Skuel Terra The Best Mother
Lanjutan kisah dari Terra kini berganti dengan. tiga adik yang ia angkat jadi anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ANANDA 2
Flashback lima tahun lalu.
Nyonya Dira Sugandhi. Ia tersenyum puas setelah membuang menantu dan cucunya. Ia juga menyuruh beberapa orang bayaran mengacak rumah dan mencuri beberapa barang berharga. Semua baju menantu dan cucunya sudah dibakar oleh orang suruhannya.
"Akhirnya, kau bebas dari perempuan sialan itu!" ujarnya puas.
"Tujuh tahun aku bertahan dengan menantu yang bukan dari kalangan terhormat, akhirnya aku bisa membuangnya." ujarnya lagi penuh kelegaan.
Wanita itu mendengar kabar jika putranya Diro Sugandhi kecelakaan dan dikabarkan tidak selamat. Maka dengan cepat ia pun memutuskan untuk membuang menantu dan cucunya begitu saja.
"Tak akan kubiarkan dia mendapat sepeserpun harta dari kerja keras putraku!"
Diro menikahi Amaya Dianti Nugroho karyawannya. Amaya atau biasa dipanggil Ama ini memang seorang gadis yang sangat cantik dan cerdas. Sayangnya, dia bukanlah dari golongan orang berada, Ama hanyalah gadis yatim piatu.
Dira harus memasang topeng kebaikan selama lima tahun, karena memang kekayaannya didapat dari sang putra. Diro adalah putra semata wayangnya.
Ketika dua tahun belum mendapat cucu. Dira pernah menyebut Ama sebagai wanita mandul dan memaksa putranya menikah lagi.
"Ma, pernikahan ku dengan Ama baru dua tahun. Bahkan ada yang delapan tahun juga sampai belasan tahun baru diberi anak oleh Tuhan!" tolak Diro ketika sang ibu memaksanya menikah lagi.
"Nak, mama yakin jika Ama itu mandul. Ia tak akan hamil seumur hidup!"
"Cukup ma!" sentak Diro tak tahan.
Pria itu sudah berulang kali meminta ibunya untuk tak mencampuri rumah tangganya.
"Kau ... kau berani bentak mama?" cicitnya berdrama.
Dira menangis. Ia menatap tajam pada Amaya yang hanya berdiri mematung. Ia juga sedih melihat sang suami membentak ibunya seperti itu.
"Mas," peringatnya.
"Puas kamu Ama?" ujar Dira dengan tatapan kecewa.
"Karena membelamu, putraku membentak ibu yang mengandungnya!" lanjut wanita itu dengan berurai air mata.
"Ma cukup!" tekan Diro memohon.
"Aku minta berhenti ...."
"Hueek!" Ama tiba-tiba mual.
Diro langsung panik. Besok pagi ia membawa istrinya ke rumah sakit. Dira ikut, wanita itu berharap jika menantunya mendapat penyakit yang mematikan.
Sayang, harapannya tak terkabul. Dokter mengatakan jika Ama tengah mengandung dengan usia empat minggu.
Pupus sudah tuduhan wanita mandul. Dira, pun tak bisa melakukan apa-apa pada sang menantu. Ia juga tak ingin terjadi apa pun pada cucunya.
Namun semua kebaikan selama nyaris sepuluh bulan berubah ketika yang lahir adalah seorang bayi perempuan melalui operasi sesar.
"Ck ... perempuan lagi yang lahir ... apa hebatnya," ia menghina cucu yang baru saja dilahirkan.
"Saya minta, jika nyonya ingin anak lagi, agar menunggu tiga atau empat tahun lagi ya," ujar dokter memberi saran.
"Loh ... kenapa dok?"
"Kandungan nyonya Amaya sedikit bermasalah, jadi jika ingin hamil lagi agar kandungannya sehat, disarankan untuk menunggu sampai setidaknya empat tahun!" jelas dokter panjang lebar.
Diro mengangguk. Pria itu berpikiran hanya ingin anak satu saja. Ia tak mempermasalahkan jika keturunannya adalah anak perempuan.
Tahun berganti waktu berlalu. Lima tahun sudah usia buah cinta Diro dan Amaya. Bayi mungil itu tumbuh menjadi sosok cantik dan ceria juga ramah.
"Papa pergi dulu ya, sayang!' pamit Diro pada istri dan putrinya.
"Iya ... hati-hati di jalan ya pa," ujar gadis kecil itu dengan senyum indahnya.
Diro mencium kedua pipi putrinya. Lalu berpindah mencium cepat bibir sang istri. Ama dan putrinya melambaikan tangan hingga mobil keluar pagar.
Baru dua hari kepergian suaminya. Dira datang bersama beberapa orang dengan tubuh tegap. Mereka menyeret paksa Ama dan membius si gadis kecil.
Ama disumpal mulutnya dan ditaruh di bagasi. Sang gadis kecil diletakkan di bangku belakang. Lalu mereka dibuang di dua tempat yang berbeda.
"Maaf nyonya. Semua harta adalah atas nama Nyonya Amaya dan diwariskan pada putrinya!' begitu penjelasan sang pengacara.
Dira mengamuk sejadi-jadinya. Ia tak terima karena itu adalah harta peninggalan putranya.
Lebih dikejutkan lagi, tiga hari setelah membuang menantu dan cucunya, Diro datang dengan wajah penuh kelegaan. Ia nyaris jadi korban kecelakaan jika saja ia tak salah menaiki pesawat.
"Mana istriku!' teriak pria itu.
"Istrimu lari dengan lelaki lain!" dusta sang ibu.
"Jangan bohong ma!" bentak Diro tak percaya.
Pria itu tiba-tiba ke sebuah ruangan. Dira mengikuti putranya sambil terus mengungkap kebohongan.
Dira terkejut ternyata ia berada di ruang intai. Seluruh rumah dipasang kamera. Ia menelan ludah kasar.
Diro menatap nyalang ibunya. Wanita itu tak bisa mengelak lagi.
"Andai kau bukan ibuku, ku pastikan kau membusuk dipenjara ibu!"
Diro pun menyewa beberapa detektif sayang, ia tak bisa menemukan istri dan juga putrinya.
flashback end.
Pagi menjelang. Ananda masih lemah dan pucat. Nai dan Daud mengatakan pada Virgou jika Ananda mesti dipindah ke rumah sakit, karena memang harus mendapat perawatan intensif.
"Baik lah kita pindahkan dia," ujar Virgou setuju.
Ananda akhirnya dipindahkan ke rumah sakit Pratama Hospital. Rumah sakit milik Nai, Daud dan Arimbi masih proses perijinan, jadi belum bisa digunakan.
"Nenek!" panggil gadis kecil itu.
"Nenek di sini, cu," sahut sang nenek.
Sebuah ruangan vvip yang sangat mewah dan berkelas. Ada dua ranjang di sana.
Seorang dokter muda tampan datang menghampiri Nai. Virgou langsung menatap tajam pria yang tersenyum pada putrinya itu.
"Pa-pagi dok," sapanya takut-takut.
"Pagi dok. Perkenalkan ini pasien yang harus anda rawat, namanya Ananda, usia sepuluh tahun," jelas Nai.
Terdengar helaan napas besar keluar dari hidung pria dengan sejuta pesona itu. Nai menatap Virgou, ia terkikik geli.
"Daddy," tegurnya sambil menahan senyumnya.
"Ck ... menyebalkan!" gerutu pria itu.
Nai terkekeh melihat sikap posesif ayahnya itu. Gadis itu memberi catatan daftar kendala kesehatan yang dialami oleh Ananda..
"Jadi ususnya diduga lengket dan asam lambungnya tinggi?"
"Benar, dok!"
"Kita rontgen semuanya ya," ujar dokter itu.
"Dok ... memang cucu saya sakit apa?" tanya sang nenek.
"Hanya sakit maag biasa, nek ... oh ya, nenek juga diperiksa ya."
Nenek itu mengangguk. Lalu, dengan sebuah brankar Ananda pun dibawa untuk dirontgen.
Setelah melewati beberapa pemeriksaan dan cek darah. Akan diketahui apa penyakit yang diderita bocah perempuan malang itu.
Dokter Arifin berkali-kali mencuri pandang pada Nai. Nai memang belumlah dokter. Gadis itu masih menyusun beberapa program agar ia bisa jadi dokter umum lalu kembali menempuh pendidikan menjadi dokter kandungan.
Virgou mengepalkan tangannya erat-erat. Rahangnya mengeras, sungguh ingin ia lempar pria yang tengah mencuri pandang putrinya itu. Hingga ketika seperti sengaja, Arifin mendekatkan tubuhnya pada tubuh Nai.
"Ehem!"
Virgou berdehem keras sampai keduanya menoleh. Arifin memucat ketika tatapan membunuh dipasang oleh pria itu padanya.
"Pe ... pemeriksaan akan keluar sekitar tiga puluh menit lagi," ujarnya gugup dan takut.
Nai mengangguk. Ananda dan nenek dibawa kembali ke ruang rawatnya. Infus masih menancap dipergelangan tangan kanannya.
"Nai, ayo!" ajak Virgou dengan nada posesif.
"Dok, untuk penanganan selanjutnya, anda bisa langsung beri kabar lewat nomor ini," ujar Nai menyerahkan kartu nama.
Arifin seakan senang ketika mendapat kartu nama. Ia mengira itu adalah kartu nama sang gadis. Tapi, sejurus kemudian, wajah senangnya berubah kecewa.
"Dahlan SE?"
"Itu yang akan mengurusi semua masalah kesehatan Ananda dan nenek," jelas Nai dengan senyum tenang.
Arifin mengangguk lalu mengantongi kartu itu. Nai pamit pada Ananda dan nenek. Ia pergi dengan Virgou.
"Jangan berharap banyak ... dokter!" tekan Virgou datar pada pria itu.
Arifin menelan saliva kasar. Ia menatap dua punggung yang menghilang ketika pintu ruangan tertutup.
"Salah sendiri punya putri cantik," dumalnya pelan sekali.
Setelah mendapat laporan dari laboratorium akan kesehatan Ananda dan nenek. Pria itu langsung melaporkannya pada pria di kartu nama.
Bersambung.
wah ...
next?