Ayra yang cerdas, pemberani dan sekaligus pembangkang, ingin sekali menentang wasiat ayahnya yang bertujuan menjodohkannya dengan putra sahabat baiknya, tapi berhubung orang yang meminta nya adalah sang ayah yang sudah sekarat, Arya tidak bisa menolak.
Sial, di hari pernikahannya, calon mempelai pria justru kabur meninggalkannya, hingga terpaksa digantikan oleh calon adik iparnya, yang bengis, dingin dan tidak punya hati.
Seolah belum cukup menderita, Ayra harus tinggal satu atap dengan mertuanya yang jahat jelmaan monster, yang terus menyiksa dirinya, membuatnya menderita, tapi di depan orang lain akan bersikap lembut pada Ayra agar tetap dianggap mertua baik. Hingga suatu hari, sang mertua yang memang tidak menyukai keberadaan Ayra, mengingat kalau gadis itu adalah putri dari mantan suaminya, meminta putranya untuk menikah dengan wanita lain yang tidak lain adalah mantan kekasih putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.angela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Izin Suami
"Aku melihat mu lebih dekat dengan si brengsek itu, apa kau sudah jatuh cinta padanya?" tanya Egi mendatangi Ayra yang sedang mencuci piring bekas makan malam mereka. Anggota keluarga yang lain sudah berpencar ke tempat masing-masing dan juga melakukan kegiatan mereka.
Ayra menoleh, memasang wajah cemberut ke arah Egi. Jujur dia tidak suka pria itu mengatai Dewa dengan kata pria brengsek. Aneh, kan?
"Pergi lah kalau niatmu ingin menggodaku," ucap Ayra cemberut. Melanjutkan pekerjaannya yang hampir selesai.
Egi menyandarkan pinggangnya ke wastafel menghadap tubuh Ayra. "Ay, Minggu kita nonton, yok?" bujuk Egi. Ayra sempat menoleh lalu kembali melihat piring terakhir yang dia bilas dengan air bersih.
"Aku gak bisa janji. Ada yang harus aku kerjakan," ucapnya mengingat kalau dia dan Kamsamida ingin melamar pekerjaan di tempat bakery shop. Lumayan, sambil belajar dia juga bisa mendapatkan uang yang bisa dia tabung untuk menggapai mimpinya memiliki toko roti.
"Kau mau kemana? Aku boleh ikut?" tanya Egi penasaran.
"Aku pergi dengan teman kursus, mau melamar kerja di toko roti tempat kakaknya bekerja. Siapa tahu bisa diterima," jawab Ayra, mengeringkan tangannya lalu ingat kalau dia belum bicara pada Dito guna meminta izin.
Kalau pada Maya, ada yang aneh. Wanita itu sudah tidak pernah menyiksanya lagi, tapi tetap saja selalu memasang wajah jijik saat bertemu dengannya. Tapi tidak apa, setidaknya sudah ada perkembangan.
"Justru itu tujuanku mencarimu. Aku ingin menawarkan mu pekerjaan sampingan, di galeriku," ucapnya tersenyum. Egi sudah memikirkannya, kalau Ayra menerima sarannya, maka mereka akan semakin dekat dan hal itu akan menumbuhkan benih-benih cinta di hati Ayra.
"Tapi aku gak punya skill untuk bekerja di tempat seperti itu," jawab Ayra yang sempat senang, tapi tidak jadi, mengingat kalah semua karyawan Egi begitu fashionable, sementara dia? Jangan ditanya!
"Nanti akan ada yang men-training mu di sana," sambar Egi masih tidak mau mundur.
Baru akan menjawab lagi, ponsel Ayra berdering. Malu-malu dia mengeluarkan dari saku celana pendeknya. Keningnya berkerut, melihat ke arah pintu dapur. Tidak ada orang nya, lalu untuk apa menghubunginya?
"Ada apa?" tanya Ayra dengan wajah memerah. Hanya mendengar suara pria itu saja mampu meruntuhkan pertahanannya.
"Cepat ke kamar. Ada yang ingin aku bicarakan," jawab Dewa dan panggilan itu diputus sepihak.
"Dih!" cibir Ayra menatap layar ponselnya.
"Kau baru beli ponsel?" tanya Egi memperhatikan ponsel itu. Mahal dan mirip milik Dewa, jelas bukan Ayra membelinya. Egi kini paham, Dewa tampaknya sudah mulai jatuh hati pada Ayra. Pria itu pada akhirnya menyadari keistimewaan Ayra.
Tapi apakah Egi akan menyerah? Melepaskan perasaannya pada Ayra? Jangan harap!
"Oh, ini, Dewa yang beli. Katanya biar bisa menghubungi pas jemput pulang kursus," jawab Ayra memandangi ponsel itu, tersenyum sekilas lalu memasukkan kembali ke saku celananya.
"Gi, aku pergi dulu ya. Mau menemui Om Dito, minta izin untuk pergi hari Minggu," ucapnya memukul pelan pundak Egi.
Pria itu hanya bisa memandangi punggung Ayra yang tertutupi rambut panjangnya, semakin menjauh, seperti hati dan perhatian Ayra yang terkikis padanya.
***
"Maaf mengganggu, Om. Boleh aku masuk?" tanya Ayra setelah mengetuk pintu ruang kerja Dito.
"Masuklah, Ay. Tentu saja, kapanpun kau ingin bicara, Om pasti punya waktu untukmu," jawab Dito tersenyum. "Ada apa? Apa ada yang kau butuhkan?"
"Maaf Om, hari Minggu aku boleh izin pergi dengan teman kursus ku? Ada tempat yang ingin kami kunjungi, sebentar aja kok, Om," terang Ayra, berharap Dito akan memberinya izin.
"Ayra, kamu sekarang sudah menikah dengan Dewa. Sudah seharusnya kamu meminta izin pada Dewa, bukan pada Om. Dia suami mu, yang berhak memberikan izin saat kamu mau pergi," terang Dito yang membuat Ayra tertegun.
Jadi, dia harus meminta izin dari Dewa? Mengingat perkataan Dito barusan, tentang meminta izin dari suami ketika hendak pergi membuat Ayra mengulum senyum. Lantas apa yang harus dia katakan? Bagaimana kalau Dewa tidak mengizinkannya pergi? Dia harus segera cari tahu dengan menemui Dewa dan bertanya pada suaminya itu!
salah kamar thor 🥰🥰🥰🥰
sebenarnya semua terjadi karena kurang ilmu agama menurutku.
ayra terlalu larut dg masa lalunya
dan Egi ...TDK berterus terang.
terjadilah peristiwa itu....
mungkin jodoh ay Ra sama dewa dan Egi dgn Fina.
keadaan lah yg membuatnya seperti itu.
terimakasih akibatnya
tanyakan pada dirimu ayra......
mungkin ini jodohmu.
terimakasih atas tidak terima
harus nurut PD suami.
kecuali kdrt.
4 bukan waktu yg sebentar BG seorang laki laki.
kalau dia selingkuh itu wajar
istrinya terlalu terjebak masa lalu.
kurang suka dg ayra karakternya.
jangan egois ayra ....
jalani aja biar waktu yg bicara
cinta TDK harus memiliki.
kalau bersama dewa ,Maya TDK menyukainya...
nanti timbul lagi masalah baru.
kalau dgn Egi...cinta Egi seluas samudra,ditonta baik.
kalau menurutku..
lebih baik dicintai....daripada mencintai...
kalau dapat dua duanya.
mencintai dan dicintai.
Krn ayra tidak mencintainya