Celsi harus menjalankan misi yang mengharuskannya berhadapan dengan pria berhati iblis—gelap seperti malam dan dingin bak es. Namun, semakin jauh langkahnya, ia terseret dalam pusaran dilema antara sang protagonis yang menarik perhatian dan sang antagonis yang selalu bermain cantik dalam kepalsuan. Terjebak dalam permainan yang berbahaya, Celsi mulai kehilangan kendali atas pilihannya, dan kenyataan semakin buram di tengah kebohongan dan hasrat tersembunyi
#rekomendasi viral
#kamu adalah milikku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwika Suci Tifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
serangan
Di pagi harinya Celsi telah mempersiapkan segalanya untuk pergi ke Bandung dan Celsi tidak tau kapan akan kembali ke mansion ini.
Celsi membawa kopernya yang berisi barang yang sudah di persiapannya dan juga pelindung sekaligus perisai yang diberikan Xaviar.
Tiba di mobil Celsi merasa aneh, karena Xaviar tidak ada membawa apapun.
" Lo nggak bawa koper? " Tanya Celsi dengan aneh.
" Tidak di butuhkan " jawab Xaviar enteng.
Celsi menjatuhkan rahangnya.
Padahal Celsi telah membawa dua koper bahkan sebenarnya kurang namun Xaviar tidak membawa apapun.
" Sejarah kalau nih orang bawa koper mah, kalau ada sesuatu yang dibutuhkan tinggal beli " ucap Reyhan membuka suara.
Sebenarnya sejak tadi Reyhan hanya ingin diam karena kesal sama Celsi namun mulutnya gatal untuk berbicara hingga akhirnya keluar lah suara indahnya.
" Orang kaya mah gitu, kalau gue apalah nih " gumam Celsi.
" Oh ya gimana kekasih Lo kata dokter baik-baik aja atau gagal otak ?" Tanya Celsi lagi menatap legan belakang Reyhan.
" Udah gue bilang bukan kekasih gue " ucap Reyhan lagi saat Celsi masih salah paham.
" Mana mungkin gue bohongi mata gue, jelas - jelas kemarin gue lihat sendiri "
" Seterah Lo dah, gue pasrah aja yang penting orangnya udah di alam lain "
" Maksud Lo kekasih Lo mati " tanya Celsi lagi membenarkan pendengarannya.
" Iya udah gue buang ke jurang, puas Lo "
" Sadis amat Lo " ucap Celsi ngeri.
Reyhan memutar bola matanya jengah dan kembali fokus menyetir.
Tiba di pesawat Celsi tidak bisa berhenti mengangumi pesawat bahkan saat terbang pun Celsi masih heboh. Karena ini kali pertamanya Celsi menaiki pesawat, dulu boro - boro keluar daerah yang ada Celsi malah memilih berada di kamarnya dan menghabiskan waktu liburannya dikamar, sedangkan keluarga yang lain pergi jalan - jalan.
" Udik banget Lo " ucap Reyhan yang merasa malu dengan tinggal Celsi untungnya mengunakan jet pribadi kalau tidak hilang sudah wajah Reyhan.
" Biarin dan seterah gue lah, hidup- hidup gue Lo kok sinis " jawab Celsi tak kalah pedas.
Reyhan mengangkat tangannya menyerah dan membiarkan Celsi dengan ke udik kanya.
Sesampainya di Bandung Celsi lagi - lagi di buat terpukau dengan keindahan Bandung.
Celsi ingin pergi jalan - jalan dan memakan berbagai macam makanan yang ada di Bandung yang tidak ada di Jakarta.
Namun perkataan Xaviar mematahkan semua impian Celsi dan Celsi tersadar jika kepergiannya ke Bandung hanya untuk menjalankan misi.
" Besok kita akan mencuri persenjataan milik mafia Atur, persiapkan diri Lo "
" Baik " jawab Celsi dengan semangat, sekaligus loyo.
Sesampainya di kediaman yang katanya milik Xaviar, Celsi pun langsung memasuki kamar yang sudah di persiapkan untuknya.
Celsi merebahkan tubuhnya di kasur yang lembut dan memejamkan matanya dan kembali dibukanya.
" System .." panggil Celsi
" Iya tuan "
" tanpakkan diri Lo kalau kek gini gue kaya bicara sama hantu "
" Baik tuan "
" System Lo bisa nggak buat alat pelindung dan perisai ini berada di tubuh Xaviar tanpa merasakan berat dan juga buat Xaviar tidak sadar jika dia memakai perisai " tanya Celsi dengan penuh harapan.
" Bisa tuan "
" Bagus besok kalau kita menuju di bagian utara tepatnya dibawah tanah di taman kota Lo pakaikan alat pelindung itu dan juga perisai itu yah di tubuh Xaviar "
" Baik tuan "
" Oh nya koin gue bisa nggak ditukarkan dengan alat penyetruman " tanya Celsi lagi.
" Bisa tuan "
" Mana "
Celsi mengeluarkan tangannya dan terlihat lah benda memanjang berbetuk tangkai permen segenggam tangan ditangan Celsi yang terdapat tombol hijau dan merah.
" Tuan ingin menampilkan data diri "
" Tidak terimakasih " tolak Celsi dengan halus.
Celsi tidak lagi menemukan keberadaan system.
Celsi pun menyimpan alat itu dengan baik.
Alur cerita sudah mulai berubah sehingga Celsi harus mempersiapkan diri jika ada kejadian yang bertolak belakang dengan yang diceritakan dalam novel Balck Love.
Celsi mengistirahatkan tubuh untuk aktivitas berat besoknya.
Sedangkan Xaviar merancang strategi untuk masuk dan mencuri persenjataan milik Mafia Atur.
Dengan semua bawahannya yang dikumpulkan di ruangan pribadi miliknya yang kedap suara.
" Jelas dengan strateginya " ucap Xaviar dengan dingin.
" Jelas tuan "
" Besok Lo lindungi gadis ini " ucap Xaviar menunjuk Reyhan.
" Ogah, yang ada tuh udik ngerepotin gue besok " tolak Reyhan dengan tegas.
" Ok mati " ucap Xaviar dengan nada datar.
"Eh... tidak- tidak, baik gue lindungi udik itu "
" Nanti malam panggil gadis itu keruangan ini " ucap Xaviar entah pada siapa.
" Gue yang disuruh nih " tanya Reyhan menunjuk dirinya sendiri.
" HM..."
" Baik lah " pasrah Reyhan.
Setelah itu Xaviar mengusir semua bawahannya menggunakan tangan.
Sesuai janji Reyhan memangil Celsi tepat di jam 8 malam.
"Tok..."
" Tok..."
Reyhan mengetuk pintu kamar Celsi, setelah menunggu dua menit akhirnya Celsi membuka pintu dengan menguap.
" Tidur aja kerja Lo "
" Iri "
Celsi menyenderkan badannya di tembok yang berada disebelahnya.
" Mana mungkin gue iri sama udik "
" Oke ke intinya ada apa ?"
" Lo di panggil Xaviar keruangan pribadinya " jawab Reyhan.
" Baik ayok pergi "
Celsi mendahului Reyhan dan berjalan keruangan pribadi milik Xaviar yang dijelaskan dalam novel jika letaknya berada disebelah gudang bawah yang dibelakangnya ada taman belakang dan samping ya kolam berenang dan depannya kamar pelayan.
" Lo tau dimana tempatnya "
" Tau "
" Dari mana Lo tau, kan Lo baru pertama kali kesini " tanya Reyhan dengan curiga.
Celsi tersentak, baru ingat jika Reyhan tidak mengetahui tentang ya.
" Xaviar yang kasih tau , kalau nggak percaya tanya aja "
" Oke, kali ini gue percaya "
Setelah itu Celsi dan Reyhan melanjutkan jalannya, tiba di pintu putih Celsi mengetuk pintu.
" Tok..."
" Tok..."
" Masuk "
Setelah mendapatkan persetujuan dari sang pemilik ruangan Celsi masuk kedalam tanpa ditemani Reyhan.
Saat menutup pintu Celsi tidak lagi menemukan keberadaan Reyhan.
Celsi tidak mempermasalahkannya dan menatap Xaviar yang tengah menopang dagunya menggunakan kedua tangannya. Menunjukkan seringai yang dibalas senyum kecil oleh Celsi.
" Beritahu semua yang Lo tau tentang tokoh bunglon yang Lo bilang di mobil itu "
Celsi yan ingin duduk dibuat menenggang.
" Gue nggak tau tentang dia yang gue tau dia punya dendam sama Lo sehingga ingin menghancurkan Lo "
" Lo pernah bertemu dengan dia "
" Tidak "
" Ok, Lo besok hanya perlu diam saja dan hanya sebagai penonton jangan pernah sekali - kali bergerak tanpa persetujuan gue ataupun perintah gue "
" Baik lah dan juga Lo perlu berhati-hati juga " peringat Celsi.
" Pakai alat pelindung dan perisai itu "
" Iya pasti lah, gue masih sayang nyawa. Emangnya elo yang nyiksa diri Lo sendiri dengan obat Lo itu " sindir Celsi.
Xaviar mengusir Celsi dengan tangannya.
Celsi yang mengetahui tanda itu menghela nafas panjang.
" Besok Lo harus jaga diri, karena hidup hanya sekali jangan sia-siakan diri Lo dan ditambah Lo belum bisa kembali dengan hati Lo yang terbuka ataupun merasakan mencintai seseorang " ucap Celsi sebelum akhirnya menutup pintu ruangan Xaviar.
Jika Xaviar pergi ke alam lain sebelum Celsi menyelesaikan misinya, bisa - bisa Celsi ikut bersama Xaviar ke dalam lain tidak lagi bisa bertemu dengan keluarganya.
Setelah melakukan pembicaraan tertutup Celsi kembali ke kamarnya.
Celsi, Xaviar, Reyhan dan lainnya telah berada di taman dan taman telah dikepung oleh pasukan milik Xaviar yang sejak tadi mereka bersembunyi dan akan menampakkan diri jika telah diberi sinyal oleh Xaviar.
Sebagian pasukan Xaviar telah memasuki ruangan bawah tanah tempat persenjataan milik mafia Atur disembunyikan.
Letaknya sungguh sangat berbahaya namun juga tidak terpikirkan oleh musuh lainnya, karena letaknya tidak memungkinkan, apa lagi suasana nya ditempat banyak orang.
Pintu masuknya berada di toilet umum dan di sebelahnya terdapat toilet rusak dan di situlah pintu masuknya.
Sekarang Celsi, Reyhan dan Xaviar sedang menuju ke toilet itu dengan masker untuk menutupi diri.
Sejak tadi jantung Celsi berdetak sangat kencang.
" Dag Dig Dug..."
Ditambah tangan Celsi yang telah dingin seperti es.
Dan disinilah giliran Celsi untuk masuk kedalam lubang di bawah toilet yang dibantu oleh Xaviar.
Xaviar memeluk pinggang Celsi lalu menurunkannya setelah merasa kaki Celsi telah menginjak tanah , setelah itu Xaviar kembali menutup lubang itu.
Celsi hanya mengekor Xaviar dan disampingnya ada Reyhan yang sama me megang pistol dengan menatap sekitarnya dengan waspada.
Celsi tersentak kaget, saat Xaviar merangkul pinggangnya dan berbisik di telinganya.
" Lo mau mati " ucap Xaviar dingin meremas pinggang Celsi dan menatap wajah Celsi dengan marah.
Xaviar baru sadar jika Celsi tidak memakai alat pelindung dan perisai itu saat mengangkat tubuh Celsi, Xaviar merasakan tubuh Celsi tanpa ada benda keras.
Niat Xaviar membiarkan Celsi menonton di sebelahnya di urungkan saat Celsi tidak memakai benda itu.
Di tambah Xaviar merasa takut jika ada orang yang menembakkan di bawah pengawasannya.
" Maaf, benda itu sangat barat jadi gue nggak jadi pakai deh " ucap Celsi sambil menunduk yang sebenarnya hanya kebohongan yang sebenarnya benda itu berada di tubuh Xaviar tanpa di ketahui Xaviar.
" Tetap di samping gue " perintah Xaviar menatap tajam Celsi setelah itu kembali menatap sekelilingnya.
Celsi ikut menatap sekelilingnya yang berasa aneh karena sepi, harusnya ada orang dengan senjata yang akhirnya Xaviar tembak dengan pistol kedap suaranya, namun sampai di ruangan persenjataan tidak ada satupun orang yang menjaga yang anehnya juga tidak ada yang menjaga ruangan persenjataan.
" Waspada, sepertinya mereka sudah tau rencana kita " ucap Xaviar dengan suara pelan namun masih bisa di dengar Celsi dan Reyhan.
Xaviar makin melindungi Celsi yang membuat hati Celsi melunak.
Celsi memegang lengan Xaviar dengan tangan yang dingin yang bisa dirasakan oleh Xaviar.
Xaviar menatap Celsi sebentar saat merasakan tangan Celsi yang dingin.
Celsi menatap Xaviar yang memberikan sinyal mengatakan aman dan akan baik-baik saja lewat matanya membuat Celsi lebih tenang walaupun tidak dipungkiri tangannya masih dingin.
Xaviar membuka pintu persenjataan dan di sambut Peluru yang mengarah mereka.
Segera Celsi menutup pintu itu tanpa aba - aba Xaviar.
" Xaviar lebih baik kita keluar " ucap Celsi dengan takut.
" Terlambat "
Reyhan menembak para berbaju hitam yang mengepung mereka.
Xaviar ikut membantu menembak dengan satu tangan dan tangan satunya lagi masih merangkul Celsi.
Celsi menyembunyikan kepalanya di dada bidang Xaviar dengan mata tertutup.
Xaviar sedikit mengangkat tubuh Celsi hingga kakinya tidak lagi menginjak tanah dan berputar dengan menembak dan menendang pintu yang tadinya di tutup kembali di buka dengan kaki Xaviar dan Xaviar bersembunyi di balik tembok membuat Peluru itu mengenai orang - orang berbaju hitam.