++ Iwan seorang pemuda usia 19 tahun, setelah ia menemukan sebuah cincin ajaib saat memancing disungai. Iwan mendapatkan kesaktian yang dipergunakan untuk memijat.
Seiring waktu banyak pasien yang telah disembuhkan, sehingga menjadi masalah karena banyak wanita yang menginginkan dia. Sehingga membuat ia terlena akan kenikmatan dunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jamal Nurcahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Shinta yang berkali kali dibuat terbang oleh Iwan tampak tergolek lemas, wajahnya penuh senyum bahagia memandang Iwan yang masih berada diatasnya.
" Mau lagi?" Tanya Iwan sambil mengecup bibir Shinta.
" Aku masih pingin!" Bisik Iwan.
Shinta terkejut dan segera mendorong tubuh Iwan, segera dikenakan pakaiannya dan segera pergi kekamar mandi yang berada diluar untuk membersihkan air kehidupan.
Iwan hanya tersenyum dan mengambil tisu diatas lemari kecil dan membersihkan keringat sibocil yang tertidur. Iwan duduk merenung setelah memakai pakaiannya," Apa ini pengaruh dari energi batin?, hingga bocil ini kuat berdiri 1 jam lebih !" Gumamnya.
Shinta melihat Iwan melamun segera diduduk disamping Iwan dan berbisik" Kamu hari ini sungguh hebat mas, membikin aku terbang berkali kali hingga lemas "
Iwan tersenyum dan mengecup pipi Shinta," Kalau masih mau ayo, nih bocil masih pingin disayang sama mamanya!" Sambil meraih tangan Shinta dan menempelkan pada sibocil yang menggeliat bangun. Dengan gemas Shinta mencubit sibocil biar tidak menyusahkan dirinya, bocil yang dicubit segera bangun dan membuat Shinta segera menjauh dari tubuh Iwan.
" Ih dasar bocah kurang kasih sayang!" Kata Shinta lirih. Mendengar perkataan Shinta, Iwan tersenyum senang.
"Mas! Suami bosku kan lumpuh karena kecelakaan, bisa gak Mas Iwan sembuhin?" Tanya Shinta.
"Ya gak janji Shin, tergantung seberapa parah kondisi uratnya!" Jawab Iwan santai.
"O... Kapan hari kan bosku tahu kalau aku terserempet motor, dia tanya kok aku cepat sembuh. Trus dia tanya
"aku jawab kalau habis pijat, trus kutunjukkan luka memar dipinggul eh orangnya terheran heran!" Kata Shinta.
" Kok bosmu!, aku saja juga heran, kok bisa bisanya aku terbawa nafsu hingga perjakaku hilang gara gara memijat kamu " kata Iwan menutupi mukanya.
Shinta yang mendengar perkataan Iwan langsung memukul bahu Iwan berkali kali karena jengkel.
" Aduh... Aduh... Ampun Shin!" seru Iwan sambil memeluk tubuh Shinta
" Bisa gak mas!, kalau bisa aku hubungi bosku sekarang" kata Shinta.
" Bisa,e.. tapi nanti sibocil bisa gak ketemu mamanya lagi?" Gurau Iwan.
"Gak!, mamanya nanti kerja, males ngurusi bocil yang nakal!" Seru Shinta sambil memelototkan matanya.
"Ah kasihan nasibmu cil ha... ha... ha....!" Kata Iwan tertawa
"Sudah dibalas sama bosmu Shin ?" Tanya Iwan.
"Sudah mas, sebentar aku pesan taxi dulu!" Sergah Shinta.
"Aku bawa motor kok Shin" seru Iwan.
" Ya udah ayo berangkat" ajak Shinta.
Mereka berdua segera pergi kekediaman bos Shinta, tak berapa lama merekapun sampai.
"Teeeet.... Teeeet.... Teeet ......"
Shinta menekan bel di pagar, dan seorang prt keluar membukakan pintu pagar. " Masuk mbak Shita, sudah ditunggu Bu Rita didalam!" Kata pembantu rumah tangga itu.
"Ayo mas, kita masuk!" Ajak Shinta kepada Iwan.
Mereka bertiga masuk kedalam dan dipersilahkan untuk duduk menunggu Bu Rita yang masih di dalam kamar.
"Lama nunggu, ya Shin?" Tanya Rita.
"Barusan kok mbak Rita, ini mas Iwan yang mijat aku kemarin !" Kata Shinta.
"Oh.... Kok masih muda Shin!, biasanya kan bapak bapak?" Tanya Rita.
"Eh... Mas, kamu umur berapa sih ?" Tanya Shinta
"Baru 19 tahun!" Kata Iwan lirih.
" Lho.... He.... Gak bahaya ta!" Kata Shinta memandang Iwan.
" Kenapa Shin?" Tanya Rita.
" Enggak papa mbak?" Jawab
Shinta melirik bocil Iwan " pantas kok ngomong masih perjaka!" Batin Shinta.
"Oh ya... Bisa aku pijat sekarang mbak?" Tanya Iwan.
"Mari mas, suamiku ada dikamar !" Jawab Rita.
"Bisa gak mas, Celananya dilepas !" Kata Iwan. Dengan kikuk suami mbak Rita menganguk, mbak Rita segera melepas celana yang dikenakan suaminya.
Iwan memulai proses pijatannya, ia mulai dari telapak kaki dan mengerahkan penglihatan matanya. Tampak urat urat yang tak beraturan dengan garis garis abu abu memanjang.
Di tambahkan energi kepenglihatannya untuk melihat kondisi tulang dari suami Rita. Tampak bekas retakan yang tak menyambung dengan sempurna, membuat Iwan semakin keras dalam memikirkan apa yang akan dilakukan.
" Sit... Siti...!" Panggil Iwan dalam benaknya.
" Ini gimana Sit, cara membetulkan tulang dan uratnya?" Tanya Iwan.
" Energi batin tuan belum mencukupi, harus bertahap proses pijatnya tuan. Biar pasien merasa nyaman tuan pijat urat urat besarnya dulu, biar peredarannya lancar.
Iwan memijat penuh kehati hatian , dia yang tak pernah berkeringat saat memijat, kini tampak keringat menetes didahi dan badannya. Rasa lelah mulai menjalari tubuhnya, segera ia sudahi sesi pemijatan untuk dilanjutkan beberapa hari kedepan.
"Maaf mbak Rita, suaminya harus diterapi terus sampai sembuh. Maaf kalau tersinggung? Masnya ini kondisi tulangnya dulu banyak yang patah sehingga dokter menyarankan amputasi?" Tanya Iwan.
"Iya mas!" Kata Rita sambil meneteskan air mata dimana dulu ia yang bersikeras menolak kaki suaminya diamputasi.
" Sabar ya Mas... Mbak...!" Kata Iwan lirih.
"Sekarang Masnya apa sudah merasa agak hangat dikakinya atau ada sesuai sensasi rasa yang lain?" Tanya Iwan.Suami Rita hanya terdiam.
"Coba gerakkan jari jari kakinya mas!" Perintah Iwan.
Suami Rita mencoba menggerakkan jari jari kakinya dengan susah payah, tapi tak kunjung bergerak.
"Apa mas merasakan ketegangan otot ototnya saat menggerakkan jari jarinya?" Tanya Iwan.
" Cuma sedikit mas" jawab suami Rita.
"Sabar ya mas, kalo bisa mas gerakkan jari kakinya tiap hari, ini juga sebagai terapi!" Terang Iwan.
"Caranya bagaimana mas, ini aja mati rasa!" Kata suami Rita.
" Pandang jari kakinya mas, pusatkan pikiran untuk menggerakkan jari kaki!" Kata Iwan.
" Itu juga bagian terapi mas, biar urat urat dan otot kaki terhubung dengan otak!" Imbuh Iwan.
Iwan segera keluar dari kamar untuk menemui Shinta.
"Bagaimana mas?" Tanya Shinta.
"Gak bisa sekali pijat Shin... harus beberapa kali pijat, kakinya terlalu parah urat dan tulangnya " kata Iwan lirih.
"O... Mas Iwan kok bisa tahu?" Tanya Shinta.
" Kalau gak parah cuma bengkak, memar atau salah urat sekali pijat Shinta sembuh Shin!" Jawab Iwan, Shinta hanya tertunduk malu teringat saat dipijat oleh Iwan.
" Mikir apa Shin, mikir saat itu ya ?" Tanya Iwan sambil menowel hidung Shinta.
Rita mendorong kursi roda suaminya menuju keruang tamu, menemui Shinta dan Iwan.
"Ini kartu namaku mbak, minggu depan kalau mau terapi tinggal tlp atau kirim pesan, lewat Shinta juga bisa!" Kata Iwan.
"Lho kok lewat Shinta?" Tanya Rita.
"Ya yang membawa aku kesini kan Shinta mbak!" Ucap Iwan.
"O... Kalian pasti pacaran ya he.... he... he...., Shinta seumuran denganku harusnya kan panggil mbak! Ini kok yang muda dipanggil mas " selidik Rita" Benar gak mas Adam?"Tanya Rita kesuaminya yang hanya tersenyum dan mengangguk.
Shinta tersenyum dan tertunduk malu sedang Iwan hanya tertawa lirih.
"Kami gak pacaran mbak, cuma teman tapi mesra!" Kata Iwan.
***
Bersambung....