Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
Setelah berhenti tertawa dan tenang kembali, Alex yang masih bersungut sungut menoleh ke arah lain,
“Trus kak Alex bisa sihir ?” tanya Lina.
“Huh...bisa, yang tadi itu sihir, yang banyak tentakel tadi mengikat Rio namanya dark bind, yang tangan besar namanya dark holder dan aku pindah pindah memakai sihir teleport dan yang ini dark fire,” jawab Alex.
Alex mengangkat jarinya, di ujung jarinya muncul lidah api berwarna hitam seperti bayangan yang terlihat menari nari dan berukuran kecil. Alex menggoyangkan jarinya untuk menghilangkan api di atasnya.
“Hmm menarik,” ujar Rio.
“Menarik kan, gue bisa pakai sihir jadi cerita yang gue ceritain itu ga bohong, gue emang datang dari dunia lain dan terdampar di sini,” balas Alex.
“Gara gara dukun haha,” ledek Sarah.
“Jangan ketawa ah, emang itu yang sebenernya,” balas Alex.
“Emang kak Alex datang ke bumi tahun berapa ? masih ada dukun,” ujar Lina.
“Hmm kalau ga salah 1999 deh, pokok nya lagi rame waktu itu, ga tau ribut apaan,” jawab Alex.
“Trus ketabrak bus nya ?” tanya Rio.
“Sekitar 18 atau 19 tahun yang lalu, pokonya waktu melek, gue udah ada di panti asuhan dan ada ibu ibu yang lagi nyebokin gue, gila ga masa demon lord di cebokin ama manusia, parah,” ujar Alex.
“Tolong ya Lex, gue udah mules nih dari tadi denger cerita lo, jangan di tambahin lagi,” ujar Rio.
“Jeee gue beneran kali, masalah harga diri itu,” ujar Alex.
“Trus sekarang lo masih mau balik ke dunia asal, kak Alex ?” tanya Sarah.
“Yah kalau bisa balik ya balik, kalau enggak ya ga apa apa juga, gue seneng juga di sini, santai hehe,” jawab Alex.
“Hmm bener bener, udah netep aja, lagian udah punya ktp kan lo,” ujar Rio.
“Udah dong, berkas gue lengkap, akte lahir, kartu keluarga, ktp, lengkap,” balas Alex.
“Ada ya demon lord kayak gini, ga habis pikir gue,” ujar Lina.
“Hehe ada lah, eh gue mau nunjukin sesuatu ama kalian, masih belom bel kan,” ujar Alex berdiri.
“Sesuatu apa ?” tanya Rio.
“Udeh ikut aja dulu,” ajak Alex.
Rio, Sarah dan Lina berdiri, mereka mengikuti Alex keluar kelas kemudian menyebrang ke ruangan tempat Alex tidur sebelumnya. Ketika masuk, di dalam ruangan itu banyak sekali komputer.
“Lah lo tidur di lab komputer ?” tanya Rio.
“Yoi, sini buruan, ntar keburu bel,” ajak Alex sambil berjalan agak cepat ke komputer paling ujung.
Setelah sampai, Alex langsung duduk dan menyalakan monitornya, begitu monitor menyala, Rio, Sarah dan Lina langsung kaget karena layar menampilkan sebuah foto bola hitam besar bersinar di sisi nya seperti gerhana matahari, mengambang sekitar 20 meter di atas permukaan laut.
“Ini gue ambil dari database tim sar salah satu negara yang sedang melakukan pencarian pesawat terbang, kapal selam, kapal induk dan ferri yang menghilang,” ujar Alex.
“Ini beneran ?” tanya Rio.
“Beneran, lo liat aja tanggal dan jam foto ini di ambil,” jawab Alex sambil menunjuk ke bagian sisi bawah foto.
“Bola apa itu ya ?” tanya Sarah.
“Mirip gerhana matahari tapi kok di atas laut ya ?” tanya Lina.
“Sihir elemen darkness, gue juga bisa bikinnya, sihir itu namanya dark hole, tapi bentuknya agak lain sih dengan sihir gue, ” ujar Alex.
“Bentar ini dimana ?” tanya Rio.
“Samudra pasifik,” jawab Alex.
“Apa ? berarti pesawat bokap nyokap gue lewat bola ini dong,” gumam Rio.
Rio langsung memegang kantung celananya dan kantung kemejanya yang robek, kemudian dia berlari keluar ruangan dan kembali ke kelas sebelumnya, dia langsung mencari cari sesuatu di tumpukan meja dan kursi di sudut ruangan, dia juga memeriksa tempat dia terhempas dan jatuh, Sarah menyusul Rio masuk ke dalam kelas,
“Lo nyari apa ?” tanya Sarah.
“Smartphone gue,” jawab Rio.
“Loh kayaknya lo ga bawa deh, tadi pagi gue liat masih di charge dan lo udah ga cabut selama dua harian,” balas Sarah.
“Lah lo kenapa ga ngomong ?” tanya Rio.
“Gue pikir lo nyadar, sori,” jawab Sarah.
“Ya udah ga apa apa, ntar pulang aja gue cek,” balas Rio.
“Mending lo pulang sekarang gih, liat baju lo,” balas Sarah.
Rio menoleh melihat ke bawah, dia melihat seragamnya yang sudah tinggal separuh menutupi bagian atas tubuhnya dan sudah menjadi lengan buntung.
“Ya udah gue balik dulu deh,” ujar Rio.
“Iya, bawa motor ?” tanya Sarah.
“Ga usah, lari aja, ntar gue balik lagi, cuman ngambil smartphone ama ganti seragam,” jawab Rio.
“Ok deh, ntar gue bilangin guru wali kelas lo deh,” ujar Sarah.
“Sip thanks ya,” balas Rio.
Rio langsung berlari menuruni tangga, kemudian berjalan di koridor karena banyak orang, banyak siswa dan siswi yang melihat penampilan Rio, para siswi menutup mata mereka namun sedikit mengintip, ada juga yang langsung mengipasi lehernya karena gerah mendadak. Rio turun ke lantai satu dan menarik perhatian semua orang. Tiba tiba lengannya di colek seseorang,
“Lo kenapa ?” tanya Yuli sambil mengejar Rio.
“Oh kena listrik tadi, dah ya gue balik dulu, ganti baju,” jawab Rio sambil berjalan.
“Hah kena listrik ? lo ga kenapa napa ?” tanya Yuli.
“Ga apa apa, dah ya, gue musti lari nih,” jawab Rio.
“Ok deh, hati hati lo,” balas Yuli.
Yuli berhenti menatap Rio yang semakin menjauh, ketika sampai di pintu gerbang masuk gedung, Rio berpapasan dengan empat gadis yang kemarin di temuinya di supermarket, empat gadis itu melihat Rio dengan mata membulat dan mulut menganga, kepala mereka mengikuti Rio yang melewati mereka.
“Itu...cowo nya Sarah yang kemarin kan ?” tanya Sofi.
“Iya bener, kenapa berantakan gitu ya ?” tanya gadis berambut pendek.
“Bodo amat, emang orang aneh kan, dah lah yu,” ajak seorang gadis berambut kepang.
“Haha iyalah orang aneh, ganteng ganteng aneh, kelakuannya parah lagi,” balas gadis berambut pendek.
“Yah dia mau ama si Sarah, seleranya busuk, penampilan busuk semuanya busuk, cocok buat si Sarah,” balas Sofi.
“Oi, barusan lo bilang apa ?” tanya seseorang di depan ke empatnya.
Sofi dan ketiga temannya menoleh, mereka melihat Sarah berdiri di depan mereka dan Yuli di belakang Sarah. Sofi tersenyum sinis dan mendekatkan wajahnya ke wajah Sarah,
“Cowo lo aneh, busuk, gue yakin orang tuanya juga busuk, sampah,” ujar Sofi sengaja.
“Krep,” tangan Sarah langsung naik mencekik Sofi dan mengangkatnya ke atas sampai membuat Sofi meronta ronta,
“Lo jelekin gue, lo gosipin gue, lo menghina orang tua gue, selama ini gue diemin, gue anggep angin lalu, tapi sekali lagi lo menghina Rio, gue habisin lo tanpa ampun,” ujar Sarah geram.
“Oi Sar, lepas,” Yuli yang takut berusaha agar Sarah melepaskan Sofi.
“Le..le..lepas...so...sori,” ujar Sofi.
Sarah melepaskan Sofi yang langsung jatuh, ke tiga temannya langsung membantu Sofi berdiri, Sofi melihat Sarah sambil memegang lehernya dan langsung berpaling, teman temannya tidak ada yang berani menatap Sarah, mereka mendorong Sofi supaya berjalan masuk ke dalam meninggalkan Sarah. Tangan Sarah masih gemetar dengan hebat dan giginya masih gemeretak, Yuli memegang tangan Sarah,
“Tenang Sar, gue tahu lo marah, tapi lo harus tenang,” ujar Yuli.
“Mereka menghina orang tua Rio, lo tau ga sekarang orang tua Rio hilang bersama dengan pesawat yang mereka tumpangi, dia pulang bukan cuman buat ganti baju, dia mau cek smartphone nya karena khawatir, kasihan Rio tahu ga,” balas Sarah geram.
“Iya, gue ngerti, keluar dulu yu, cerita ama gue,” ajak Yuli.
Tangan Yuli mengelus ngelus punggung Sarah sekaligus mengajak Sarah berjalan keluar gedung sekolah. Banyak siswa yang tertegun namun kembali lagi seperti biasa seakan akan tidak terjadi apa apa.