Warning!!
Cerita ini untuk usia 21+, mohon bijak dalam memilih bacaan sesuai usia.
Menceritakan tentang wanita bernama Emma Fiorella (26) yang dimutasikan dari perusahaan cabang ke perusahaan pusat dan bertemu dengan seorang anak kecil yang menabraknya ketika dirinya sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan dan membentak ayah anak kecil itu. Namun siapa sangka pria itu ternyata adalah pemilik perusahaan dimana ia bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gelsomino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20: Ketiduran
Setelah kedua anaknya ditidurkan di kamar, Javier mengangkat tubuh Emma ala bridal style menuju kamar. Dengan hati-hati Javier menidurkan Emma disamping Leoncio. Ia melepaskan heels yang dikenakan Emma. Javier menatap wajah Emma yang sedang tertidur. Sebuah senyuman terukir di bibirnya. Bagaimana bisa dia memperlakukan Emma demikian. Ia teringat dengan ketiga anaknya yang bisa dekat dengan Emma dengan cepat. Selama ini banyak wanita yang mencoba mendekati putra-putranya agar bisa mendekati dirinya. Namun tak satupun dari mereka yang berhasil.
"Kenapa Aku jadi ikut mengantuk juga," batin Javier menguap. Akhirnya Javier memutuskan untuk tidur. Javier berjalan mendekati sofa dan merebahkan dirinya disana.
***********
"Enghh..." lenguh Emma membuka kedua matanya. Emma merasa ada yang berbeda. Emma bangun namun tertahan oleh sesuatu. Ia melirik kebawah dan melihat Leon yang sedang tidur sambil memeluknya. Emma tersenyum melihat Leon yang tidur pulas. Refleks Emma mengecup kepala Leon. Entah kenapa ia melakukannya. Dengan pelan Emma bangun dan menggeser tubuh Leon.
"Dimana ini? bukankah tadi kami ada di ruangan Pak Javier. Dan siapa yang membawa kami kesini?" batin Emma.
"Akkh.." pekik Emma refleks menutup mulutnya saat melihat bosnya juga ada disana dan tidur di atas sofa. Namun suaranya sukses membuat Javier terbangun.
"Kenapa kamu ribut sekali," ujar Javier dengan suara khas baru bangun, ia lalu bersandar di sofa.
Emma turun dari ranjang, "Sa..saya minta maaf Pak" ujarnya menunduk.
"Bukankan tadi kami di ruangan Pak Javier, bagaimana bisa kami ada disini?" tanya Emma.
"Ini memang ruangan saya," jawab Javier santai. Emma tampak mengerutkan keningnya belum mengerti maksud Javier.
"Di dalam ruangan ini ada fasilitas kamar," ujar Javier tau Emma belum paham maksudnya.
"Ummm...kalau begitu saya kembali bekerja dulu Pak," ucap Emma kaku pergi meninggalkan Javier.
"Tunggu dulu," ucap Javier menahan Emma. Wanita itu lalu berbalik menatap Javier.
Javier mengangkat tangannya memberi isyarat pada Emma agar mendekat. Emma lalu mendekati Javier.
"Kamu mau kerja apa lagi. Sudah jam 5," ujar Javier menunjukkan jam di ponselnya.
"Astaga..." gumam Emma menutup mulutnya. Bagaimana bisa ia tidur begitu lama. Ia pikir ini masih siang. Tapi ini bukan sepenuhnya salah dirinya. Javier lah yang pertama memintanya untuk menemani anak-anaknya menunggu supir menjemput mereka. Tapi ia juga salah karena malah ikut tidur dengan Lucio dan Leon.
"Ma..maaf Pak. I...itu..saya tadi tidak sengaja ketiduran," ujar Emma. Javier berdiri lalu mendekati Emma.
"Besok pagi, angkat barang-barang mu dari ruangan mu," ucap Javier seketika membuat Emma terbelalak.
"Maksud bapak saya dipecat?, Pak...saya mohon jangan pecat saya Pak, saya janji tidak akan mengulanginya lagi Pak," ujar Emma dengan cepat mendekati Javier hingga keseimbangan tubuhnya goyah terjatuh menimpa tubuh Javier. Emma yang sadar menimpa tubuh Javier mencoba bangkit namun tangannya ditahan oleh Javier.
"Pa..Pak____" perkataan Emma terpotong saat Javier menyambar bibir Emma. Jantungnya seperti ingin copot dari tubuhnya. Emma harap ini hanyalah mimpi saja. Ingatkan dia untuk segera bangun dari mimpinya.
Javier mencium bibir Emma dengan lembut dan mel*matnya secara bergantian. Emma yang terbuai dengan ciuman Javier menutup matanya. Tangannya meremas dada Javier. Perlahan tangan Javier mengusap-usap punggung Emma hingga turun ke bok*ng sexy Emma dan me*emasnya.
"Tidak..ini tidak benar.." batin Emma mencoba menyadarkan dirinya. Tapi ciuman Javier membuatnya lupa akan segalanya.