Di tahun 70-an, kota ini penuh dengan kejahatan yang berkembang seperti lumut di sudut-sudut gedung tua. Di tengah semua kekacauan, ada sebuah perusahaan detektif swasta kecil tapi terkenal, "Red-Eye Detective Agency," yang dipimpin oleh Bagas Pratama — seorang jenius yang jarang bicara, namun sekali bicara, pasti menampar logika orang yang mendengarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
Sejak pertemuan dengan Ratna, Bagas dan Siti mulai melihat kehidupan sehari-hari mereka dengan rasa waspada yang baru. Semua orang di sekitar mereka, baik klien, saksi, atau bahkan teman lama, sekarang tampak seperti potensi ancaman. Mereka tahu bahwa Sang Bayang bisa berada di mana saja, menunggu untuk melancarkan serangan di saat mereka lengah.
Suatu malam, ketika mereka sedang bekerja di kantor, telepon berdering. Suara di seberang telepon terdengar samar, nyaris tak terdengar, tetapi pesannya jelas:
“Bagas, Siti… kalian terlalu jauh menyelidiki. Ini bukan permainan untuk kalian. Jika kalian melangkah lebih jauh, kalian tidak akan keluar hidup-hidup.”
Bagas mendengarkan dengan tenang, lalu menjawab dengan nada dingin. “Katakan pada Sang Bayang bahwa kami tidak akan berhenti. Kami akan mengungkap semuanya, tak peduli seberapa keras kalian mencoba menakut-nakuti kami.”
Telepon terputus dengan suara tawa pelan yang bergema di benak mereka berdua. Siti yang mendengarkan dari samping, menatap Bagas dengan tatapan tegas meskipun ia tahu ancaman itu bukan sekadar gertakan.
“Kita harus lebih berhati-hati, Pak. Orang-orang ini tampaknya punya jaringan lebih besar dari yang kita bayangkan,” kata Siti, mencoba menenangkan diri.
Bagas mengangguk. “Kita akan melanjutkan, tapi kali ini kita butuh bantuan tambahan.”
---
Menghubungi Ratna untuk Bantuan
Keesokan harinya, mereka menemui Ratna di sebuah kafe kecil yang jauh dari keramaian. Ratna tampak cemas, tetapi ia mengerti risiko yang dihadapi Bagas dan Siti. Ratna setuju untuk membantu, namun dengan peringatan.
“Bagas, Siti, kalian harus tahu bahwa Sang Bayang ini bukan sekadar pemimpin Bayangan. Dari beberapa sumber yang kudapat, dia bukan hanya mengendalikan orang-orang di kota ini. Ada jaringan yang lebih besar, lebih dalam, dan melibatkan tokoh-tokoh yang tidak ingin kalian sentuh,” ujar Ratna dengan nada serius.
Bagas memandang Ratna dengan tajam. “Justru itu alasan kami harus melanjutkan, Ratna. Bayangan seperti ini tidak bisa dibiarkan hidup lebih lama.”
Ratna akhirnya menyerahkan beberapa informasi tambahan yang ia peroleh dari sumbernya, termasuk beberapa nama baru yang mungkin masih bekerja di bawah perintah Sang Bayang.
“Ini nama-nama yang mungkin bisa mengarahkan kalian ke Sang Bayang,” ucap Ratna. “Tapi, tolong berhati-hati. Jangan sampai orang-orang ini tahu kalian sedang menyelidiki mereka.”
---
Pengintaian di Lokasi Rahasia
Malam itu, Bagas dan Siti mulai menyelidiki salah satu nama dalam daftar yang diberikan Ratna: Adrian, seorang pengusaha kaya yang tampaknya memiliki hubungan dengan Sang Bayang. Mereka menemukan bahwa Adrian sering mengunjungi sebuah gudang tua di pinggir kota, tempat yang diyakini sebagai lokasi pertemuan rahasia bagi orang-orang dalam jaringan Bayangan.
Dengan perlengkapan pengintai sederhana, Bagas dan Siti menyelinap ke sekitar gudang dan menemukan sebuah jendela kecil yang memungkinkan mereka mengintip ke dalam. Di dalam gudang, Adrian sedang berbicara dengan beberapa pria, dan percakapan mereka terdengar samar.
“Kita harus bergerak cepat. Sang Bayang tidak ingin mereka tetap hidup jika terlalu dekat dengan kebenaran,” suara Adrian terdengar tegas.
Bagas dan Siti saling berpandangan, menyadari bahwa mereka adalah target utama dari perintah itu.
Siti berbisik, “Pak, ini berarti kita benar-benar ada di daftar mereka. Kalau kita tidak segera melakukan sesuatu, mereka mungkin akan datang mencari kita.”
Bagas mengangguk, lalu menarik Siti perlahan menjauh dari jendela, memastikan mereka tidak terdeteksi. Mereka kembali ke mobil dengan hati-hati, berusaha tidak menarik perhatian.
---
Pertemuan dengan Informan Misterius
Beberapa hari setelah pengintaian di gudang, Bagas menerima pesan dari seseorang yang mengaku sebagai mantan anggota Bayangan. Orang ini menawarkan informasi penting tentang Sang Bayang dan meminta mereka bertemu di lokasi tersembunyi. Meskipun curiga, Bagas dan Siti memutuskan untuk menghadiri pertemuan itu.
Mereka tiba di lokasi pertemuan, sebuah lorong kecil di belakang sebuah bangunan yang tampak sepi. Tak lama kemudian, seorang pria berpakaian lusuh muncul. Wajahnya tampak lelah dan penuh ketakutan.
“Nama saya Dino,” ucap pria itu dengan suara bergetar. “Saya dulu bekerja untuk Bayangan, tapi saya keluar karena Sang Bayang berubah menjadi lebih brutal daripada Hasan. Saya tahu sesuatu tentang rencananya, dan kalian harus tahu ini.”
Bagas menatap Dino dengan seksama, mencoba menentukan apakah dia bisa dipercaya. “Apa rencananya?”
Dino menelan ludah, lalu berbisik. “Dia ingin menghapus semua jejak Bayangan lama, termasuk kalian berdua. Semua orang yang tahu terlalu banyak akan dibungkam. Sang Bayang ingin membuat jaringan baru yang jauh lebih kuat, lebih besar, dan lebih licin.”
Siti menatap Dino dengan tegang. “Kenapa kau memberi tahu kami ini? Bukankah kau takut padanya?”
Dino tersenyum getir. “Aku lebih takut pada apa yang akan terjadi jika orang seperti dia menguasai kota ini tanpa perlawanan. Aku tidak ingin ada lagi orang yang menderita karena Bayangan.”
Sebelum Dino pergi, dia memberi mereka sebuah peta dengan titik lokasi yang dipercaya sebagai markas utama Sang Bayang.
“Berhati-hatilah,” ujar Dino sebelum menghilang ke dalam kegelapan.
---
Misi ke Markas Sang Bayang
Berdasarkan informasi dari Dino, Bagas dan Siti bersiap untuk menyusup ke markas yang diyakini sebagai pusat kekuatan Sang Bayang. Markas itu berada di sebuah gedung tua yang tampak tak terpakai, tersembunyi di tengah hutan pinggir kota. Mereka tahu bahwa ini mungkin adalah kesempatan terakhir untuk menghentikan ancaman ini.
Malam itu, mereka berdua menyelinap masuk ke dalam gedung dengan hati-hati, melintasi lorong-lorong gelap yang dipenuhi dengan sisa-sisa kegiatan ilegal. Mereka menemukan beberapa ruangan kosong yang tampaknya pernah digunakan untuk pertemuan rahasia.
Setelah beberapa menit menyusuri lorong, mereka tiba di sebuah ruangan besar yang penuh dengan papan-papan strategi dan catatan yang mencantumkan nama-nama orang penting di kota. Di tengah ruangan terdapat sebuah meja besar dengan simbol Bayangan yang tergambar jelas.
“Pak, lihat ini,” bisik Siti, menunjuk papan yang menampilkan nama-nama tokoh publik yang mereka kenal.
Bagas mengamati dengan serius. “Ini bukti kuat. Sang Bayang mengendalikan lebih banyak orang daripada yang kita duga. Dia bisa saja mengatur kota dari sini.”
Namun, saat mereka tengah memeriksa ruangan, suara langkah kaki terdengar mendekat. Mereka bersembunyi di balik salah satu lemari besar, berharap tidak terdeteksi. Seorang pria berjas masuk ke dalam ruangan, berbicara di telepon dengan nada penuh amarah.
“Kalian gagal menangkap mereka? Mereka hanya detektif biasa! Pastikan mereka tidak keluar hidup-hidup dari sini, atau aku sendiri yang akan menangani kalian!”
Bagas dan Siti saling bertukar pandang. Mereka menyadari bahwa pria ini adalah orang penting di bawah komando Sang Bayang, dan mungkin bisa membawa mereka ke sosok yang selama ini mereka cari.
---
Rencana Pelarian
Setelah pria itu pergi, Bagas dan Siti segera mengambil beberapa dokumen penting sebagai bukti, lalu bersiap meninggalkan gedung. Namun, saat mereka melangkah keluar, mereka menyadari bahwa bangunan itu sudah dikepung oleh beberapa pria yang tampaknya telah menunggu mereka.
“Pak, mereka sudah tahu kita di sini. Kita harus menemukan jalan keluar lain!” bisik Siti dengan nada cemas.
Bagas mengamati sekeliling dengan cepat, lalu menarik Siti menuju tangga darurat yang menuju ke lantai atas. Mereka terus naik hingga mencapai atap gedung, di mana mereka bisa melihat jalan-jalan kecil yang mengarah ke hutan. Tanpa membuang waktu, mereka turun melalui pipa di sisi gedung dan berlari ke arah hutan, berharap bisa menghindari pengejaran.
Semangat.