yang masih mengkhawatirkan istrinya.
Nasya menggelengkan kepala dengan mata berkaca-kaca, dia sebenarnya sangat ketakutan dan lebih ketakutan lagi saat melihat kondisi Nathan yang seperti itu.
"Jangan menjawab dengan menganggukan kepala, jawab aku dengan suara," ucap Nathan yang membuat Nasya bingung.
Nathan yang memegang sebelah pipi Nasya dengan satu tangannya, "kamu tidak sadar jika barusan kamu telah meneriaki namaku," ucap Nathan yang memang mendengar begitu.
Nasya mengerutkan dahi yang memang tidak menyadari hal itu dan bahkan mencoba untuk mengingat apakah benar dia melakukan seperti itu.
"Nasya bicaralah!" pinta Nathan dengan suara yang begitu lembut.
"A- aku bisa berteriak," ucap Nasya dengan terbata dan dia sendiri juga kaget yang mendengar suaranya
Sangat tidak dia duga secara spontan dia bisa berbicara. Nathan tersenyum yang dengan jelas mendengar suara itu.
"Aku bisa bicara," ucap Nasya yang tidak percaya dan bahkan memegang mulutnya.
Dia seperti latihan vokal yang terus mengeluarkan suara.
"Aku sekarang benar-benar sudah bisa bicara, aku sudah mengeluarkan suara kembali," ucap Nasya yang tidak percaya dan bahkan air matanya jatuh. Nathan mengangguk-angguk dengan tersenyum dan langsung memeluk Nasya.
"Kamu benar! Kamu sekarang sudah bisa berbicara. Kamu benar-benar sudah sembuh Nasya," ucap Nathan. Nasya yang tidak mampu berkata-kata lagi dan menangis dengan air mata yang benar-benar jatuh sangat banyak diperlukan Nathan.
Tidak disangka akhirnya dia sembuh juga. Mereka berdua yang berpelukan, seperti sudah pasangan suami istri yang sungguhan saja yang memiliki perasaan dan entahlah apa mereka berdua menyadari hal tersebut. Atau hanya terbawa suasana saja.
Bersambung.....