NovelToon NovelToon
101 Days To Be Your Partner

101 Days To Be Your Partner

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:723.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: Arrafa Aris

Niat hati, Quin ingin memberi kejutan di hari spesial Angga yang tak lain adalah tunangannya. Namun justru Quin lah yang mendapatkan kejutan bahkan sangat menyakitkan.

Pertemuannya dengan Damar seorang pria lumpuh membuatnya sedikit melupakan kesedihannya. Berawal dari pertemuan itu, Damar memberinya tawaran untuk menjadi partnernya selama 101 hari dan Quin pun menyetujuinya, tanpa mengetahui niat tersembunyi dari pria lumpuh itu.

"Ok ... jika hanya menjadi partnermu hanya 101 hari saja, bagiku tidak masalah. Tapi jangan salahkan aku jika kamu jatuh cinta padaku." Quin.

"Aku tidak yakin ... jika itu terjadi, maka kamu harus bertanggungjawab." Damar.

Apa sebenarnya niat tersembunyi Damar? Bagaimana kelanjutan hubungan Quin dan Angga? Jangan lupakan Kinara sang pelakor yang terus berusaha menjatuhkan Quin.

Akan berlabuh ke manakah cinta Quin? ☺️☺️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafa Aris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

QA Boutique ....

Sejak pagi, Al dibuat gelisah karena Quin tak bisa dihubungi.

"Apa Quin baik-baik saja? Apa dia lagi ke luar daerah? Tapi, kalau pun dia ke luar daerah, ponselnya pasti tetap aktif."

Sedangkan Damar yang baru saja tiba, berharap jika Quin saat ini ada di butiknya. Sambil menenteng paper bag makanan, ia menghampiri meja kerja yang ada di lantai satu.

"Kok sepi," gumamnya. "Ke mana mereka?"

"Damar!" panggil Al dengan raut wajah khawatir.

"Al, tumben sepi."

"Jihan dan Gisha lagi keluar makan siang."

"Apa mereka bareng Quin?" tanya Damar dan dijawab Al dengan menggelengkan kepala.

Damar mengernyit sekaligus bingung menatap sahabat dari Quin itu.

"Sejak semalam Quin nggak bisa dihubungi. Siang ini pun dia juga belum datang. Sebelumnya dia nggak pernah seperti ini. Jika pun dia bepergian ke luar daerah karena bertemu klien, dia pasti akan memberi kabar," jelas Al dengan raut wajah cemas.

Damar bergeming sembari membatin, 'Apa Angga melakukan sesuatu padanya? Apa jangan-jangan ....'

"Al, apa kamu tahu ke mana saja tempat yang biasanya Quin datangi?" tanya Damar.

"Yang paling sering ia datangi adalah taman kota. Selain itu, aku nggak tahu," jawab Al dengan wajah getir.

'Yang tahu keberadaan Quin saat ini adalah Angga. Karena tempat terakhir yang dia datangi adalah apartemen pria itu,' batin Damar.

Meninggalkan Damar dan Al yang sedang mengkhawatirkan Quin. Justru orang yang sedang mereka khawatirkan baru saja bangun tidur.

"Oh God, sudah jam berapa ini?" Quin menghela nafas lalu merubah posisi menjadi duduk. Mengingat kejadian kemarin, ia langsung merasa jijik pada Angga juga Kinar.

"Pasangan laknat! Sungguh kalian sangat menjijikkan!" umpat Quin lalu beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Satu jam kemudian ...

Ia sedang duduk bersantai ria di ruang tamu sambil menonton tv. Menikmati segelas coklat hangat kesukaannya.

"Rasanya damai banget di sini. Kurang lebih 56 hari lagi kontrakku akan berakhir. Setelah kontrak itu berakhir, aku ingin menepi sejenak dengan healing ke beberapa negara."

.

.

.

Kantor Damar ...

"Adrian, aku ingin kamu melacak di lokasi mana saja Quin berada semalam. Aku khawatir dia kenapa-napa!" perintah Damar.

"Baik, Tuan," kata Adrian lalu meninggalkan ruangan itu.

Sepeninggal Adrian, Damar termenung memikirkan gadis itu.

"Quin, kamu di mana? Kenapa ponselmu belum juga aktif. Ini bahkan sudah hampir jam 17.00," ucap Damar nyaris tak terdengar.

Sementara itu di tempat yang berbeda, Angga sedang duduk di ruang tamu bersama Bu Meilan.

"Angga, apa yang terjadi padamu semalam. Kenapa kamu mabuk-mabukkan?! Apa kamu dan Quin sedang bermasalah? Soalnya semalam kamu terus saja memanggil namanya!" cecar Bu meilan penuh selidik.

"Dia mengakhiri hubungan kami, Mah," jawab Angga sambil tertunduk.

"Apa?! But why? Pasti ada alasannya?" cecar Bu Meilan lagi karena terkejut. "Kesalahan apa yang sudah kamu lakukan!

Angga tak langsung menjawab. Ia tetap menundukkan pandangan wajah ke bawah.

"Quin memergokiku ...."

"Berselingkuh!" sela Bu Meilan dengan perasaan geram.

Angga mengangguk pelan sebagai jawaban. Bu Meilan langsung beranjak dari sofa. Kecewa akan perbuatan putra bungsunya.

"Jika menyangkut dengan perselingkuhan ... maaf, mama juga nggak bisa menerima. Apalagi jika sampai melakukan hubungan terlarang. Karena mama pernah berada di posisi Quin."

Seusai bertutur, Bu Meilan langsung meninggalkan ruangan itu. Sedangkan Angga, tetap bergeming dengan mata berkaca-kaca. Menyesali akan perbuatan serta kesalahan fatal yang telah dilakukannya.

Sepeninggal sang mama, Altaf menghampiri Angga dengan senyum sinis. "Apa dengan Kinara?"

Pertanyaan tiba-tiba itu, sontak membuat Angga mendongak. Namun, Angga memilih diam.

"Diammu berarti tebakanku benar, kan?" kata Angga.

Tak ada tanggapan dari Angga melainkan diam seribu bahasa.

.

.

.

.

Tiga hari kemudian ....

Sebelum pulang ke rumah Damar, Quin memilih singgah sebentar di taman kota. Menikmati es boba coklat favoritnya sambil memperhatikan orang-orang di sekitarnya.

Setelah hari hampir gelap, barulah ia meninggalkan tempat itu.

"Al, Damar ... maaf, karena selama tiga hari belakangan, aku nggak memberi kabar," ucap Quin ketika berada di pertengahan jalan.

Butuh waktu yang agak lama untuk sampai di kekediaman Damar. Karena beberapa kali Quin terjebak macet. Setelah tiba di kediaman Damar, Quin tersenyum tipis.

"Finally, sampai juga," ucap Quin lirih lalu turun dari mobilnya. Sesaat setelah masuk ke dalam rumah, ia menyapa Bik Yuni dengan wajah datar.

Bik Yuni menatap heran karena Quin tiba-tiba muncul setelah tiga hari tak pulang ke rumah itu.

"Dari mana saja gadis itu?!" gumam Bik Yuni dengan tatapan sinis. Ia terus memandangi Quin yang kini sedang berada di depan pintu kamar Damar.

"Kok, sepi?" kata Quin sesaat setelah masuk ke dalam kamar Damar. "Tapi, mobil si brewok itu, ada di parkiran. Lalu, dia ke mana? Ck, sebaiknya aku ke kamarku saja."

Begitu berada di dalam kamar, Quin meletakkan tasnya di lemari nakas. Setelah itu, ia merebahkan tubuhnya. Memejamkan mata sekaligus memilih tidur

Dua puluh menit berlalu ....

Mendapati mobil Quin sudah terparkir rapi di samping kendaraannya, Damar langsung tersenyum kemudian turun dari motor.

"Quin, syukurlah dia sudah pulang." Seolah sudah tak sabar ingin bertemu, ia buru-buru melangkah.

Begitu masuk ke dalam rumah, ia tak menghiraukan mimik wajah bingung Bik Yuni. Yang ada di dalam benar Damar adalah, ingin segera bertemu dengan Quin.

Damar menggelengkan kepala, karena pintu kamar Quin terbuka lebar. "Anak ini, ceroboh banget."

Ia menghampiri ranjang kemudian duduk di sisi Quin. Menatap lekat wajah gadis itu sembari membelai lembut wajahnya.

"Ke mana saja kamu selama tiga hari kemarin? Apa kamu tahu, betapa cemasnya aku memikirkanmu," bisiknya Damar.

Tak ingin mengganggu, Damar membiarkannya saja. Memandangi Quin lalu memegang jemari lentiknya.

"Loh, cincinnya?" Damar mengerutkan kening merasa curiga. Akan tetapi, senyum seketika terukir di bibirnya.

Merasa seperti ada seseorang di sisinya, Quin membuka mata. "Damar?"

"Bangunlah, ini sudah malam. Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan padamu," bisik Damar lalu mengecup pipi Quin.

Tak ada jawaban dari Quin. Ia justru memeluk Damar dengan erat. "Biarkan begini sebentar."

Setelah puas memeluk Damar, barulah Quin mengurai pelukannya.

.

.

.

Kediaman Pak Pranata ...

Gelisah serta khawatir masih menyelimuti diri Pak Pranata. Ia mondar mandir merasa tak tenang memikirkan sang putri.

"Quin, ada di mana kamu, Nak? Tidak biasanya kamu seperti ini."

Tak lama berselang, Bu Fitri menghampiri seraya berkata, "Pah, tenanglah."

"Papa nggak bisa tenang selagi belum mendapat kabar dari Quin. Jika Juna tahu hal ini, dia pasti akan marah sekaligus semakin menyalahkan papa."

Bu Fitri bungkam. Bukan tanpa alasan, karena ia sudah tahu penyebab menghilangkannya Quin. Dua hari yang lalu, Kinara sudah menceritakan kejadian itu kepadanya.

"Pah, bagaimana jika besok kita ke butiknya saja," usul Bu Fitri dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Pak Pranata.

Meski sudah tahu reaksi putri sambungnya seperti apa besok, Buk Fitri seakan sudah siap menerima.

.

.

.

Di kediaman Pak Wibowo, orang tua dari Angga itu masih saja merasakan kekecewaan sekaligus kesal pada putra bungsunya.

"Angga, papa benar-benar kecewa padamu!Bisa-bisanya kamu mengkhianati Quin!" bentak Pak Wibowo setelah Angga mengakui semua perbuatannya.

"Aku khilaf, Pah," balas Angga.

"Khilaf? Khilaf itu hanya sekali, Angga. Jika berkali-kali, itu namanya penyakit!" tegas Pak Wibowo.

"Itu bukan cuma khilaf juga penyakit, Pah. Tapi, doyan sekaligus dia sangat menikmati," timpal Altaf sekaligus menyindir sang adik.

"Keputusan Quin sudah benar dengan mengakhiri hubungan serta membatalkan pernikahan kalian.

Mendengar penuturan sang papa yang terkesan membela Quin, Angga bergeming sambil tertunduk lesu.

...----------------...

1
Ayu Wulansari
Luar biasa
Siti Masitah
quin..seperti ani ani tanggung
Siti Masitah
lepas dari biawak di tampung buaya...hadeeh ..quin..quin
Siti Masitah
bangke
Siti Masitah
pembokat gk tau diri
Ade Salamah Alam
thor maaf aku baru nemu novel nya..novel nya bagus tp maaf nih mau nanya aku yg salah atau memang dr part 45 langsung lloncat part 78 part 46-77 nya engga ada?
Dewi Dama
Luar biasa
Ria Pohan
perempuan kl sdh kecewa, sulit untuk percaya. kok gitu tah????!!!
Yuliana Rahmawati
Luar biasa
Nurlaila Hasan
kereen,,
Bu Dewi
berasa kurang, anak2 nya blm besar dan bgm pertemanan anak2 mereka...
Bu Dewi
kukira Damar sdh insyaf ketemu dan ada rasa sama quen tp ternyata masih sama, Casanova blm taubat.
Bu Dewi
membuang berlian demi batu kali
Bu Dewi
gampang banget ngilangin sakit hatinya Quin ini, bagi yg kecewa dan sakit hati wajib dicoba 😊
Bu Dewi
klo aku JD Quin sdh pasti nyesek banget dadaku ini, tp Quin ini sifatnya selalu happy dan sabar...JD bisa mengontrol emosinya
Rina Anggraeni
kok jd gini sih ceritanya, kirain sdh ketemu quin yg dicintainya msh aja playerny muncul.. ga like deh
pena_sf:)
gak masuk akal
pena_sf:)
bodoh sih ceweknya mau aja di injak harga diri
Ririn Nursisminingsih
hadech quin yg tegess dong udah dikhianati kok masih mau aja di peluk2xand dicium...jga harga diri dongg
Intan Firsana
kok masih mau mesra" padahalkan udah ketahuan selingkuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!