Setelah orang tua nya bercerai, Talita dan kedua adiknya tinggal bersama ibu mereka. Akan tetapi, semua itu hanya sebentar. Talita dan adik-adik nya kembali terusir dari rumah Ibu kandung nya. Ibu kandungnya lebih memilih Ayah tiri dan saudara tiri nya. Bukan itu saja, bahkan ayah kandung mereka pun menolak kedatangan mereka. Kemana Talita dan adik-adik nya harus pergi? Siapa yang akan menjaga mereka yang masih sangat kecil? Jawaban nya ada di sini. Selamat membaca. Ini novel kedua ku ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Kok kakak maafin sih Ibu Gincu Merah itu. Ntar kalau dia makin merajalela, gimana?"
"Tania, memang berbuat salah itu tidak baik. Hanya saja, kita masih belum tahu apa alasan Bu Romlah melakukan ini semua. Kalau ada satu kesempatan, kenapa nggak."
"Iya deh. Kakak memang terbaik."
Rian masih di sana dan duduk sambil melihat dua orang kakak beradik yang sedang berbicara. Dari awal perjumpaan nya dengan Talita, ia sudah merasa berbeda.
Dengan kejadian hari ini, ia pun semakin mengagumi wanita itu.
"Loh, Om Rian masih di sini aja? Kok nggak pulang? Jangan-jangan Om ini polisi gadungan, ya?"
"Eits, sembarangan aja. Kan nggak semua polisi tugas nya di kantor."
"Trus waktu itu, kok Abang ada di kantor? Pas Talita di laporin itu tu."
"Oo, kebetulan abang lagi bantuin teman yang kebelet. Sebenarnya abang cuma lagi numpang duduk, namun tiba-tiba malah dengar curhatan kamu. Oh ya, abang dengar kamu balik lagi ya ke kantor polisi?"
"Iya, adik-adik Talita menyusul ke kantor polisi."
"Bagaimana cerita nya?"
Talita menghembuskan nafas dan mulai bercerita apa yang telah terjadi pada nya. Bagaimana ia bisa bertemu dengan adik-adik nya dan bagaimana Tasya bisa meninggal waktu itu.
"Semenjak kejadian itu, teman Talita yang bernama Bagas, tidak pernah muncul lagi, bang. Talita khawatir terjadi sesuatu dengan nya."
"Bagas Sudiro?"
"Kok bisa tahu?"
"Siapa sih yang nggak tahu siapa mereka. Kamu tahu, penculik adik-adik mu itu di bawah kekuasaan Sudiro dan Henri Borison."
"Siapa itu Henri Borison?"
"Seorang mafia ke-jam."
"Kalau memang mereka dalang nya, mengapa mereka tidak di tangkap?"
"Apalah daya, kami hanya polisi tingkat rendah yang tidak bisa sembarangan menangkap orang. Apalagi jaringan mereka sangat luas. Kalau pun ada bukti, dengan mudah mereka bisa menghilang kan nya."
"Apa bagas dalam bahaya? Soalnya, dia yang membantu ku menemukan adik-adik ku saat itu."
"Aku, tidak tahu. Tapi, bisa ku pastikan ia akan mendapatkan masalah. Karena kali ini, mereka telah gagal menyelundupkan anak-anak kecil keluar."
"Untung saja aku cepat menemukan mereka. Kalau tidak, pasti aku tidak akan pernah melihat adik-adik ku lagi. Walaupun Tasya harus pergi selama nya karena kejadian itu."
"Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu, ya. Lain kali saya akan datang ke sini untuk membeli kue buatan mu."
Rian pun pergi meninggalkan kediaman Talita. Dari arah samping muncul Bu Romlah. Ia berjalan pelan agar tidak ada tetangga yang tahu.
"Bu Romlah? Ada apa?"
"Begini, saya mau minta maaf sekali lagi Talita."
"Iya. Sudah Talita maafkan kok bu. Tidak usah di pikirkan lagi, ya."
"Talita, sebenarnya ibu sudah tidak tahan lagi hidup bersama suami yang pemalas itu. Setiap hari kerja nya hanya tidur dan main judi. Uang hasil jualan habis entah kemana. Dan dia juga yang memiliki ide supaya saya berjualan seperti dirimu."
Bu Romlah bercerita panjang lebar tentang suami yang selalu berbuat kasar pada nya. Suami nya juga yang selalu ingin beliau berbuat ja-hat pada Talita.
Talita tidak habis pikir, mengapa Bu Romlah masih saja mempertahankan rumah tangga nya yang sudah seperti itu.
"Apa masih ada cinta di hati Ibu untuk suaminya?"
"Cinta? Semenjak dia membawa perempuan lain ke rumah, saat itu juga cinta untuk nya telah hilang. Ibu bertahan hanya demi anak-anak. Akan tetapi, terkadang anak-anak juga sering menjadi tempat pelampiasan nya laki-laki itu. Ibu bingung sekarang harus gimana Talita."
" Ya ampun Bu Romlah, kami ini yatim piatu. Sudah susah dari sana nya. Dan sekarang Ibu malah minta bantuan kakak saya."Ucap Tania.
"Tania,, nggak baik memotong pembicaraan orang dewasa."
"Iya, kak. Maafin Tania. Hanya saja Bu Romlah salah tempat kalau ingin meminta bantuan. Cocok nya langsung pergi ke pengadilan, cerai deh."
"Tania,,"
"Iya.. Iya.."
"Maafkan adik saya ya, Bu Romlah."
"Iya nggak apa kok, Talita. Ibu ngerti. Benar apa yang dikatakan oleh Tania. Harus nya Ibu tidak membiarkan ini berlarut-larut. Jadi lah hancur hidup Ibu sejak lama gara-gara mempertahankan nya."
"Omongan Tania jangan terlalu di ambil hati, Bu. Dia masih kecil jadi kalau ngomong suka seenak nya saja."
"Tania nggak salah. Justru apa yang ia katakan ada benar nya. Seandainya dari sejak lama ibu cerai dengan laki-laki itu, pasti sekarang hidup kami sudah aman. Tidak ada lagi yang namanya di kejar-kejar hutan judi di sana sini. Belum lagi banyak wanita yang mengaku pacar nya. Hah! Bisa stres lama-lama."
Talita hanya tersenyum saat mendengarkan curhatan hati Bu Romlah. Ia merasa iba juga dengan kehidupan beliau. Namun, apa daya. Ia juga hanya seorang anak remaja yang kehilangan keluarga.
Setelah bercerita panjang lebar, Bu Romlah akhir nya pulang. Entah apa yang akan terjadi dengan rumah tangga nya. Itu bukan lah menjadi urusan Talita.
Talita dan Tania mulai menyusun kembali kursi dan meja yang berantakan. Berhubung hari libur, jadi mereka bisa bersantai-santai saja.
Untuk makan siang, masih ada sisa perkedel dan ayam yang sudah di ungkep di kulkas. Tania hanya perlu menggoreng nya saja. Tinggal ulek cabe, tomat dan bawang. Sat set jadi deh sambel ulek ala Tania.
"Kak, sarapan dulu. Jangan gara-gara bu Romlah kakak nggak makan ya. Ini untuk siang udah Tania sisihkan. Nanti sambel nya tinggal Tania ulek lain aja.
"Iya, ini sebentar lagi kelar. Kakak pindahin bolu nya dulu ke dalam piring. Trus ini mau goreng risol nya dulu. Jadi nanti tinggal di angin-angin kan.
"Tania makan duluan, ya. Udah lapar banget. Kayak nya pada demo ni cacing gara-gara Bu Romlah."
"Dek, nggak baik gitu. Bentar-bentar nama Bu Romlah yang di sebut. Ntar jodoh baru tahu rasa."
"Jodoh apaan?"
"Jodoh bakalan jadi mantu nya. Aseeekkk."
"Tidaaaaaakkkk."