Nadia melihat secara langsung perselingkuhan sang suami. Dan di antara keterpurukannya, dia tetap coba untuk berpikir waras.
Sebelum mengajukan gugatan cerai, Nadia mengambil semua haknya, harta dan anak semata wayangnya, Zayn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 - Tidak Perlu Cemaskan Apapun
Steve memang seperti itu, ketika dia sudah mencintai seorang wanita maka Steve akan benar-benar memberikan semuanya, cinta, perlakuan tulus dan kasih sayang yang tak pernah habis.
Beruntung Nadia dipertemukan dengan Steve disaat hidupnya diambang kehancuran.
Jadi saat semuanya benar-benar berakhir dengan Aslan, kini yang Nadia dapat bukan tangis, melainkan senyum dan tawa riang.
Setelah Nadia berhasil masuk ke dalam kamar mandi, Steve pun segera membuka pintu kamar tersebut. Dia masih setia mengunakan handuk saja, tubuh atasnya belum memakai baju.
Steve juga langsung berjongkok dan menggendong Zayn untuk masuk ke dalam kamar.
"Kenapa mommy dan Daddy lama sekali? sejak tadi aku sudah menunggu di bawah," ucap Zayn. Nadia dan Steve memang tidak sadar Sudah berapa lama mereka menghabiskan waktu bersama di kamar ini, tapi Zayn yang menunggu rasanya sudah lama sekali.
Mendengar pertanyaan itu senyum di bibir Steve semakin terkembang lebar saja.
"Maaf Zayn, daddy masih ada sedikit urusan dengan mommy."
"Sekarang mommy di mana?" tanya Zayn pula, dia melihat ke kiri dan ke kanan tapi tidak menemukan keberadaan ibunya.
"Mommy ada di kamar mandi." Terang Steve.
Malam itu mereka makan malam bersama dalam suasana yang hangat, sesekali Nadia malu sendiri saat tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan Steve.
Selesai makan malam itu, mereka semua duduk di ruang tengah.
Zayn duduk diantara mereka berdua.
"Nad, hari ini aku mengajak Zayn untuk menemui kedua orang tuaku. Aku bilang, aku akan segera menikahi ibu dari anak ini," ucap Steve, menceritakan apa yang dia lakukan bersama Zayn seharian ini, karena itu lah mereka pulang sampai sore hari.
Mendengar itu kedua mata Nadia mendelik.
Bagaimana mungkin tiba-tiba Steve membawa Zayn untuk menemui keluarganya, tanpa seizin dia lebih dulu.
Nadia merasa bingung dan belum siap.
Entahlah, Nadia tidak tau harus bagaimana.
"Mereka sangat menyukai Zayn, mereka juga ingin bertemu dengan mu. Jadi, besok aku akan membawa mu kesana, ya?" ajak Steve pula, bicara dengan suaranya yang begitu lembut.
Steve melihat dengan jelas ketakutan yang tergambar di wajah wanita cantik ini. Nadia pasti merasa dia akan ditolak karena latarbelakangnya. Nadia pasti merasa tidak pantas bersanding dengan bossnya di tempat kerja.
"Aku sudah mengatakan siapa kamu sebenarnya, apa pekerjaan mu, apa status mu, siapa keluarga mu, dan mereka tidak keberatan akan hal itu. Mereka sudah cukup senang karena aku akan menikah," tambah Steve.
"Iya Mom, Oma dan Opa baik sekali, aku dicium terus sampai geli," ucap Zayn, ikut bicara juga.
Sedangkan Nadia makin tak bisa berkata-kata.
Bukankah ini terlalu terburu-buru?
"Tidak perlu cemaskan apapun, jangan sering menebak bagaimana sikap kedua orang tuaku pada hubungan kita, temui mereka dulu baru nilai lah. Ya?" tanya Steve, tak henti-hentinya dia membujuk wanita ini.
"Besok pagi setelah mengantar Zayn kita temui mereka ya? setelah itu baru kita jemput Zayn pulang sekolah? ya?"
Nadia membalas tatapan Steve, nampak jelas jika Steve sangat berusaha untuk membuat dia merasa nyaman.
Dan Nadia akhirnya hanya bisa menganggukkan kepala sebagai jawaban.
"Bagus," ucap Steve, dia mengelus puncak kepala Nadia dengan lembut.
Ingin mencium namun ada Zayn diantara mereka. Jadi Steve hanya bisa membelai lembut wajah wanita cantik ini.
Mommy-nya Zayn.