Awal mulanya gadis desa datang ke kota untuk bekerja, siapa sangka dia akan berminat melanjutkan pendidikan di kampus islami karena sering ikut dengan kedua sepupu kembarnya ke kampus, bahkan dikira dia mahasiswi pindahan dari luar kota padahal baru tamat SMK di desa. Cinta gadis tersebut harus Pupus karena cintanya harus terpatahkan oleh takdirnya.
Penasaran dengan kisah Cita dan Cinta dari gadis desa tersebut? ayuks simak ceritanya hanya di noveltoon, jangan lupa like, kritik dan sarannya readers kuuuuu ◇◇♡♡♡◇◇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IYP 20
_happy reading_
"[Baiklah nanti aku akan pikirkan kembali]" jawabnya lalu mematikan sambungan telepon secara sepihak. Dirman menyimpan kembali ponselnya disampingnya. Dia menghela nafas panjang untuk meredakan lelahnya.
"Apa aku harus ikut ya, sekali-kali refreshing. Lupa lagi tanya, Ahad kapan berangkat!" gumamnya pelan. Tanpa pikir panjang, Dirman duduk lalu berdiri, dia ambil ponselnya lalu disimpan dalam saku celananya.
Dirman melangkah meninggalkan kamarnya, tidak lupa dia tutup lalu dikunci pintunya. Dia menuruni anak tangga satu persatu. Sekilas dia mendengar bisik-bisik cewek penghuni kos lantai satu.
"Itu senior cakep eh, tapi garang." celetuknya saat melihat Dirman melintas.
"Sstt jangan macam-macam sama dia, sudah ada pacarnya tahu!" peringat teman lainnya yang tinggal di kos tersebut.
"Iya aku tahu, itu kan pacarnya yang satu angkatan sama kita. Siapa kah itu namanya! Nur atau siapa gitu. Karena memang dia terkenal di kampus itu." sahut yang lain. Mereka memang sedang kerja tugas empat orang.
"Sudah ayo lanjut kerja tugas." ajak pemilik kamar kos di Ades. Mereka melanjutkan kerja tugasnya hingga selesai. Dirman melangkah meninggalkan kos dengan perasaan tidak menentu, bisa-bisa ada junior menggosipkannya, pikirnya.
Beberapa menit dia melangkah, kini tiba di kos Tiara yang di tempati oleh Yusuf. "Wah ada yang rindu sama kita." ujar Rahman agak keras. Ternyata disana sedang berkumpul, ada semua teman organisasinya.
"Siapa?" tanya Puspa penasaran. Dia menengok ke arah Rahman lalu melihat apa yang Rahman tunjukkan. "Wah yang baru datang dari kampung, mana oleh-olehnya?" tanyanya mencoba mengakrabkan diri.
Helmi yang melihat Puspa bertanya dia hanya tersenyum. Puspa dan Helmi sedang memetik sayur karena mereka mau bikin barobbo jagung.
"Dirman datang sama siapa?" tanya Yusuf. "Sendiri lagi bro? Kenapa gak ajak kekasihmu?" tanyanya lagi.
Dirman baru saja tiba tapi sudah diberikan beberapa pertanyaan, seperti artis baru muncul saja. Dirman duduk di kursi teras samping pintu, Yusuf mendekat dan duduk disampingnya.
"Kenapa saya punya teman cerewet semua!" keluhnya sambil memperbaiki posisi duduknya, kaki kanannya dia tumpu pada kaki kirinya.
"Kamu ini, maklum saja lah, kami hanya ingin tahu Dirman." jawab Yusuf santai. Mereka duduk berdua dikursi panjang, sedang Rahman sedang membantu Kedua sahabat ceweknya memasak.
"Rahmat mana?" tanya Dirman. Di tidak mendengar suara Rahmat sama sekali, batang hidungnya juga gak kelihatan, pikirnya.
"Dia lagi beli air galon, kenapa?" tanya Yusuf. Dirman mengedikan kedua bahunya.
"Hanya tanya saja." jawabnya seadanya. Dirman mengambil ponsel dari sakunya, dia melihat jam sudah pukul 11.00 siang hari.
"Jadi gimana, mau ikut mendaki?" tanya Yusuf membuka obrolan. Dirman menjawab dengan anggukan, dia menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.
"Kamu ajak Nurul kan?" tanya Yusuf kembali, dia menatap Dirman yang juga menatapnya.
"Aku belum mengabarinya, sekarang kan hari Kamis. Terlalu cepat jika aku memberikan informasi sekarang padanya." jawab Dirman enteng.
"Ya, justru lebih cepat lebih bagus supaya ada persiapan. Gimana sih senior!" sahut Rahman yang baru keluar dari kamar kos. Dia ikutan duduk di kursi single, kemudian dia dekatkan pada kedua sahabatnya.
"Dimana?" tanya Dirman lagi, dia tidak mau terlalu menanggapi perkataan Rahman karena akan berujung panjang.
"Di tempat biasa, kalau pelatihan biasa kita kesana yang tembus di sekolah dasar S." jawab Yusuf serius. Dirman mendengarkan sambil menggut-manggut. Dia kembali mengambil ponselnya untuk mengirim pesan pada kekasihnya.
"[Sayang, masih di kampung kah?]" tanya Dirman pada Nurul melalui pesan singkat. Tidak berselang lama ada balasan dari kekasihnya.
"[Iya sayang, aku masih di kampung Q. Insya Allah Sabtu balik ke kota P]" balasnya cepat. Dirman membacanya dengan sumringah, akhirnya dia tidak sabar untuk menanyakan apakah mau ikut mendaki?
"[Baiklah, segeralah kemari. Kami akan mendaki gunung hari Ahad. Apakah kamu mau ikut?]" tanyanya.
"[Insya Allah, aku izin dulu sama sepupu kembar dulu okey]" jawab Nurul cepat. Dirman tidak membalasnya lagi.
"Nurul bisa, Hari Sabtu dia akan kembali dari kampung sepupunya." ujarnya kemudian kepada Yusuf. Sedangkan Rahman dan Rahmat sibuk bercerita sendiri entah apa pembahasannya.
Rahmat sudah kembali dengan galon yang terisi penuh dengan air minum. Akhirnya mereka berempat kembali berbincang tentang perkuliahan sambil menunggu kedua cewek-cewek selesai memasak.
"Ayo masuk semua, makanan sudah siap." teriak Helmi pada kekasih dan juga sahabatnya semua.
"Akhirnya waktunya makan telah tiba." ujar Rahman paling semangat, dia duluan masuk ke dalam kos yang disusul oleh ketiga sahabatnya.
"Kamu ini semangat sekali." tegur Helmi pada Rahman. Dia sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah satu orang itu.
"Ayo makan, lapar tahu!" ujar Rahman kemudian melahap masakan yang telah dihidangkan dipiringnya. Akhirnya semua makan dengan tenang tanpa candaan. Usai makan, mereka baru bercerita baik tentang kekasih maupun kuliah.
"Dimana KKN nanti?" tanya Rahman membuka suara.
"Di Kampung dekat kota P kayaknya, begitu informasi sebelumnya." jawab Dirman serius yang diangguki oleh Yusuf.
"Kita ini tertinggal ya Puspa! Senior-senior sudah pada mau KKN, berarti sudah skripsian juga dong!" ujar Rahman, dia baru naik semester enam bersama Puspa.
"Judulku belum ada. Ha-ha-ha." jawab Helmi santai sambil tertawa. "Paling santai saya deh!" serunya lagi.
"Ini Senior Dirman sudah buat proposal." sahut Rahmat. Yang dibicarakan hanya melirik Rahmat tajam. "Siap saudara." ujar Rahmat lagi, mereka seangkatan jadi Dirman tidak suka dipanggil senior oleh Rahmat.
"Dia memang selalu bergerak cepat. Dia bahkan sudah kerja di sekolah pelayaran." ucap Rahman yang paling tahu tentang Dirman.
"Bagus begitu, saya ini malas deh! Kak Yusuf juga sudah aman judulnya, tinggal buat Proposalnya." jawab Helmi bangga pada kekasihnya.
"Sama angkatanku saja Helmi jadi masih bisa santai-santai." ujar Rahman lagi sambil cengengesan.
"Enak saja, kalau bisa selesai cepat ya diusahakan lah!" jawabnya kemudian, judul skripsi saja belum terbayang olehnya, mau cepat selesai? Bagaimana konsepnya?
"Ayo, diantara kalian berempat siapa yang akan duluan selesai? Aku kasih hadiah ya!" seru Rahman semangat.
"Kalau saya duluan selesai, apa hadiahnya Rahman?" tantang Dirman, setelah cukup lama menjadi pendengar maka dia menantang Rahman. "Ponsel gimana? Yang baru. Hhmm." sambungnya.
Rahman melongo, dia gak habis pikir dengan permintaan Dirman. "Ponsel? Yang benar saja!" jawabnya. "Tapi kalau dipikir-pikir ide bagus juga, kalau bukan Dirman yang duluan berarti aku yang dapat ponselnya." sambung Rahman cepat.
"Yee enak di kamu Rahman, kami juga mau lah!" sahut Helmi tidak mau kalah, Rahman yang buat tantangan kenapa jadi dia yang terjebak! Pikirnya.
"Aish, ini kayaknya senjata makan tuan deh!" gumamnya pelan. Rahman garuk-garuk kepala bagian belakang yang tidak gatal.
...----------------...
Terima Kasih Sudah Mampir ♡♥︎♡
Terima kasih yang sudah berkenan membaca, memberi like, komen, mendukung dengan subscribe, vote, dan bintang limanya, dilengkapi dengan hadiah-hadiahnya.
Sehat selalu yaaa teman-teman, semoga lancar rezekinya. /Pray/ Dukung terus karya Hani.