Berkisah Tentang Rizan Penerus DCN corp yang kesal dengan seorang Gadis hingga membawanya pada sebuah pernikahan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fonzo manek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Calon Suami Otoriter
Rizan tidak menolak apa yang di lakukan Riska, Dia malah senang sambil bergumam dalam hati
'Baguslah, kalau kamu sudah tau kemana kamu harus pergi di saat seperti ini sehingga aku tidak perlu membimbingmu" Gumam Rizan dalam hati sambil melihat ke arah Dokter Riska dengan tatapan yang begitu teduh.
Mereka menghabiskan waktu disana hingga para tukang kebun kembali barulah mereka juga ikut kembali ke kamar membersikan diri.
Di saat makan malam, Andre dan Dara pamit untuk pulang besok karena ada jadwal yang harus mereka hadiri begitu juga dengan David dan Arindi.
Dara hendak meninggal pesawat pribadinya untuk Rizan namun Rizan menolak dengan alasan di belum membutukannya.
Mereka semua hanya berpesan agar Dokter Riska menjaga Rizan dengan baik. Mereka juga melarang Dokter Riska agar kembali le Rumah Sakit.
David bahkan sudah menelpon maneger Rumah Sakit untuk mengeluarkan surat tugas Riska sebagai Dokter pribadi Rizan.
Hal itu Dia lakukan supaya Rizan dan Dokter Riska bisa terus bersama dan berusaha mengenal satu sama lain.
Rizan dan Riska hanya mengangguk tanpa menjawab karena keduanya benar - benar belum siap untuk menikah.
Beberapa saat setelah mengobrol bersama, Mereka semua kembali ke kamar masing - masing untuk beristrahat.
"Kamu hendak kemana ?" Tanya Rizan karena sedari tadi Riska terus mengikutinya hingga ke depan pintu kamarnya
"Ingin memastikan kamu beristrahat" Jawab Dokter Riska dengan santai
"Ohhh... aku pikir mau bobo bareng" Goda Rizan
"Enak aja.... setelah menikah pun belum tentu aku setuju bobo bareng" sahut Riska dengan ketus
dan langsung mendorong tubuh Rizan untuk masuk ke dalam karena Rizan terus berdiri dipintu sambil menggoda Riska.
"Apa kamu serius ingin menika denganku ?" Tanya Rizan saat mereka sudah di kamar
"Entahlah.... kita baru kenal dan kamu selalu membentakku. Aku tidak yakin akan bertahan dengan sikapmu" sahut Riska dengan lesu
"Sepertinya kamu jarang ke Gereja makanya gk tau hukum Agama kita. Huhhh.... bagaimana bisa oma hendak menikahkanku dengan orang seperti ini. Bagaimana nasib anak - anakku nanti" Kesal David tanpa merasa bersalah pada Dokter Riska yang masih berdiri di sampingnya
"Apa yang kamu maksud ? Sebelum mengenalmu, setiap hari minggu aku ke Gereja bersama kedua orang tuaku dan juga adeku" Protes Riska sambil melototi Rizan
"Heiii... siapa yang mengijinkanmu melototiku. Kamu sudah lupa siapa aku ?" Kesal David sambil melihat ke Arah Riska
"Iya.... aku tau kamu calon suamiku. Menurutlah sama calon istrimu sebelum calon istrimu ini Mengirim SOS ke 2 kamar sebelah" Sahut Dokter Riska dengan santai
"Wah... sudah hebat ya sekarang. Siapkan air panas, aku ingin mandi" Perintah Rizan pada Riska
Tanpa banyak protes, Riska langsung pergi menyiapkan Air panas. Dia takut candanya tadi kelewatan dan membuat sang Lusifer marah.
Tatapan Rizan terus tertuju pada Riska yang berjalan menuju kamar mandi. Semenjak mereka di paksa untuk menikah, Rizan selalu mencuri pandang pada Dokter Riska.
Rizan bahkan diam - diam mengagumi kemolekan tubuh Riska meskipun kurang tinggi.
Dokter Riska beberapa kali memergoki Rizan menatapnya namun Dia tidak begitu peduli, Pikirnya Rizan hanya menganggap sebuah mainan.
Dokter Riska benar - benar menyadari dengan kedudukan serta apa yang Rizan punya saat ini, Dia bisa mengencani wanita manapun dan menurutnya Dia bukanlah tipe Rizan.
"Heiii.... kenapa terus melihat badanku. Apa ototku begitu menarik" Goda Rizan
"Berhentilah membual. aku sudah sering melihat otot seperti ini. Aku hanya ingin mengecek lukamu" Sahut Dokter Riska dengan santai sambil memperbaiki Perban di tubuh Rizan.
Rizan sangat kaget mendengar yang di sampaikan Dokter Riska barusan. Dia langsung menghentikan Riska dan mengangkat wajah Riska menghadapnya.
"Bagaimana bisa kamu mengatakan malam itu yang pertama bagimu. Apa kamu sengaja menjebakku ?" Protes Rizan dengan serius sambil menatap tajam ke wajah Dokter Riska yang jaraknya cuma beberapa senti.
Dokter Riska begitu gugup dan takut. Dia benar - benar melihat tatapan penuh amarah dari Rizan dan itu sangat menakutkan.
Dokter Riska dengan gugup menjawab
"Bu...kan i..tu maksudku" sahut Riska terbata - bata
"Terus apa maksudmu ?" Tanya Rizan tanpa melepaskan pandangan dari Dokter Riska
"Berhentilah menatap seperti itu, apa kamu ingin membunuhku dengan tatapanmu itu ?" Keluh Dokter Riska sambil menunduk dengan Air mata yang sudah kembali berlinang
"Cepat jelaskan" Perinta Rizan tidak peduli dengan Riska
"Aku sering melihatnya di buku panduan kedokteran, aku juga pernah menangani beberapa Pasien yang badannya kekar" Jelas Riska dengan sesugukan sambil menunduk ke arah bawah karena takut melihat Waja Rizan
"Hmmm... kenapa tidak menjelaskannya dari tadi" omel Rizan sambil melepaskan genggaman di lengan Riska
"Kamu langsung memarahiku, bagaimana aku bisa menjelaskannya" jelas Dokter Riska sambil memijit pelan yang tadi di Genggam Rizan
"Hmmm.... aku gk yakin kamu masih perawan. Di jaman sekarang, bagaimana wanita seusiamu masih perawan ?" Sahut Rizan mengalihkan pembicaraan sambil menyuruh Riska kembali mengecek perban
"Heiii.... aku benaran gk bohong. Apa perlu kamu mencobanya ?" Sahut Dokter Riska kembali sewot saat mendapat angin segar.
"Bolehkah ?" Rizan dengan senyum menggoda langsung menatap ke Arah Dokter Riska yang juga menatapnya karena menyadari jika Dia salah berbicara.
"Bukan itu maksudku.... kita bisa memeriksanya di dokter" Ralat Dokter Riska dengan sedikit tersipu karena terus di tatap Rizan
"Apa kamu ingin memerkan tubuhmu pada Dokter" tanya Rizan kembali menatap tajam ke Arah Riska
"Habisnya Calon suamiku sendiri tidak mempercayaiku, mau gimana lagi"sahut Dokter Riska dan kembali mengecek luka Rizan karena takut dengan tatapan membunuh Rizan
"Hmmm... Sepertinya Rumah Sakit sudah cukup banyak Dokter. Kamu tidak perlu bekerja di Rumah sakit lagi" sahut Rizan sambil mengangkat kepala biar Dokter Riska lebih leluasa mengganti perban di luka Rizan
"Heiii.... bagaimana kamu bisa mengambil keputusan seperti itu tanpa membahasnya terlebih dulu denganku, aku tidak ingin mempunyai suami otoriter" Protes Riska
"Aku hanya tidak ingin anak - anakku terlantar" jawab Rizan dengan santai
"Cihhhh.... sudah membahas anak. Aku tidak mau punya anak, aku masih ingin mengejar karierku" Kompor Riska hendak mengetahui seberapa dalam cinta Rizan padanya
"Cihhh.... siapa juga yang mau punya anak denganmu. Aku akan menyewa Rahim perempuan lain atau menikah lagi" sahut Rizan dengan Enteng karena sudah menebak gelagat Riska yang ingin mengerjainya
"Heiii.... apa maksudmu. Siapa yang mengijinkan menikah lagi" protes Riska dan menekan keras luka Rizan.
Seketika itu juga Rizan mengerang kesakitan
"Heiii.... apa yang kamu melakukannya ? Apa kamu ingin membunuku sebelum menikah ?" Bentak David
"Aku tidak ingin di madu. Apa kamu lupa jika hukum agama kita hanya mengijinkan kita menikah cuma sekali" tanya Riska dengan kesal dan juga kecewa
"Itu sih tergantung kamu" sahut David dengan Enteng
Dokter Riska tidak menjawab dan kembali fokus membersikan luka David sambil menggerutu
"Bagaimana Dia menginginkan anak sedang aku setiap hari di buat nangis" Gerutu Riska
"Apa yang kamu bicarakan ?" Tanya Rizan pura - pura tidak mendengar apa yang di ucapkan Dokter Riska
"Aku tidak membicarakan apa - apa, Bos Rizan yang paling Arogan" sahut Riska dengan ketus
"Baguslah.... biar aku tidak perlu repot - repot membahagiakanmu" jawab Rizan sambil bergeser menyandarkan badannya di tempat tidur