Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memindahkan uang
"Mana, aku mau lihat," pinta Zia.
"Buku tabungannya tidak bersamaku, ada sama ibu," jawab Rangga.
"Kenapa dipegang sama ibu kamu? Seharusnya aku yang megang," ucap Zia.
"Kamu kan sudah banyak uang, jadi tidak akan butuh uang dariku," jawab Rangga.
"Aku istri kamu, kamu sudah berkewajiban memberiku nafkah, mau aku memiliki banyak uang, pekerjaan diatas kamu, gaji diatas kamu, tapi kamu wajib menafkahi aku," kata Zia.
"Kenapa kamu menjadi seperti ini, biasanya juga kamu tidak repot," ucap Rangga heran.
"Karena aku sudah sadar, selama ini aku tidak dinafkahi, malahan aku yang menafkahi kamu dengan keluarga kamu, mas" ucap Zia.
"Kamu mau itung-itungan dengan keluargaku?" tanya Rangga.
"Aku tidak hitung-hitungan, kalo ia akan mempermasalahkan semua itu, mungkin sudah sejak lama, aku tidak memberikam uang kepada keluargamu, apalagi adikmu," jawab Zia.
"Itu juga sudah menjadi kewajiban kamu, mereka juga keluargamu," ucap Rangga.
"Mereka keluarga kamu, bukan keluarga aku," jawab Zia.
"Jangan mentang-mentang kamu memiliki banyak harta, kamu bisa menjawab suami kamu, kamu sudah menjadi istriku, dan wajib mematuhi setiap ucapanku," ucap Rangga, tidak sadar diri.
"Kamu seorang wanita, tidak kuat seperti laki-laki," sambung Rangga.
Zia tersenyum mengejek.
Tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu rumahnya.
"Pasti ibu mertuaku," gumam Zia kesal.
Dan, ya! Zia benar, bu Minah dengan anak perempuannya.
"Ibu, kapan pulang?" tanya Rangga.
"Tadi pagi banget, sama adikmu, dia katanya mau tinggal disini," ucap bu Minah.
"Iya bu bagus, jadi Lisa tidak keluyuran terus," jawab Rangga.
"Aku tidak setuju!" ucap Zia.
"Maksud kamu bagaimana?" tanya Rangga.
"Aku tidak setuju Lisa berada disini, dia selalu membuat rumah ini berantakan," jawab Zia.
"Zia, jangan mengatakan itu, Lisa juga adik kamu," bentak Rangga.
"Tapi aku tidak setuju, mereka tinggal dirumah ini," ucap Zia.
"Mereka akan tinggal disini," kekeh Rangga.
"Ingat mas, rumah ini hadiah dari orangtuaku, atas nama aku, jadi kamu harus mengingat itu," ucap Zia.
"Kalian, dan termasuk kamu, mas, cuman numpang dirumahku, jadi harus tahu dirilah," ucap Zia.
"Zia!" hardik Rangga.
"Omonganku salah? Dimana letak salahnya?" tanya Zia.
"Kamu jangan bersikap seperti itu, mereka ibu dan juga adik ku," ujar Rangga.
"Mau dia siapapun, aku tidak peduli," jawab Zia.
Zia langsung memasuki kamarnya, karena sudah muak dengan mereka.
"Keluarga banyak drama," gumam Zia.
Tapi Zia masih dibingungkan dengan buku tabungan milik suaminya.
"Dimana mas Rangga menyimpan buku tabungan itu," gumam Zia.
Zia menidurkan badanya, menatap keatas, tiba-tiba ingat dengan koper dibawah tempat tidurnya, belum sempat Zia buka semuanya.
"Apa...Mungkin..." Zia menebak, lalu mencari koper itu lagi, dan membukanya.
Tak lupa, Zia mengunci kamarnya, agar sang suami tidak masuk, lalu Zia lanjut mengacak-acak isi koper tersebut.
"Ini dia, ternyata dia menyimpannya disini," Zia menatap sebuah buku tabungan tersebut, dan melihat nominal uang didalamnya.
Zia menutup mulutnya, karena dalam buku tabungan sudah ada uang masuk sebanyak, 2M.
"Mas Rangga mendapatkan ini semua darimana, mengingat dia sudah menikah dan mempunyai anak dengan wanita lain, pasti memerlukan banyak biaya, gaji dari kantor tidak sebesar ini," Zia terus mengingat-ngingat.
"Kak Roy.." gumam Zia, Zia langsung membuka ponselnya.
[Ada apa Zia?] tanya Roy.
[Kak, apa suamiku melakukan penggelapan uang diperusahaan?] tanya Zia.
Roy tidak menjawabnya, karena ia bingung harus menjawab apa.
[Kak, ayo katakan yang sejujurnya] pinta Zia.
[Sebenarnya kakak tidak mau memberitahukan semua ini, tapi karena kamu menanyakan, kakak akan memberitahukan] jawab Roy.
Lalu Roy menceritakan yang sebenarnya, jujur membuat Zia syok dengan tingkah suaminya, sudah diberikan pekerjaan dengan jabatan tinggi, tapi malah tidak tahu terima kasih.
[Aku tidak menyangka, suamiku melakukan semua itu, kak] ucap Zia.
Roy yang melihat wajah Zia, menjadi tidak enak, karena sudah memberitahukan kebusukan suaminya.
Tut!.
Zia menutup telfonnya secara sepihak, jujur Zia merasakan tidak percaya dengan apa yang sudah Rangga lakukan selama ini.
"Ternyata kamu sudah bertindak sejauh ini, mas" ucap Zia.
Zia berniat akan membawa buku tabungan milik suaminya, Zia akan memindahkan semua uang suaminya, ke ATM miliknya.
"Enak saja mau hidup senang dengan uangku, lihat saja, kamu akan menyesal," ucap Zia.
Zia memasukan kembali koper itu kebawah tempat tidurnya, Zia merapihkan nya, seperti semula.
Setelah itu, Zia langsung bersiap-siap akan ke bank, untuk mindahkan uang milik suaminya.
Setelah Zia bersiap-siap, Zia langsung keluar dari kamarnya, tidak lupa Zia membawa kunci kamarnya, soalnya kalo ada adik iparnya, semua baju Zia akan dia pinjam.
"Mau kemana kamu?" tanya Rangga.
"Kelihatannya mau kemana? Tidak mungkin dong cuman mau duduk duduk aja didepan dengan pakaian seperti ini," jawab Zia.
"Kamu sudah berubah," ucap Rangga, tak percaya dengan perubahan sang istri.
Zia dikenal sebagai wanita lemah lembut, dan selalu menuruti perkataan suaminya.
"Apa salahnya aku berubah?" tanya Zia.
"Aku juga tidak pernah menanyakan kamu akan kemana, kalo keluar rumah," sambung Zia lagi.
"Zia, bersikap sopan santun kepada suamimu, aku ini imam kamu," ucap Rangga.
"Pantas disebut imam, sedangkan kewajiban seorang suami saja tidak kamu lakukan," ujar Zia.
"Zia!.." bentak Rangga.
Zia tidak mempedulikan suaminya, Zia langsung pergi dari hadapan Rangga.
Rangga yang sudah menyadari perubahan Zia akhir-akhir ini, merasa bingung.
"Rangga, kenapa dengan istrimu?" tanya bu minah heran.
"Gak tahu bu, Zia sudah berubah," jawab Rangga.
"Apa dia sudah mengetahui rencana kita, dan tentang pernikahanmu dengan Lena?" ujar bu Minah.
"Tidak mungkin bu, meskipun Zia bodoh tentang cinta, kalo dia diduakan, dia akan pergi," jawab Rangga.
"Kamu tahu darimana?" tanya bu Minah.
"Aku cukup tahu tentang Zia," jawab Rangga.
"Lagian kakak sih, sudah memiliki istri seperti kak Zia, masih saja menikah dengan mbak Lena," sahut Lisa.
"Kak Zia lebih segalanya dari mbak Lena, masa kakak tidak sadar," sambung Lisa.
"Kamu tidak tahu apa-apa Lis," jawab Rangga.
"Ya, aku memang tidak tahu apa-apa, tapi setidaknya aku sudah ngasih tahu kakak," jawab Lisa.
"Meskipun aku tidak menyukai kak Zia, tapi aku mengakui kecantikan kak Zia, dan poin pentingnya, dia kaya raya, seorang pewaris, jadi sangat disayangkan kalo kakak menyia-nyiakan kak Zia," sambung Lisa.
"Lena juga cantik, makanya kakak mencintai dia," ucap Rangga.
"Kak zaman sekarang cinta belakangan, jangan bodoh deh, jangan sampai kakak menyesal seumur hidup, karena telah menyia-nyiakan kak Zia," jawab Lisa.
"Kakak tidak pernah menyesal dengan keputusan yang sudah kakak buat," kekeh Rangga.
Lisa hanya menggelengkan kepala, dengan tingkah sang kakak.
***
bakal berusaha trs mengganggu hdp zia trs
cepat sembuh zia