Cerita ini mengisahkan tentang perjuangan pemuda berusia 15 tahun yang mempunyai bakat bermain pedang dan ilmu bela diri yang cukup tinggi dalam menyelamatkan desanya dari penindasan oknum tak bertanggung jawab. Setelah berhasil mendapatkan kebebasan untuk desanya, satu persatu fakta keluarganya terkuak. Dia juga menyadari bahwa Alavarez yang merupakan kepala keluarganya telah di sekap oleh oknum bernama Fikron untuk di jadikan tahanannya. Tidak ada yang tau dimana Fikron mengurung Alarez, bahkan Mijay dan Altan yang menyamar sebagai anak buah Fikron saja masih belum bisa menemukan keberadaan Alvarez. Zafer pemuda 15 tahun itu memutuskan untuk memulai misi penyelamatan Alvarez, dan bersiasat menghabisi rekan-rekan Fikron yang berada di Abu Dhabi dan Oman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Tiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
C05 : PERKELAHIAN
...𖣁 ࣪࣪ἨΛⱣⱣὙ ᖇ𝚬Λ𝐃𝐥ṆԌ 𖣁...
"Tapi kenapa? Siapa mereka?"
"Kau anak lama di desa mu sendiri tidak tau?"
"Dia anaknya Fikron. Kata paman dan bibiku. Dulu kota ini tentram semenjak keluarga besar di kota ini. Mereka terus menegakkan keadilan di kota ini. Segala tindak kriminal di kota ini bahkan di seluruh kota yang ada di negara ini mereka basmi bersama, "
"Lalu di mana keluarga itu sekarang?"
"Entahlah. Banyak yang tidak tau kemana mereka pergi, "
"Siapa nama mereka?"
"Kau pikir aku bekerja pada keluarga itu sampai harus tau nama-nama mereka. Aku tidak tau, "
"Kenapa para warga tidak ada yang mencoba melawan mereka?"
"Tidak. Mereka terlalu takut. Karena sudah bergantung pada keluarga itu, "
"Keluarga itu memang hebat. Tapi mereka gagal mengajari para masyarakat untuk tidak takut dan bergantung pada mereka, "
"Jika aku menjadi bagian dari keluarga itu-"
"Dah. Gak usah berkhayal. Terima kenyataan kalau kita berasal dari keluarga sederhana, " ucap Zira yang kemudian pergi masuk kelas bersama Zafer.
...· . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . ·...
Siang harinya sepulang sekolah. Zafer dan kawan-kawannya terkejut melihat para warga sedang berkumpul mengerumuni kediaman Zafer. Ia panik dan langsung berlari mengecek apa yang terjadi.
"Sampai kapan pun saya tidak memberikan izin kalian mengambil tanah ini. Tanah ini milik desa kami, " ucap Selin.
"Heh wanita tua. Kau pikir kau ini siapa? Tuan saya memerintahkan kalian untuk mengosongkan tanah ini dalam waktu 3 hari, "
"Tidak akan. Kami akan terus berada di tanah ini sampai kapan pun kami mau, "
"Oh jadi kau tidak mau meninggalkan desa ini? Kau harus terima akibatnya. Kita lihat, apakah tubuhmu setua umur mu, " salah satu preman mendekati Selin dan ingin membuka bajunya. Zafer tidak terima dan langsung menghentikan preman yang ingin menyentuh ibunya. Tanpa basa basi Zafer mematahkan tangan preman itu. Melihat itu Selin terkejut karena Zafer melanggar janjinya. Selin menarik Zafer ke dalam rumah.
"KAMU LUPA SAMA JANJI MU NAK?"
"Ma-mah. Aku hanya ingin menyelamatkan mamah. Para preman itu ingin melecehkan mamah, "
"Nak. Bukan berarti kau harus menghajarnya, "
Tak berselang lama salah satu preman masuk ke dalam rumah Selin ingin memberi pelajaran pada Zafer.
"Tidak. Jangan sentuh putraku, "
"MINGGIR, " teriak preman itu yang langsung mendorong Selin. Preman itu terus menghajar Zafer berkali-kali. Namun Zafer sama sekali tidak melawan karena Selin melarangnya. Selin hanya bisa menangis histeris melihat putranya di hajar habis-habisan. Selin diam lalu teringat dengan semua perkataannya pada Zafer yang melarang keras putranya untuk menggunakan ilmu bela dirinya. Preman yang tadi menghajar Zafer melemparnya hingga terseret kehadapan Selin.
"Gu-gunakan ilmu bela dirimu nak. Mamah mengizinkannya, " mendengar itu kedua mata Zafer perlahan terbuka dan menatap ibunya yang seperti memberikan sihir amarah pada Zafer. Preman tadi yang melihat Zafer lemah mengeluarkan sebuah kampak dari belakang bajunya dan ingin menghajar Zafer dengan senjata tersebut. Namun hebatnya Zafer langsung menghentikannya dan merampas kampak tersebut. Zafer kembali berdiri dan menatap tajam penuh amarah pada preman tersebut. Dalam sekali hantam, kampak tadi tertancap tepat di dada preman tadi.
"Mah. Zafer tau mamah mengizinkannya karena nyawa Zafer dalam bahaya. Tapi kali ini Zafer ingin bertanya, bagaimana dengan para penjilat di depan itu?" Tanya Zafer. Selin awalnya hanya menatap Zafer penuh ketakutan, namun dia kembali berpikir kalau bukan putranya yang maju lalu siapa lagi yang akan membela desa tersebut. "Pergilah, " ucap Selin. Mendengar itu, Zafer menarik kampak tadi sampai menyeret preman tersebut keluar rumah. Seluruh preman termaksud ketua preman itu terkejut melihat Zafer anak 15 tahun mampu membunuh anak buahnya. Zafer kemudian melempar tubuh preman itu tepat di hadapan kumpulannya. Mereka kesal dan langsung melakukan penyerangan terhadap Zafer. Teman-teman Zafer yaitu Naashir, Arthaar, dan juga Umar tidak kalah hebat nya dari Zafer. Mereka bertiga justru turun tangan membantu Zafer mengalahkan para preman yang sudah menindas lama desa tersebut. Sebenarnya mereka bisa saja habis di tangan Zafer dari dulu. Hanya saja Selin tidak suka melihat putranya yang masih berusia 15 tahun menjadi pembunuh.
Salah satu preman yang coba mengambil kesempatan dengan menusuk Zafer dari belakang di kejutkan dengan lemparan kayu yang membuat pisau dari tangannya jatuh. Zafer melirik arah yang sudah melemparkan kayu tersebut. Rupanya itu adalah Zira yang juga ikut menolong Zafer. "Ka-kau?" Tanya Zafer kebingungan melihat Zira. Zira lalu mengajar habis-habisan beberapa preman yang ingin mengambil kesempatan saat Zafer sedang lengah kebingungan melihat dirinya juga jago bela diri. "Dengar. Aku tidak bisa melawan mereka sendirian. Jika kau ingin selamat bantu aku, " ucap Zira menyadarkan Zafer. Zafer tersadar dan kini kembali berkelahi melawan para preman tersebut.
Mereka pun kalah di tangan Zafer dan teman-temannya. Zafer juga mengambil kertas yang berisikan pengambilan alih tanah dan langsung merobek kertas tersebut. "Mulai sekarang tidak ada yang boleh mengganggu desa ini lagi, " ancam Zafer. Preman yang masih tersisa kabur dari desa itu. Warga desa tersebut bersorak gembira dan menggendong Zafer beserta teman-temannya karena sudah menolong para warga dari kekerasan para preman tadi. Salah satu nenek tua di desa itu mendekat Zafer dan Zira.
"Nak. Nenek rasa kalian berdua akan melanjutkan perjuangan Hernandes, " ucap nenek itu. Mendengar itu Zafer dan Zira saling menatap satu sama lain dengan perasaan kebingungan.
...· . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . ·...
Malam harinya, Zafer menghampiri Selin yang sejak tadi diam. "Mah, " sapa Zafer. Selin menghapus air matanya pelan dan menoleh ke arah putranya yang berada tepat di belakangnya.
"Mamah kenapa?"
"Tidak nak. Mamah. Mamah hanya takut, "
"Mamah takut setelah ini mereka datang lagi untuk menghajar Zafer kan?"
"Mah. Zafer memang masih kecil. Tapi Zafer sangat tidak suka melihat situasi yang terus menerus menindas desa kita apalagi coba melecehkan mamah, "
"Maafkan mamah nak. Mamah-"
"Jika mamah mengizinkan. Zafer berjanji hanya menggunakan ilmu dan kekuatan Zafer di saat situasi seperti ini saja. Selebihnya, jika itu hak kecil atau singkat Zafer tidak akan menggunakan nya. Seperti yang mamah bilang. Selesaikan dengan kepala dingin. Oke, " Selin mengangguk dan memberi senyuman kecil lalu memeluk Zafer. "Aku pastikan mah. Desa kita akan mendapatkan keadilan, " batin Zafer yang sepertinya punya rencana untuk menegakkan keadilan di desanya.
"Oh ya. Beberapa roti mamah tidak laku hari ini karena situasi tadi siang. Panggil teman-teman mu untuk makan bersama di rumah ya, "
"Baik mah, " Zafer kemudian pergi menjemput teman-temannya terutama Zira. Mereka semua berkumpul dan menyantap roti buatan Selin yang di nilai cukup enak di desa tersebut.
"Zira. Aku tak menyangkan kau begitu hebat, "
"Terima kasih. Kalian juga hebat, "
"Sudah ku pastikan. Jika kau menikah. Suami mu pasti akan tunduk semua pada mu, "
"Cuci baju, nyapu, ngepel, masak, bahkan semua pekerjaan rumah tangga akan suami mu lakukan, "
"Oh ya. Aku masih penasaran sama apa yang di katakan nenek tua tadi. Zafer dan Zira akan melanjutkan perjuangan Hernandes. Siapa itu Hernandes?" Mendengar pertanyaan Umar, sontak membuat Selin terkejut dan menatap kecil ke arah Umar maupun yang lainnya.
"Entahlah. Aku juga bingung. Mah.. "
"Hum?"
"Apa mamah tau siapa itu Hernandes?"
"Ti-tidak. Mamah tidak tau siapa mereka, "
"Kau ini bodoh sekali Zafer. Mamah mu kan orang Turki, bagaimana bisa mamahmu tau siapa Hernandes, " sahut Arthaar.
"Maafkan mamah nak, " batin Selin. Mereka menyampingkan rasa penasaran mereka pada Hernandes dan lanjut makan bersama.